Penyesalan itu pasti
ada dan akan slalu ada
“kenapa sih, ga pake hijab syar’i dari dulu?”
“kenapa sih, ga jomblo
dari dulu”
itu ungkapan yang slalu
aku ungkapkan kepada diriku sendiri, saat ini aku memilih untuk sendiri hingga
nanti Allah merestui. Dulu sempat berpacaran kurang lebih hampir 3 tahun, waktu
yang tak sebentar, aku termasuk wanita yang mudah terbawa dan terkontaminasi
oleh teman-teman ku sendiri. Teman berprilaku buruk aku pun mengikutinya, itu
dulu saat aku rasa aku lebih terpana oleh silaunya keindahan dunia, aku terlalu
mudah tertarik dengan perkembangan zaman yang hampir melenyapkan iman dihati.
Namun hidayah menghampiriku,
aku merasa minder saat berkumpul dengan sahabat-sahabatku yang iman nya bagus.
Mulai dari situ aku mencoba seperti mereka yang slalu ingin memperindah akhlak,
mereka slalu membimbing ku sampai saat ini, tekad ku semakin bulat untuk
menjaga diri dan menjauhkan diri dari hina nya pacaran aku yakin Allah
memberikan yang terbaik untuk umat nya dan aku yakin firman Allah pada (Q.S
An-Nur:26) “wanita yang baik untuk laki-laki yang baik, dan wanita yang keji
untuk laki-laki yang keji, begitu sebaliknya”. Sampai detik ini pun aku merasa
aneh dengan perasaan ku sendiri mungkin ini yang dinamakan prinsip “ingin
pacaran namun setelah menikah” dekat dengan lawan jenis dari yang baru kenal
sampai yang sudah lama kenal, tidak ada perasaan sedikit pun bahkan sempat di
kenali dan di comblangi tapi gaada sedikit pun rasa tertarik oleh pria saat
ini, sekedar kagum oleh pria yang pintar dengan bisnis, berkacamata dan
akhlaknya bagus. Hanya kagum, iya kagum saja tak lebih, selebihnya perasaan itu
hilang dengan sendirinya. Saat ini ku fokuskan untuk memperbaiki akhlak dan
prilaku, tak peduli pacar tak peduli pasangan, toh Allah sudah tetapkan di
Lauhul Mahfuz J
Mulai belajar dakwah
sedikit demi sedikit, bukankah kita harus menyampaikan kebaikan? “Sampaikan lah
walau satu ayat” baik maupun buruk yang kita terima nanti itu sudah resiko yang
pasti balasannya surga Allah. Sempat aku menasehati teman yang ingin berhiijab
namun terkendala oleh pekerjaannya
“dina, aku mau pake
kerudung udah ada niat di hati tapi masa di rumah, kampus, kemana-mana pake
kerudung tapi di tempat kerja di lepas” ujarnya
“rezeki itu udah ada
yang ngatur dear, masih banyak pekerjaan lain yang menerima karyawatinya
memakai hijab, memang zaman sekarang susah untuk mencari pekerjaan yang
diinginkan terlebih lagi kamu naik jabatan, lebih milih mana jabatan dunia atau
akhirat?”
“tapi, temen ku juga
ada yang pake kerudung saat dirumah, kampus berpergian tapi saat di tempat
kerja dilepas itu gimana?”
“niat kok
setengah-setengah hehe, semua itu udah diatur kok dear jalanin aja apa yang
udah ditetapkan Allah. Hijab itu sama wajibnya seperti kita solat, hijab itu
pelindung wanita, hijab itu memang ciri khas wanita, percuma saja kita rajin
sholat tapi ga berhijab, percuma saja kita rajin sholat, berhijab tapi pacaran
hihi” ujar ku agak keletus
“iya juga sih, tapi
dina”
“udah gaada
tapi-tapian, hidayah itu di cari dan jemput bukan ditunggu, perumpamaannya sama
aja kaya jodoh hehe”
Singkat cerita dari
temanku itu, lalu bagaimana solusinya?
Niatkan, laksanakan tak
peduli anggapan orang. Kalau bisa lobi dulu atasannya bilang gini “bu atau bapak,
saya ingin bekerja dengan menggunakan hijab, izinkan saya menggunakannya karna
niat ini sudah tertanam dihati” kalau atasan tidak menerima, resign sajalah
masih banyak pekerjaan yang menerima karyawati berhijab.
Aisyah r.a
meriwayatkan, suatu waktu Asma binti Abu Bakar datang menemui Rasulullah Saw
dengan pakaian tipis. Tatkala melihatnya Rasulullah Saw memalingkan wajahnya
dari Asma kemudian bersabda :
“Wahai Asma!
Sesungguhnya wanita apabila sudah baligh, tidak boleh dilihat dari nya ini dan
ini” lalu beliau menunjuk ke muka dan tangannya” (HR. Abu Daud).
Dalam surah (Q.S
Al-Ahzab :59) Allah menerangkan :
“Hai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak
perempuanmu dan istri-istri kaum mukmin. “hendaklah mereka mengulurkan
jilbabnya keseluruh tubuh mereka” yang demikian itu supaya mereka lebih mudah
dikenal karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang”
Secara makna syariat,
aurat adalah bagian tubuh yang haram dilihat, dan karena itu harus ditutup.
Khusus bagi muslimah auratnya adalah semua bagian tubuhnya kecuali wajah dan
telapak tangan
Bukankah sudah jelas
dengan ayat diatas, lalu sampai kapan tetap menggunakan pakaian batu? Kita
lebih bangga dengan pakaian tren masa kini, kita lebih bangga dengan pandangan
lawan jenis yang memandang penuh nafsu, dan kita takut disebut teroris atau
mungkin seseorang yang beraliran sesat dengan pakaian dan kerudung besar. Sudah
lenyapkah islam dihati kita? Kemana iman kita? Bahkan sekedar menyisakan waktu
untuk menunaikan sholat kita tak mampu, membaca lembaran demi lembaran ayat
dari Nya kita merasa sibuk? Seperti itu kah muslim? Seperti itukah kita?
Ya Rabb, buka lah mata
hati kami yang sudah sangat terlena oleh indahnya dunia Mu, dekatkanlah kami
kembali dengan Mu, kami terlalu sombong yang hanya mengingat dan memohon kepada
Mu dikala susah, kami terlalu mencintakan dunia yang fana ini. Rabb, izinkan
kami merubah sedikit demi sedikit iman kami, izikan kami terus mendekatkan diri
kepada Mu, izinkan kami berada disyurga yang telah Engkau janjikan itu.
Permudahkanlah hijrah kami ini, bantulah kami saat iman kami rapuh. Aamiin
DINA NURHAYATI