Sabtu, 01 Maret 2014

Semangat Juang Untuk Ayah dan Ibu

Bahagia itu sederhana, sesederhana aku masih dapat bangun pagi esok hari,
Bahagia itu sederhana, sederhananya aku masih dapat melihat senyum ayah dan ibunda,
Bahagia itu sederhana, dapat berkumpul dengan keluarga yang masih utuh dan lengkap, dan
Bahagia itu sederhana, aku dapat memberikan hadiah untuk orangtua ku dengan hasil jerih payah keringatku sendiri.

Iyaa, sesederhana itu aku dapat mengungkapkannya. Karena aku pun terlahir dari keluarga yang sangat sederhana, aku miskin!! Aku terlahir tidak memiliki apapun, pakaian pun aku tak punya kalau tidak diberikan oleh ibu dan ayahku. Dan sampai detik ini aku masih menumpang hidup dengan ayah dan ibu, aku belum bisa memberikan sesuatu yang bisa membuat mereka tersenyum lebar.

Aku? Siapa aku? Sangat tidak pantas jika aku memamerkan harta yang dimiliki orangtua ku, sangat tidak pantas berfoya-foya dengan uang yang ibu dan ayah berikan, dan aku sangat malu kepada diriku sendiri. Karena sampai detik ini aku masih tetap meminta pada orangtua.

Aku bangga terhadap mereka, semangat juang yang tinggi untuk tetap mempertahankan anak-anaknya bersekolah. Karena mereka adalah semangat juang ku, karna mereka adalah orang pertama yang selalu membantu dan menyemangatiku, mereka orang pertama yang selalu memompa semangatku saat aku terjatuh dan hampir sempat putus asa tuk sekian kalinya. Hanya mereka yang slalu membimbingku memberikan nasihat-nasihat yang super itu, dan hanya mereka yang membanggakan aku saat aku dihina oleh orang-orang yang mengecilkan semangatku.

Siapa lagi kalau bukan IBU dan AYAH, mereka adalah sosok super hebat dalam hidupku, mereka dapat mengalahkan seorang ‘Mario Teguh’ karna quote supernya. Mereka idolaku, idola sepanjang hidupku.

Aku terlahir sebagai anak pertama dan memiliki 4 adik yang usia nya tak jauh dari kelahiranku, sejak SD orangtua telah mengajariku berjuang untuk memiliki sesuatu yang aku inginkan, darinya aku belajar kepahitan hidup, aku belajar bersusah payah untuk memiliki apapun yang aku inginkan dan darinya aku belajar untuk mensyukuri apapun hasilnya karena itu hasil dari jerih payahku.

Saat aku masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), aku mulai diajari untuk mengumpulkan uang yang saat itu Rp. 50,- masih berlaku,  kelas 1 SD uang jajan hanya Rp. 200,- perhari. Mungkin untuk zaman sekarang ini uang segitu tidak terlalu berarti, saat saya berada di Sekolah Dasar (SD) sekitar tahun 1999 uang itu terlihat besar, mengapa besar? Karna saat itu gorengan pun masih dapat dibeli dengan uang yang tidak terlalu berati pada saat ini, mengumpulkan koin demi koin yang aku sendiri pun tak tahu untuk apa nantinya kalau sudah tekumpul. Dari situ lah aku mulai belajar mandiri, dari situ lah aku dapat membeli apapun yang aku inginkan dan aku butuhkan, dari situlah aku belajar untuk memanfaatkan uang sebaik mungkin dan dari situlah dari nasehat ibu aku bisa sampai sekarang.

Terimakasih tak cukup aku katakan begitu saja, terimakasih tak cukup kalau tidak ada tindakan yang nyata untuk membahagiakannya.

Aku termasuk orang yang sangat egois, egois untuk kebahagiaanku dan egois untuk keberhasilanku, karena ini semua ku persembahkan untuk mereka yang slalu memotivasiku. Keringat, doa, bahkan hal kecil yang tidak berarti apapun bagi kalian tapi sangat berati untuk aku serta adik-adik ku, tak peduli orang lain berkata tentang diriku saat aku ingin membuka suatu usaha dan dikecilkan oleh orang lain, saat hinaan dan kata-kata yang melemahkan niatku untuk membahagiakan kalian.

Aku terlalu perasa, bahkan melihat orang lain terjatuh aku tak tega.
Aku memang tidak pernah peduli atas apa yang oranglain katakan tentang diriku, dan
Aku bahagia  memiliki kalian. Sungguh tak ada kata yang tepat aku ucapkan untuk dapat memberikan keterangan berapa, bagaimana, dan seperti apa rasa sayang ku dan bangga ku memiliki kalian.


