Kamis, 27 Maret 2014 4 komentar

Karena Kalian

Hujan di senja hari seperti nya mengikiskan rinduku terhadap kalian.

Akupun lupa kapan pertama kali kita bisa akrab seperti ini, sepertinya pada saat menginjak Sekolah Menengah Atas kita tak sedekat ini, mungkin hanya sekedar sapa menyapa. Itu pun jarang.

Aku bersyukur, sangat bersyukur terhadap-Nya bisa sedekat ini dengan kalian. Aku bersyukur, karena kalian selalu ada saat aku terpuruk, ini kah yang dinamakan ukhuwah?
Kadang canda tawa kita terlalu lepas, namun semua itu tetap tak keluar dari koridor-Nya.

Ada hal yang paling aku ingat disetiap rutinnya pertemuan kita, saat mulainya cerita kisah-kisah pertama kuliah. Yang diawali dengan cerita nurul dan berakhir dengan air lembut membasahi pipinya, kemudian cerita Fatimah, Wilda, dan terakhir Aku. Kami memiliki satu kakak yang sangat mengayomi, meskipun awalnya kami tidak akrab dengannya, tapi berkat pertemuan rutin tersebut kami selalu belajar apapun dari dia, ia bernama Imar Dalilah. Sosok wanita hebat dan kuat bagi diriku pribadi.

Kami memiliki pengalaman yang berbeda, karena perbedaan itulah yang dapat melengkapi kami satu sama lain. Ini kali pertama, dimana aku dapat menangis didepan mereka. Seakan-akan kisi-kisi langit mulai berjatuhan. Ledakan cahaya supernova berpendar. Sebuah bintang di galaksi mengakhirkan kisahnya yang manis. Aku pun terombang-ambing dilautan malam diantara bintang-bintang.

Lepas selepas-lepasnya aku bercerita kepada kalian.
Tahukah kalian? Bahwa aku banyak belajar dari kalian, belajar dari pengalaman-pengalaman yang kalian ceritakan. Meski kadang aku terlihat bodoh, tapi seusai pertemuan saat aku berbaring di kasurku, aku mencoba mengingat semua hal-hal yang telah kita lakukan.

Lagi-lagi aku mengulirkan ingatanku pada satu kenangan, meringkas sebuah waktu yang terjadi dimasa silam dahulu. Dan lagi-lagi kalian lah yang mampu menguatkan ku, meski aku tahu bahwa kalian bukanlah motivator-motivator ternama dan terkemuka. Tapi aku yakin, suatu saat nanti kita akan menjadi seseorang yang kita impikan dan cita-citakan. Percayalah...

Aku mempunyai sebuah mimpi yang ku beli dari berbagai pengalaman. Baik yang ku lihat ataupun yang kurasakan. Baik yang ku awasi oleh mata lahir ataupun akal.
Iyaa.. kalian pun tahu apa mimpi ku itu. Kalian tahu saat berbagai rintangan dan ujian menerpa ku, saat aku mencoba memperjuangkan mimpiku, saat aku tak kuasa menahan segala rasa hingga akhirnya aku terombang-ombing di lautan malam.

Meskipun hati ku sedang terkikis oleh perkataan-perkataan seseorang, aku masih mampu bercanda riang dengan kalian, walaupun hanya melalui chatting di grup dari salah satu aplikasi handphone yang kita semua pasti mengenalnya.

Aku mencoba kuat, tapi tetap aku ialah aku. Seorang wanita yang perasa, yang kadang hanya dengan melihat dan mendengar aku dapat merasakan apa yang ia rasa. Maaf, kalau kerap kali dengan mudahnya aku menangis. Maaf, kalau kerap kali aku hanya dapat menyulitkan kalian.

Ah..
Rasa sayang ku terhadap kalian tak bisa tertulis oleh apapun itu, setiap hari aku selalu rindu. Namun, kalau terus bertemu rasa bosan menghampiriku. Maka dari itu kita rutin kan setiap malam sabtu bertemu.

