Kita bisa bernafas bergerak, melihat dan
menikmati semua rezeki yang dilimpahkan Ilahi pada kita, itulah hidup dalam
definisi harfiah. Tapi apakah hidup kita bertumbuh atau berkembang? Itu pertanyaannya.
Tolak ukurnya mudah saja, renungkan dan refleksikan apa yang berbeda dengan
dirimu bulan lalu dibandingkan sekarang? Kalau memang sudah ada perubahan yang
lebih baik, berarti hidup berkembang dan bertumbuh.
Saya baca tweet dari kek Jamil Azzaini beliau
bilang seperti ini “Hidup bukan hanya
sekedar bertahan hidup, sebab ketika kita hidup tidak bertumbuh pada hakikatnya
kita sudah mati.”
Nah, jangan sampai hidup kita seperti
zombi berdasi. Artinya kita hanya melakukan pekerjaan rutin saja tanpa ada
kreativitas dan peningkatan hidup sedikitpun. Dari hari ke hari hanya melakukan
itu itu saja, mengerjakan pekerjaan rutin dan hanya sekedar mengerjakan yang
sama dengan kualitas yang sama juga.
Ketika ada tantangan baru, kita
menghindar dan tidak mau belajar. Kita takut beranjak dari zona nyaman. Kita takut
melakukan kesalahan kalau kita menerima tantangan baru. Padahal kalau kita
berani menerimanya, kita akan terus belajar dan akan menjadi peningkatan dan
pertumbuhan dalam hidup kita. Zombi berdasi juga bekerja hanya untuk keperluan
dirinya sendiri, tidak ada yang diinvestasikan dan di bagikan. Orientasinya hanya
pada dirinya sendiri, dia tidak ingin membagikannya kepada orang sekitar.
Dari pada menjadi zombi berdasi mungkin
mati adalah pilihan yang terhormat bagi kita.
“Barang
siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin celakalah ia. Barang siapa
yang hari ini sama dengan hari kemarin rugilah ia. Dan barang siapa yang hari
ini lebih baik dari kemarin maka beruntunglah dia.” (Hadist)
Kita pun sering mendengar bahkan sudah
tidak asing ditelinga kita perkataan Albert Einstein
“Hanya
orang-orang gila mengharapkan hasil yang berbeda tetapi menggunaka cara yang
sama.”
Pertanyaannya kita orang gila atau
bukan? Dan apakah kita sudah melakukan cara-cara untuk meningkatkan kualitas
hidup? Contohnya saya sendiri, beberapa tahun yang lalu Twitter dan Facebook
hanya saya pakai untuk iseng-iseng saja bahkan banyak keluh kesah nya. Tapi belakangan
ini saya gunakan untuk menebarkan virus-virus positif, baik lewat status, tweet
bahkan tulisan-tulisan yang saya posting dan sebisa mungkin membawa manfaat
bagi yang membacanya.
Saya juga pernah membaca tweet dari
seseorang yang seperti ini kata-katanya;
“Malapetaka
terbesar dalam kehidupan bukanlah kematian. Malapetaka terbesar dalam hidup
adalah ketika potensi kita telah mati sementara kita masih hidup.”
Coba kita lihat sekeliling kita, lihat
tentangga kita aja deh yang sangat dekat, atau mereka yang sudah berumur, tapi
mereka belum menghasilkan prestasi apapun. Mereka bekerja hanya menghindari title pengangguran, dan hanya
menggugurkan kewajibannya. Padahal mereka mempunyai potensi yang luar biasa
besar untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.
Kasarnya orang-orang seperti ini bisa
dikategorikan sebagai zombi. Ada tidak mereka tidak berpengaruh bagi lingkungan
sekitar. Seperti batu, kelihatan tapi tidak berpengaruh apa-apa dalam kehidupan
sekitarnya. Apakah kita mau menjadi seperti itu?
Imam Syafii berkata “Kehidupan laksana air, jika mengalir maka airnya bertambah jernih. Jika
berhenti maka akan berbau busuk.”
Nah ini dia tamparan dan sindiran yang
paling tajam dari salah satu ulama legendaris, jika kita terjebak dari zona
nyaman dan malas bergerak, malas menetapkan target yang luar biasa, malas
berbagi dan malas peduli, berarti kita sudah menebarkan bau busuk dalam hidup
kita. Energi dan potensi kita tidak kita gunakan untuk meraih dan meningkatkan
kualitas hidup. Yang terjadi kita akan membusuk dan menjadi manusia ala
kadarnya.
Imam Al- Ghazali pun berkata “Hiduplah kamu bersama manusia sebagaimana
pohon yang berbuah, mereka melemparinya dengan batu, tapi ia membalasnya dengan
buah.”
Ini adalah kunci pentingnya untuk
memastikan kita fokus untuk bertumbuh. Tinggalkan beban masa lalu, maafkan orang-orang
yang melukai dan jangan berteman dengan kepedihan dan luka masa lalu. Tapi fokuslah
pada kebahagiaanmu di masa sekarang dan masa yang akan datang.
Saya pernah baca bahasa luar di satu
buku yang ada di Gramedia tapi lupa
lagi bahasa apa dan berasal dari negara mana hehe
“Opto,
ergo sum.” Artinya “aku memilih,
maka aku ada.”
jika ada orang yang menyakitmu, kamu boleh
memilih satu dari dua pola pikir ini.
Pertama, “Sampai tujuh turunan tujuh
tanjakan nggak bakal gue maafin dia, sakit hati gue sama dia.”
Atau...
Kedua, “Ya sudah, aku akan tetap
mendoakan dan berbuat baik padanya, karena dia telah mengurangi dosa dan
melatih mentalku menjadi yang lebih kuat.”
Pilih dan tentukan mana yang menurutmu yang
lebih baik untuk perkembangan dan pertumbuhan hidupmu. Kalau saya milih yang
kedua makanya sekarang mental saya lebih kuat menghadapi orang-orang yang
menyakiti saya.
@dinanurhayatii
0 komentar:
Posting Komentar