Saat aku merasa, aku tak berarti di dunia kuliahku karena jurusan tersebut bukan minat ku. Tapi, aku harus tetap berusaha memberikan yang terbaik untuk orangtua walau hanya sekedar IPK yang tak berarti, saat IPK ku turun 0,10 semester 4 kemarin kalian tak menghukum dan memarahiku tapi apa yang aku dapat? Aku mendapat kata-kata super dari kalian.  “nggapapa, jangan jadikan nilai itu prioritas, tapi kualitas tindakan yang seharusnya di nomor satukan. Nilai itu tak berarti apapun kalau tidak diimbangi dengan kemampuan”.

Saat aku mendapat tawaran dari pihak kampus untuk menjadi Asisten Dosen, aku menolaknya karena aku rasa aku tidak terlalu berbakat menyampaikan ilmu ku pada orang banyak dengan perbuatan, dan orangtua menerima apapun itu keputusanku.

Aku mulai mengikuti berbagai seminar kewirausahaan dan aku mulai sedikit demi sedikit mencintai dunia tersebut, coba-coba jadi reseller, itung-itung mengumpulkan modal untuk membuka usaha ku sendiri, 6 bulan aku berjualan makanan dikampus dan dirumah, aku rasa aku mulai bosan.

Kesempatan lain menghampiri, aku mendapat tawaran untuk menjual buku-buku, tentu peluang itu aku ambil dengan keuntungan yang lumayan besar ketimbang aku berjualan makanan. Semakin semangat untuk membuka usaha dengan jerih payahku.

Suatu saat nanti aku berharap dapat mendengar kata-kata ini dari orangtuaku :
“Ini loh Dina anak pertama saya PENGUSAHA SUKSES, yang banyak karyawannya”
Aaahhh indahnya kata-kata tersebut terdengar.

Memang saat ini aku belum menjadi pengusaha, tapi setidaknya aku bisa sedikit membanggakan kedua orantuaku dengan sebuah karya yang dimataku masih belum ada apa-apanya. Tapi kalian selalu membantu dan menyemangatiku, mungkin untuk saat ini aku ingin fokus menjadi penulis dan pendakwah dahulu, aku ingin sedikit demi sedikit mensyiarkan islam, meskipun agamaku belum seberapa, tapi aku akan selalu belajar. Saat aku bicara keinginan ini kepada mereka, memang mereka tidak berbicara banyak dan menampilkan mimik wajah kekecewaan terhadapku. Malah merekalah yang terus membantu dan memotivasiku, bangga nya aku memiliki kedua orangtua yang selalu terus ada dibelakangku, yang terus mendorongku..

Ohiya tanpa sengaja waktu itu aku melihat tweet dari @motivatweet yang isi nya seperti ini :

“Lakukan demi ayah ibumu, niscaya tak akan pernah runtuh semangatmu. Ibu sudah mengandung kita 9 bulan lamanya, merawat kita bertahun-tahun lamanya. Tapi belum banyak yang kita persembahkan untuk ibunda.
Demi senyuman bangga ayah ibu kita kerahkan semua semangat. lakukan semua usaha, wujudkan kebahagiaan bagi keduanya.
apa yang ingin kamu persembahkan untuk ayah dan ibu?
ingat wajah ayah dan ibu kita, jadikan tatapan mata penuh cinta itu menjadi pembakar semangat juang kita!”
kutipan tersebut aku tempel di dinding rumah, dan slalu ku baca berulang-ulang setiap pagi.

Doa ku untuk kedua orangtua:

Rabb, doa mereka slalu tercurah untukku,
begitupun dengan aku
izinkan aku membahagiakannya meski sebentar
izinkan mereka melihatku tersenyum bangga kepada ku
izinkan mereka dapat menggendong cucu dari ku
dan berikan umur yang panjang untuk mereka.
Aku tahu usia nya tak lagi muda
dan akupun tahu wajahnya tak secantik dan setampan dahulu
namun izikan aku untuk membahagiakannya
izinkan aku memberikan secuil harapan yang mereka inginkan dulu kepadaku
dan izinkan mereka dapat melihat ke 5 (lima) anaknya sukses
slalu ada kemudahan disetiap kesulitan
aku yakin dan percaya akan semua kuasa Mu
berikan kami yang terbaik
permudahkanlah kami
aamiin



@dinanurhayatii

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Oh Tuhan, ini keren sekali kakak ya ampun, kata katanya memotivasi. ini keren!! :))

 
;