Dalam perjuangan teruji keimanan. Dalam tawakal teruji ketaqwaan. Dalam ukhuwah teruji keikhlasan. Sahabat, maafkan bila terluka. Fahamilah bila keliru. Nasehatilah bila terlupa. Tegurlah bila terlena. Itulah kehebatan uhuwahfillah.

Tetap semangat berjuang menggapai impian-impian kita. Karena impian tidak akan menggerakkan seseorang untuk maju, tapi alasan kuat dibalik impian itulah yang menggerakkannya.

Terimakasih untuk persahabatan ini, tetap ingatkan aku jikalau aku kerap kali keliru.
Semoga dengan persahabatan ini menghantar kita sama-sama menuju syurga-Nya kelak. Aamiin yaRabbal Alamin



@dinanurhayatii
Jumat, 14 Maret 2014 0 komentar

Hidup Bukan Hanya Sekedar Bertahan Hidup

Kita bisa bernafas bergerak, melihat dan menikmati semua rezeki yang dilimpahkan Ilahi pada kita, itulah hidup dalam definisi harfiah. Tapi apakah hidup kita bertumbuh atau berkembang? Itu pertanyaannya. Tolak ukurnya mudah saja, renungkan dan refleksikan apa yang berbeda dengan dirimu bulan lalu dibandingkan sekarang? Kalau memang sudah ada perubahan yang lebih baik, berarti hidup berkembang dan bertumbuh.

Saya baca tweet dari kek Jamil Azzaini beliau bilang seperti ini “Hidup bukan hanya sekedar bertahan hidup, sebab ketika kita hidup tidak bertumbuh pada hakikatnya kita sudah mati.”

Nah, jangan sampai hidup kita seperti zombi berdasi. Artinya kita hanya melakukan pekerjaan rutin saja tanpa ada kreativitas dan peningkatan hidup sedikitpun. Dari hari ke hari hanya melakukan itu itu saja, mengerjakan pekerjaan rutin dan hanya sekedar mengerjakan yang sama dengan kualitas yang sama juga.

Ketika ada tantangan baru, kita menghindar dan tidak mau belajar. Kita takut beranjak dari zona nyaman. Kita takut melakukan kesalahan kalau kita menerima tantangan baru. Padahal kalau kita berani menerimanya, kita akan terus belajar dan akan menjadi peningkatan dan pertumbuhan dalam hidup kita. Zombi berdasi juga bekerja hanya untuk keperluan dirinya sendiri, tidak ada yang diinvestasikan dan di bagikan. Orientasinya hanya pada dirinya sendiri, dia tidak ingin membagikannya kepada orang sekitar.

Dari pada menjadi zombi berdasi mungkin mati adalah pilihan yang terhormat bagi kita.
“Barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin celakalah ia. Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin rugilah ia. Dan barang siapa yang hari ini lebih baik dari kemarin maka beruntunglah dia.” (Hadist)

Kita pun sering mendengar bahkan sudah tidak asing ditelinga kita perkataan Albert Einstein
“Hanya orang-orang gila mengharapkan hasil yang berbeda tetapi menggunaka cara yang sama.”

Pertanyaannya kita orang gila atau bukan? Dan apakah kita sudah melakukan cara-cara untuk meningkatkan kualitas hidup? Contohnya saya sendiri, beberapa tahun yang lalu Twitter dan Facebook hanya saya pakai untuk iseng-iseng saja bahkan banyak keluh kesah nya. Tapi belakangan ini saya gunakan untuk menebarkan virus-virus positif, baik lewat status, tweet bahkan tulisan-tulisan yang saya posting dan sebisa mungkin membawa manfaat bagi yang membacanya.

Saya juga pernah membaca tweet dari seseorang yang seperti ini kata-katanya;
“Malapetaka terbesar dalam kehidupan bukanlah kematian. Malapetaka terbesar dalam hidup adalah ketika potensi kita telah mati sementara kita masih hidup.”

Coba kita lihat sekeliling kita, lihat tentangga kita aja deh yang sangat dekat, atau mereka yang sudah berumur, tapi mereka belum menghasilkan prestasi apapun. Mereka bekerja hanya menghindari title pengangguran, dan hanya menggugurkan kewajibannya. Padahal mereka mempunyai potensi yang luar biasa besar untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.

