Jumat, 14 Maret 2014

Hidup Bukan Hanya Sekedar Bertahan Hidup

Kita bisa bernafas bergerak, melihat dan menikmati semua rezeki yang dilimpahkan Ilahi pada kita, itulah hidup dalam definisi harfiah. Tapi apakah hidup kita bertumbuh atau berkembang? Itu pertanyaannya. Tolak ukurnya mudah saja, renungkan dan refleksikan apa yang berbeda dengan dirimu bulan lalu dibandingkan sekarang? Kalau memang sudah ada perubahan yang lebih baik, berarti hidup berkembang dan bertumbuh.

Saya baca tweet dari kek Jamil Azzaini beliau bilang seperti ini “Hidup bukan hanya sekedar bertahan hidup, sebab ketika kita hidup tidak bertumbuh pada hakikatnya kita sudah mati.”

Nah, jangan sampai hidup kita seperti zombi berdasi. Artinya kita hanya melakukan pekerjaan rutin saja tanpa ada kreativitas dan peningkatan hidup sedikitpun. Dari hari ke hari hanya melakukan itu itu saja, mengerjakan pekerjaan rutin dan hanya sekedar mengerjakan yang sama dengan kualitas yang sama juga.

Ketika ada tantangan baru, kita menghindar dan tidak mau belajar. Kita takut beranjak dari zona nyaman. Kita takut melakukan kesalahan kalau kita menerima tantangan baru. Padahal kalau kita berani menerimanya, kita akan terus belajar dan akan menjadi peningkatan dan pertumbuhan dalam hidup kita. Zombi berdasi juga bekerja hanya untuk keperluan dirinya sendiri, tidak ada yang diinvestasikan dan di bagikan. Orientasinya hanya pada dirinya sendiri, dia tidak ingin membagikannya kepada orang sekitar.

Dari pada menjadi zombi berdasi mungkin mati adalah pilihan yang terhormat bagi kita.
“Barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin celakalah ia. Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin rugilah ia. Dan barang siapa yang hari ini lebih baik dari kemarin maka beruntunglah dia.” (Hadist)

Kita pun sering mendengar bahkan sudah tidak asing ditelinga kita perkataan Albert Einstein
“Hanya orang-orang gila mengharapkan hasil yang berbeda tetapi menggunaka cara yang sama.”

Pertanyaannya kita orang gila atau bukan? Dan apakah kita sudah melakukan cara-cara untuk meningkatkan kualitas hidup? Contohnya saya sendiri, beberapa tahun yang lalu Twitter dan Facebook hanya saya pakai untuk iseng-iseng saja bahkan banyak keluh kesah nya. Tapi belakangan ini saya gunakan untuk menebarkan virus-virus positif, baik lewat status, tweet bahkan tulisan-tulisan yang saya posting dan sebisa mungkin membawa manfaat bagi yang membacanya.

Saya juga pernah membaca tweet dari seseorang yang seperti ini kata-katanya;
“Malapetaka terbesar dalam kehidupan bukanlah kematian. Malapetaka terbesar dalam hidup adalah ketika potensi kita telah mati sementara kita masih hidup.”

Coba kita lihat sekeliling kita, lihat tentangga kita aja deh yang sangat dekat, atau mereka yang sudah berumur, tapi mereka belum menghasilkan prestasi apapun. Mereka bekerja hanya menghindari title pengangguran, dan hanya menggugurkan kewajibannya. Padahal mereka mempunyai potensi yang luar biasa besar untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.

Kasarnya orang-orang seperti ini bisa dikategorikan sebagai zombi. Ada tidak mereka tidak berpengaruh bagi lingkungan sekitar. Seperti batu, kelihatan tapi tidak berpengaruh apa-apa dalam kehidupan sekitarnya. Apakah kita mau menjadi seperti itu?

Imam Syafii berkata “Kehidupan laksana air, jika mengalir maka airnya bertambah jernih. Jika berhenti maka akan berbau busuk.”

Nah ini dia tamparan dan sindiran yang paling tajam dari salah satu ulama legendaris, jika kita terjebak dari zona nyaman dan malas bergerak, malas menetapkan target yang luar biasa, malas berbagi dan malas peduli, berarti kita sudah menebarkan bau busuk dalam hidup kita. Energi dan potensi kita tidak kita gunakan untuk meraih dan meningkatkan kualitas hidup. Yang terjadi kita akan membusuk dan menjadi manusia ala kadarnya.

Imam Al- Ghazali pun berkata “Hiduplah kamu bersama manusia sebagaimana pohon yang berbuah, mereka melemparinya dengan batu, tapi ia membalasnya dengan buah.”

Ini adalah kunci pentingnya untuk memastikan kita fokus untuk bertumbuh. Tinggalkan beban masa lalu, maafkan orang-orang yang melukai dan jangan berteman dengan kepedihan dan luka masa lalu. Tapi fokuslah pada kebahagiaanmu di masa sekarang dan masa yang akan datang.

Saya pernah baca bahasa luar di satu buku yang ada di Gramedia tapi lupa lagi bahasa apa dan berasal dari negara mana hehe
“Opto, ergo sum.” Artinya “aku memilih, maka aku ada.”
jika ada orang yang menyakitmu, kamu boleh memilih satu dari dua pola pikir ini.

Pertama, “Sampai tujuh turunan tujuh tanjakan nggak bakal gue maafin dia, sakit hati gue sama dia.”

Atau...

Kedua, “Ya sudah, aku akan tetap mendoakan dan berbuat baik padanya, karena dia telah mengurangi dosa dan melatih mentalku menjadi yang lebih kuat.”

Pilih dan tentukan mana yang menurutmu yang lebih baik untuk perkembangan dan pertumbuhan hidupmu. Kalau saya milih yang kedua makanya sekarang mental saya lebih kuat menghadapi orang-orang yang menyakiti saya.



@dinanurhayatii

0 komentar:

 
;