Untuk pertama kalinya di tahun 2014 saya
test STIFIn tepat pertengahan bulan maret lalu.
Kali ini saya ingin menulis sedikit
tentang diri saya, tentang mesin kecerdasan saya, dan tentang yang saya
pelajari mengenai ilmu STIFIn.
Yes,
I'm Sensingers.
Kalau dalam STIFIn, ada 5 jenis mesin
kecerdasan yaitu Sensing, Thinking, Intuiting, Feeling dan Insting. Nah, mesin
kecerdasan saya adalah Sensing Introvert.
Belahan otak yang dominan pada mesin kecerdasan ini adalah belahan otak kiri
bawah. Kata kuncinya adalah mengingat, otot, rajin, tergerak. Drive saya Introvert dimana saya sulit untuk
dipengaruhi dari luar dan dapat memotivasi diri saya sendiri.
Sesaat setelah mengetahui mesin
kecerdasan saya, awalnya tidak percaya. Pasti tes nya salah nih, karena saya
mengira mesin kecerdasan saya itu Feeling. Apalagi ketika
dijelasin bahwa Sensing itu seharusnya ingatannya bagus. Itu bukan saya banget.
Karena saya sering ngeblank. Selalu ada acara bongkar-bongkar tas nyari kacamata,
atau nyari barang-barang yang biasa saya bawa dan biasa saya pakai. Track record saya soal ingat-mengingat
memang agak buruk.
Kemudian Sensing itu rajin, aktif, suka
bergerak dan berkeringat. Kalau itu Alhamdulillah saya memenuhi. Saking
aktifnya semua kegiatan mau dijalani. Sampe kadang bingung sendiri untuk membagi
waktu. Kalau mau mencari teman untuk belanja, jalan-jalan, main-main dari pagi
sampe malem ajak saja orang Sensing. Baterai-nya tidak habis-habis. Dari pagi aktivitasnya
banyak seharian. Malamnya masih chattingan, tilawah, baca buku, dan lain-lain.
Paling sedih kalo lagi sakit. Seakan terperangkap dalam penjara nggak bisa
kemana-mana, nggak bisa aktivitas.
Kemistrinya mengejar harta, nggak enak
banget ya kesannya. Sampe-sampe sering dibully temen-temen gara-gara ini. Kalau
menurut pendapat saya mengapa harus "Mengejar Harta". Harta itu
hanyalah sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan hidup yang lebih mulia.
Misalnya : Menghajikan orang tua, umroh, mendirikan rumah tahfidz, memberi
pekerjaan bagi banyak orang, memiliki tempat tinggal yang "Baiti Jannati", dan lain-lain.
Ketika kita memiliki materi akan lebih
mudah bagi kita untuk menolong sesama, membantu syiar islam, beribadah. That's the point. Selama kita diberi
kesempatan untuk hidup di dunia, teruslah bekerja dan berkarya. Paling nggak
suka sama orang yang pengangguran dan nggak mau usaha untuk merubah hidup dan
orang yang meminta-minta. Kesannya males banget jadi orang.
Sensing itu cerewet, bawel, printilan.
Ya, itu bener banget, sensing bisa kalem saat di foto saja. Sering terjebak di
hal-hal kecil yang kadang nggak terlalu penting. Bawel banget kalo ada kerjaan
yang belum beres yang menyangkut orang lain. Bisa-bisa setiap berapa menit
sekali ngecek progressnya. Hehe
Alhamdulillaah saya disatukan di dalam
satu grup yang isinya orang-orang sensing semua. Di grup itu seolah-olah saya
bercermin. Gimana enggak, setiap ada yang melempar pertanyaan jawabannya sama
atau paling gak mirip-mirip lah. Dari grup tersebut saya belajar bagaimana
memaksimalkan ke "Sensing" an saya, bagaimana cara agar menjadi lebih
produktif, bagaimana menghadapi permasalahan hidup, bahkan memilih pasangan
hidup. Saya sangat perlu dan butuh sparring, yang mana sparring itu sangat
penting bagi seorang sensing untuk belajar dan berumbuh.
And
the last but not least.
Saya sekarang bangga menjadi seorang
sensing, karena sensing adalah calonnya orang kaya dan sukses. Mungkin karena
kerajinan dan keuletannya. Buktinya banyak tokoh-tokoh pengusaha yang adalah
seorang sensing, seperti Bill Gates, Chairul Tanjung, Ippho Santosa, AA Gym,
Mas Mono, dan lain-lain. Semoga saya bisa mengikuti jejak mereka menjadi orang
kaya dan sukses juga bermanfaat bagi orang banyak. Aamiin Yaa Rabb...
dan masih banyak lainnya tentang sensing atau mesin kecerdasan saya yang tidak bisa saya tuliskan secara rinci disini.
mau ngobrol dengan saya?
Follow twitter : @dinanurhayatii