Kasarnya orang-orang seperti ini bisa dikategorikan sebagai zombi. Ada tidak mereka tidak berpengaruh bagi lingkungan sekitar. Seperti batu, kelihatan tapi tidak berpengaruh apa-apa dalam kehidupan sekitarnya. Apakah kita mau menjadi seperti itu?

Imam Syafii berkata “Kehidupan laksana air, jika mengalir maka airnya bertambah jernih. Jika berhenti maka akan berbau busuk.”

Nah ini dia tamparan dan sindiran yang paling tajam dari salah satu ulama legendaris, jika kita terjebak dari zona nyaman dan malas bergerak, malas menetapkan target yang luar biasa, malas berbagi dan malas peduli, berarti kita sudah menebarkan bau busuk dalam hidup kita. Energi dan potensi kita tidak kita gunakan untuk meraih dan meningkatkan kualitas hidup. Yang terjadi kita akan membusuk dan menjadi manusia ala kadarnya.

Imam Al- Ghazali pun berkata “Hiduplah kamu bersama manusia sebagaimana pohon yang berbuah, mereka melemparinya dengan batu, tapi ia membalasnya dengan buah.”

Ini adalah kunci pentingnya untuk memastikan kita fokus untuk bertumbuh. Tinggalkan beban masa lalu, maafkan orang-orang yang melukai dan jangan berteman dengan kepedihan dan luka masa lalu. Tapi fokuslah pada kebahagiaanmu di masa sekarang dan masa yang akan datang.

Saya pernah baca bahasa luar di satu buku yang ada di Gramedia tapi lupa lagi bahasa apa dan berasal dari negara mana hehe
“Opto, ergo sum.” Artinya “aku memilih, maka aku ada.”
jika ada orang yang menyakitmu, kamu boleh memilih satu dari dua pola pikir ini.

Pertama, “Sampai tujuh turunan tujuh tanjakan nggak bakal gue maafin dia, sakit hati gue sama dia.”

Atau...

Kedua, “Ya sudah, aku akan tetap mendoakan dan berbuat baik padanya, karena dia telah mengurangi dosa dan melatih mentalku menjadi yang lebih kuat.”

Pilih dan tentukan mana yang menurutmu yang lebih baik untuk perkembangan dan pertumbuhan hidupmu. Kalau saya milih yang kedua makanya sekarang mental saya lebih kuat menghadapi orang-orang yang menyakiti saya.



@dinanurhayatii
Kamis, 13 Maret 2014 1 komentar

You Are What You Focus On

Dengar dari judulnya seperti maksud dari buku The Attractor Factor karya Joe Vintale. Yakni fokus anda akan jadi kenyataan. Masalahnya, fokus kita itu sering kearah mana? Ke arah negatif atau positif? Dan tanpa sadar kita sering fokus ke arah negatif.

Kalau kita fokus ke yang negatif pasti itu akan jadi kenyataan. Kita sering tanpa sengaja memfokuskan perhatian ke yang negatif. Mungkin itu udah menjadi kondisi dari lingkungan kali yaa. Secara otomatis, kita akan selalu fokus pada hal yang negatif.

Contohnya saya ambil dari lingkungan sekitar saya yakni : ketika mengalami kendala untuk memulai usaha, alasannya adalah waktu yang terikat dangan urusan kantor. Maka kenyataan yang akan terjadi adalah tidak akan pernah memulai usaha karena fokus utama adalah pada ALASAN yang pada akhirnya akan menjadi penghambat untuk maju dan bertindak.

Kalau kita fokus pada masalah, yang terjadi adalah masalah semakin bertambah. Kalau kita fokus pada alasan, akan semakin banyak hambatan yang dihadapi. sedangkan kalau kita fokus pada kekurangan, kita akan semakin kekurangan. Begitulah kekuatan pikiran yang mengarahkan kita pada apa yang kita pikirankan. Pikiran bawah sadar kita tidak bisa membedakan mana yang negatif atau positif. Baginya, semua adalah positif.

Sebaliknya, kalau kita fokus pada yang positif maka apapun akan menjadi kenyataan. Kalau kita fokus ingin menjadi kaya, maka kita kaya. Sedangkan kalau kita fokus ingin mempunyai karya maka kita akan menghasilkan karya. Begitu seterusnya.

Sayangnya lingkungan kita selalu mengarah pada yang negatif. Mulai dari lingkungan keluarga, kampus, bahkan pemerintah pun tanpa sengaja selalu mengarahkan pikiran kita pada yang negatif dan pesimis. Coba kita lihat TV yang penanyangannya selalu dengan hal-hal yang negatif. Kalau begitu berhentilah menonton TV yang isinya negatif, karena saya pun sudah berhenti untuk menonton TV, dan kalaupun nonton TV hanya sekedar acara-acara penting, semisal : acara-acara di TV One.

Keluarga dan teman juga sering membawa kita ke hal-hal yang negatif, misalnya : komentar-komentar dan umpatan-umpatan kekecewaan sering kita dengar dari lingkungan pergaulan sehari-hari, bukan?
Kalau begitu tinggalkan saja teman dan lingkungan yang seperti itu. Minimal, bentengi pikiran kita agar tidak tercemari dengan hal-hal negatif. Selanjutnya cari lingkungan baru yang positif, produktif dan saling mendukung.

Saya pun sering tanpa sadar terjebak pada pikiran negatif, kalau sudah masuk pada pikiran seperti ini, rasanya seperti ingin menarik pikiran negatif lainnya. Badanpun rasanya selalu lelah dan lemas. Amarah dan emosi tidak stabil. Jika sudah terjadi seperti ini, biasanya saya segera tersadar setelah mengambil wudhu lalu saya balikkan pada pikiran positif. Hati pun kembali tenang dan tubuh kembali berenergi.

Jadi, mulai saat ini kita coba fokuskan perhatian kita pada yang positif. Bergaul dengan orang-orang positif. Baca, dengar dan lihat yang positif. Arahkan pikiran hanya kepada yang positif. Ubah negatif menjadi positif. Dan mulailah membaca buku yang positif, yang isinya adalah peluang, solusi, inovasi dan inspirasi sukses. Jika yang masuk pada otak kita itu yang positif maka yang keluar pun akan positif juga.



@dinanurhayatii
0 komentar

Rindu II



Ini adalah repost "Rindu" hasil dari Kultweet saya di Twitter ~> @dinanurhayatii


#Rindu adalah api yang tidak ingin buru-buru mati

#Rindu adalah butir-butir pengharapan, yang kau berikan tanpa timbangan

#Rindu adalah kecupmu dikepalaku, yang walau telah mengendap dalam waktu. Tidak sedikit pun terabrasi dari pikiranku

#Rindu itu disaat kamu merasa yang biasa ada disampingmu pergi, dan takut itu tidak akan kembali

#Rindu adalah malam yang tidak sabar menunggu embun pagi datang, dan akhirnya memilih berdialog dengan bulan sambil tetap menunggu

#Rindu adalah foto yang kau tangisi saat kau ratapi dengan teliti

#Rindu karena tak sempat berbagi indah, hanya menyisakan bantal yang basah

#Rindu saat kau ingin memeluknya dalam diam, tapi kau malah terhentak dan sadar bahwa itu mustahil

#Rindu tentang senyum dan tawanya yang masih tersimpan disudut hati

#Rindu ketika bayanganmu melintas difikiranku sesaat ku membuka mata dari lelap tidurku

#Rindu ketika aku mendamba air dan kau menuangkannya di padang pasir.

#Rindu adalah lintah yang menghisap habis setiap senyum saat kau lupa menyapa

#Rindu adalah percikan rasa yang kunikmati, sebelum kutahu itu sangat menyiksa

#Rindu adalah ketika angin membisikkan namamu, tapi hanya aku yang mampu mendengarnya

#Rindu adalah rangkaian kata-kata istimewa untukmu, tapi tak dapat ku sampaikan

#Rindu adalah waktu dimana aku mnjadi pelukis kala ketidaktentraman membuatku terpejam. Ku lukis bayanganmu dalam kelopak mataku

#Rindu itu penawar ulung, kau bisa jual apa saja untuk menghabiskannya.

#Rindu adalah gema suara yang terngiang ditelinga, terputar berulang dalam benak jiwa

#Rindu itu keikhlasan untuk tak bersua, tak senada dan tak seirama dalam sepotong waktu yang ada

#Rindu itu gairah menggebu untuk bertemu dalam rintihan waktu

#Rindu itu lonceng waktu untuk selalu mengingatmu

#Rindu itu menutup mata kala terjaga. Mengharap kau ada saat esok tiba

#Rindu itu, ketika aku terpaku pada guratan wajah berpigura disudut kamar. Ketika hati berteriak di kejauhan dan hanya kau yang mndengar

#Rindu itu waktu dan aku tanpa kamu

#Rindu ini kupersembahkan untukmu.. Seseorang yang selalu menemaniku dulu

#Rindu ini untuk mu.. Iyaa kamu.. Almarhumah mbak ku :')


(@dinanurhayatii)
Rabu, 12 Maret 2014 0 komentar

Rindu

Apa kabar rindu yang telah lama menyayat serta merobek diri?
Apa kabar rindu yang karenamu gejolak rasa meluap sampai tumpah ruah?
Apa kabar rindu?
Masih kah kau bertitah dalam diri ini?

Ku tuliskan sebait kata untukmu
Sebagai penoreh rasa rinduku
Namun tetap saja dirimu takkan mungkin kembali
Iyaaa.. kembali ke dunia ini

Rindu yang membuncah dan tumpah ruah
Tak bisa terbalas tanpa menemuimu
Tak bisa terbalas walau hanya menatap nisanmu
Dan tak bisa terbalas meski hanya sekedar menatap wajah cantik pada fotomu

Rindu ini telah memuncak
Tepat pada tujuh tahun lama nya
Tepat saat dua bulan lagi pernikahanmu dengan pasangamu akan terlaksana
Tepat saat bulan Ramadhan tiba

Rindu ini bagaikan ombak
Yang setiap hari nya dapat terobang ambing entah kemana dan dimana
Yang setiap hari nya berhembus seperti angin selalu berhilir
Yang setiap hari nya menghilang di telan malam kala kesunyian datang

Iyaa seperti ini lah rinduku terhadapmu
Rindu yang hanya bisa ku lukiskan dalam tulisan sederhana
Rindu yang hanya dapat ku ungkap dalam setiap doa
Rindu ini untukmu, iyaa kamuu kakak ku..



Salam rindu dari adikmu 
Dina Nurhayati 


@dinanurhayatii
Selasa, 11 Maret 2014 0 komentar

Teruntuk Kamu Yang Jauh Disana

Seandainya kau mau buka tirai disanubarimu
Kau akan tahu pelabuhan mana yang ingin aku singgahi untuk selamanya
Hingga pelabuhan itu jadi rumahmu dan pelabuhan hatimu
Ada kalanya kita begitu yakin bahwa kehadiran seseorang akan memberi sejuta makna bagi jiwa

Sehingga...
Saat seseorang itu pun hilang begitu saja
Bayangannya masih ada
Setangkup harapan agar dia kembali
Walaupun ada kata-kata dan sikapnya yang menyakiti hati
Akan selalu ada beribu kata maaf untuknya

Masih ada beribu penantian walau tak pasti
Masih ada segumpal keyakinan bahwa dialah jodoh yang dicari
Sehingga menutup pintu hati dan sanubari untuk yang lain
Sementara dia yang jauh disana mungkin sama sekali tak pernah memikirkannya

Haruskah mengorbankan diri demi hal yang sia-sia?
Masih ada sejuta asa, sejuta makna
Dan masih ada pijar bintang dan mentari
Yang akan selalu bercahaya dilubuk jiwa dengan bermakna dan bermanfaat bagi sesama

Biarkan cinta itu bermuara dengan sendirinya
Disaat yang tepat
Dengan seseorang yang tepat
dan dengan pilihan yang tepat

Hanya dari Allah..

Disaat dihalalkan-Nya dua manusia untuk bersatu dalam ikatan pernikahan yang sakinah mawadah warahmah
Jumat, 07 Maret 2014 2 komentar

Bapak Penjual Cermin

Siang itu saya berjalan menuju suatu pusat pembelanjaan  untuk menemani ibu membeli persediaan dapur. Saya memang tidak terlalu suka berbelanja, tapi kalau diajak ke toko buku jangan heran kalau saya terlalu dzholim sama isi dompet sendiri hehe kadang ngga nanggung-nanggung bisa sampai 8 buku saya beli. Seperti telah kecanduan oleh buku-buku dan dari sekarang lah saya sedang menyicil untuk membuat Rumah Baca, setidaknya buku dulu yang saya kumpulkan.

Tak beberapa jauh dari pusat pembelanjaan tersebut saya melihat sosok bapak tua yang sedang berjualan cermin, saya selalu memperhatikan bapak tersebut dan bicara dalam hati saya “kok yang lain jualan rame, tapi bapak itu sepi tidak ada pembeli” perlu diketahui bahwa bapak tersebut berjualan dengan cara mendorong gerobak cerminnya. Dan saya rasa bapak tersebut berkecil hati karena para pedagang yang lain ramai pembeli sedangkan dirinya sepi tidak ada yang mengunjungi. Saya melihat bapak tersebut sangat murung, sembari duduk di atas rumput dan menarik rumput-rumput tersebut. Entah apa yang sedang ia katakan dihati nya.

Mungkin kalau bisa menduga-duga ia berkata “kenapa yang lain ramai sendangkan aku tidak?”. Aahhh.. mungkin itu hanya firasat ku..
Tidak beberapa lama, aku langsung mendekati si bapak tua tersebut. Karena aku sudah tidak bisa menahan rasa iba ku.

Oke, pertama aku mulai mendekatinya, timbul wajah yang berbeda dari bapak tersebut. Beliau mulai tersenyum sembari berkata :
“Mau cermin yang mana dek?”
“aku, mau liat-liat dulu yaa pak”
“Iyaa silahkan dek..”
Sebenarnya saya tidak terlalu butuh cermin, karena dirumah pun sudah ada 2 cermin. Sampai akhirnya saya membeli satu buah cermin tersebut sembari ngobrol dengan bapak penjual cermin tersebut.

“pak, kalau yang ini berapaa?”
“itu 35.000 aja dek”
“ohiyaa udah aku ambil yang ini yaa pak..” (sambil memberikan uang 50.000)
“tidak ada uang pas saja dek? Bapak belum ada pembeli dari tadi pagi”
“Tidak ada pak. Iya sudah kembaliannya untuk bapak saja, tapi bapak mau cerita sedikit kepada saya tentang pekerjaan bapak ini?”
“iyaa boleh dek, enaknya duduk dimana yaa?”
“disini saja pak..” (sambil menunjuk rumput yang didudukin bapak penjual cermin tersebut)

                        ***

“pak, maaf sebelumnya kalau aku agak lancang”
“iyaa, ngga papa dek”
“kalau boleh aku tau penghasilan bapak perhari nya berapa pak?”
“ngga nentu dek, seringnya ngga ada pembeli sama sekali. dari pagi bapak berangkat jam 9.00 sampai pulang jam 20.00 ngga ada pembeli satupun”
“loh, terus gimana dong sama anak dan istri bapak dirumah? Terus bapak kalau dagang seperti ini ngga makan siang? Atau sekedar beli makanan pengganjal perut?”
“ngga dek, kadang bapak hanya mengisi perut bapak dengan air putih yang bapak bawa dari rumah, atau kadang membawa bekal, kalau pun istri tidak masak karena tidak ada bahan makanan bapak hanya membeli satu roti untuk seharian. Itu pun kalau masih ada uang nya”
“SubhanAllah, bapak ngga laper kalau hanya makan satu roti atau hanya minum air putih saja selama 20 jam?”
“iyaa, mau gimana lagi dek. Mau beli makan uang tidak punya, dari pada mengemis. Kadang bapak berpuasa, kalau pun nyampai rumah belum tentu bisa makan. Bapak harus meyakinkan anak-anak bapak sudah makan atau belum . kalaupun belum bapak harus menahan rasa lapar sampai esok hari”

Seketika saya terdiam dan meneteskan air mata pada saat itu.
Kenapa? Karena saya tak kuasa menahannya, kalau saya yang berada pada posisi si bapak tersebut, saya tidak bisa membanyangkan gimana perihnya menghadapi kehidupan. Iyaa singkat memang cerita saya terhadap si bapak penjual cermin tersebut, ku akhiri perbincangannya karena hari sudah mulai sore dan saya pun sedang ditunggu oleh Ibu.

“Iya sudah yaa pak, semoga lain kali kita dapat bertemu lagi. Semoga rezeki berlimpah ruah terhadap keluarga bapak, dan semoga sabarnya bapak berbuah manis di akhirat nanti. Mungkin Allah ingin menguji kesabaran bapak didunia, tapi percayalah pak yang abadi itu hanya di akhirat”
“Aamiin, terimakasih yaa dek. Atas rezeki dari mu semoga Allah membalas perlakuanmu terhadap bapak”.
“Pak, yang memberi rezeki itu Allah, aku hanya perantaranya saja. Berterimakasihlah pada Allah. Iya sudah yaa pak, saya mau menyusul ibu saya kembali. Hati-hati yaa pak, semoga cermin nya laku  keras yaa. Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam”

Singkat cerita dari saya, mungkin dapat menggugah kita semua. Bahwa harta yang banyak itu hanya titipan-Nya, Ia berhak mengambil kapanpun yang Ia inginkan. Tapi alangkah indahnya kalau kita dapat berbagi kepada sesama terutama kepada yang lebih membutuhkan.

Semoga keberkahan, kesehatan serta rezeki kaum bapak tersebut selalu melimpah ruah. Doaku selalu menyertaimu, untukmu dan untuk kaum muslimin dan muslimat.
Semoga Allah selalu memberikan penjagaannyakepada kita semua. Aamiin



@dinanurhayatii
2 komentar

Menantimu


Teruntuk kamu wahai jodohku yang entah siapa dan dimana dirimu berada
Menanti hadirmu untuk segera menjemputku
itu bukanlah suatu perkara yg mudah untuk ku jalani dalam keseharianku
Dimana setiap harinya godaan selalu datang menghampiriku

Godaan itu menghampiriku untuk melakukan 'khianat' terhadapmu
dengan berbagai tawaran penggoda iman
Bisakah aku bertahan?
Bisakah aku istiqomah dengan pendirian ini?
Semoga saja begitu

Wahai engkau jodohku yang sekarang sedang dalam penantian indah itu
taukah engkau bahwa aku merindukan kehadiranmu?
Taukah engkau bahwa 'Menundukan Pandangan' itu bukanlah perkara yang mudah?
Dimana aku selalu di goda oleh syetan dengan berbagai macam cara dan tipudaya halusnya, sehingga 'hampir' diri ini terbuai dibuatnya

Namun buru-buru ku istighfar
Buru-buru ku mengingat akan janji-Nya yang pasti di dalam QS An-Nur ayat 26
“Bahwa laki-laki yg baik hanya untuk perempuan yg baik, perempuan yg baik hanya untuk laki-laki yg baik. begitu (pula) sebaliknya"

Astaghfirullah, sering ku lalai dalam menjaga pandanganku
Melirik ikhwan yang belum menjadi kekasih halalku
Seringku terjebak dalam kenikmatan semu yang menghampiriku
di saat masa-masa gundahku dalam Menantimu

Yang sebenanya telah ku ketahui bahwa Allah sedang menguji keimanan dan keteguhanku
Karena aku tau..
Allah itu menguji hamba-hambaNya
di titik terlemah para makhluk-Nya

Dan aku sadar, titik terlemahku adalah saat Menantimu wahai jodohku
Namun Allah telah mengajarkanku untuk tetap teguh dalam menjaga hati dan pandanganku
Ajarkan aku dalam memelihara hatiku untuk Cinta Muliaku
Hingga suatu saat nanti aku bertemu denganmu

wahai kau kekasih halalku
yang entah siapa dan dimana dirimu berada
Karena, Rindu itu memang 'indah'
namun itu sedikit 'menyiksaku' dalam hal menanti kehadiranmu


@dinanurhayatii
Kamis, 06 Maret 2014 0 komentar

Antara aku dan ODOJ222

Kali ini saya ingin bercerita sedikit, sedikit ajaa yaaaa hehe

Berawal dari hijrah dan keinginan terbesar untuk merubah diri menjadi yang lebih baik, menaatkan diri kepada Allah dan berusaha menjadi seorang muslimah sejati bukan sekedar KTP. dulu saya begitu sekarang saya begini mungkin nantinya saya begonoh *loh apa ini hehe

Dibalik perubahan saya ada sebagian orang yang menjauhi, tapi begitu baiknya Allah yang malah memberikan dan mendekatkan saya dengan orang-orang yang dapat membimbing saya. Awal berhijrah pada pertengahan tahun 2013 dan subhanallah ujian nya dahsyat hehe tapi Alhamdulillah bisa istiqomah sampai sekarang.

Awalnya untuk tilawah saja saya males-malesan, palingan sehari hanya selembar atau dua lembar atau bahkan sehari tidak tilawah. Lagi-lagi saya bersyukur terhadap Allah yang karena-Nya saya dapat bergabung di satu grup yang di beri nama ODOJ222, terasa berat memang awal tilawah sehari 1 juz, banyak sekali rintangan dan godaannya. Mulai dari ngantuk, capek, dan masih banyak lagi. Mungkin karena terlalu banyak penyakit hati pada diri ini, sehingga godaan nya semakin banyak..

Sampai akhirnya kholas 1 juz di hari pertama, dalam hati bersorak-sorak bergembira akhirnya saya bisa.. bisa tilawah 1 juz dalam sehari, dan ini awal semangat saya.
Hari ke 2, ke 3, bahkan akan menginjak yang ke 3 bulan, Alhamdulillah tilawah 1 juz perhari terasa sangat enteng, bahkan berani mengambil lelangan teman lain yang sedang berhalangan.

Dari sini lah kebersamaan ODOJ222 terlihat, memang sebelumnya kami belum pernah bertemu dan bertatap wajah sekalipun tapi kehangatan di keluarga ODOJ222 sangat terasa, coba saja lihat kalau ada lelangan pasti berebutan, atau bahkan saling berbagi dimana si A tilawah 5 lembar pertama kemudian si B tilawah 5 lembar selanjutnya. Spele memang, tapi disinilah kita bisa merasakan kebersamaannya. Sederhana memang, tapi disinilah kita bisa merasakan kekeluargaannya.

Sampai saat ini pun saya selalu menganggap ODOJ222 itu bagian dari keluarga kecil saya, dimana merekalah yang dapat memberikan motivasi saya tersendiri untuk menjadi seseorang yang lebih bahkan harus menjadi yang terbaik di hadapan-Nya.
“Kalau mereka bisa kenapa sayaa enggak?”

Pertemuan pertama dengan salah satu anggota ODOJ222 adalah kak Nur, saat itu saya ikut kajian bersamanya, selanjutnya dipertemukan oleh Bunda Enno, dan Sri di IBF (Islamic Book Fair). Ohiya, ngga nyangka juga bisa satu grup sama kakak kelas waktu SMA dulu hehe namanya kak Dessy (hallo kak dessy).

Meskipun saat ini belum bisa sepenuhnya bertemu dengan semua anggota keluarga ODOJ222 yang lainnya, tapi saya selalu percaya kalau nanti kelak kita akan bertemu. Bukan masalah tidak dapat bertemu di dunia tapi sangat menjadi masalah kalau nantinya saya tidak bisa bertemu dengan mereka di syurga-Nya, meskipun kita berjauhan tapi kalian selalu dihati *eaaa

Memang benar apa kata seseorang, kalau kita ingin merubah diri menjadi yang lebih baik pasti Allah akan mendekatkan kita dengan orang-orang baik juga. Menjadi baik itu pilihan, memang saya belum sepenuhnya menjadi seorang yang baik tapi saya akan berusaha menjadi seorang wanita yang baik di hadapan-Nya, tidak peduli apa kata mereka yang selalu menjudge saya, cukup Allah yang dapat menilai saya.




@dinanurhayatii
 
;