Selasa, 29 April 2014 8 komentar

I’m Sensingers

Untuk pertama kalinya di tahun 2014 saya test STIFIn tepat pertengahan bulan maret lalu.

Kali ini saya ingin menulis sedikit tentang diri saya, tentang mesin kecerdasan saya, dan tentang yang saya pelajari mengenai ilmu STIFIn.

Yes, I'm Sensingers.

Kalau dalam STIFIn, ada 5 jenis mesin kecerdasan yaitu Sensing, Thinking, Intuiting, Feeling dan Insting. Nah, mesin kecerdasan saya adalah Sensing Introvert. Belahan otak yang dominan pada mesin kecerdasan ini adalah belahan otak kiri bawah. Kata kuncinya adalah mengingat, otot, rajin, tergerak. Drive saya Introvert dimana saya sulit untuk dipengaruhi dari luar dan dapat memotivasi diri saya sendiri.

Sesaat setelah mengetahui mesin kecerdasan saya, awalnya tidak percaya. Pasti tes nya salah nih, karena saya mengira mesin kecerdasan saya itu Feeling. Apalagi ketika dijelasin bahwa Sensing itu seharusnya ingatannya bagus. Itu bukan saya banget. Karena saya sering ngeblank. Selalu ada acara bongkar-bongkar tas nyari kacamata, atau nyari barang-barang yang biasa saya bawa dan biasa saya pakai. Track record saya soal ingat-mengingat memang agak buruk.

Kemudian Sensing itu rajin, aktif, suka bergerak dan berkeringat. Kalau itu Alhamdulillah saya memenuhi. Saking aktifnya semua kegiatan mau dijalani. Sampe kadang bingung sendiri untuk membagi waktu. Kalau mau mencari teman untuk belanja, jalan-jalan, main-main dari pagi sampe malem ajak saja orang Sensing. Baterai-nya tidak habis-habis. Dari pagi aktivitasnya banyak seharian. Malamnya masih chattingan, tilawah, baca buku, dan lain-lain. Paling sedih kalo lagi sakit. Seakan terperangkap dalam penjara nggak bisa kemana-mana, nggak bisa aktivitas.

Kemistrinya mengejar harta, nggak enak banget ya kesannya. Sampe-sampe sering dibully temen-temen gara-gara ini. Kalau menurut pendapat saya mengapa harus "Mengejar Harta". Harta itu hanyalah sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan hidup yang lebih mulia. Misalnya : Menghajikan orang tua, umroh, mendirikan rumah tahfidz, memberi pekerjaan bagi banyak orang, memiliki tempat tinggal yang "Baiti Jannati", dan lain-lain.

Ketika kita memiliki materi akan lebih mudah bagi kita untuk menolong sesama, membantu syiar islam, beribadah. That's the point. Selama kita diberi kesempatan untuk hidup di dunia, teruslah bekerja dan berkarya. Paling nggak suka sama orang yang pengangguran dan nggak mau usaha untuk merubah hidup dan orang yang meminta-minta. Kesannya males banget jadi orang.

Sensing itu cerewet, bawel, printilan. Ya, itu bener banget, sensing bisa kalem saat di foto saja. Sering terjebak di hal-hal kecil yang kadang nggak terlalu penting. Bawel banget kalo ada kerjaan yang belum beres yang menyangkut orang lain. Bisa-bisa setiap berapa menit sekali ngecek progressnya. Hehe

Alhamdulillaah saya disatukan di dalam satu grup yang isinya orang-orang sensing semua. Di grup itu seolah-olah saya bercermin. Gimana enggak, setiap ada yang melempar pertanyaan jawabannya sama atau paling gak mirip-mirip lah. Dari grup tersebut saya belajar bagaimana memaksimalkan ke "Sensing" an saya, bagaimana cara agar menjadi lebih produktif, bagaimana menghadapi permasalahan hidup, bahkan memilih pasangan hidup. Saya sangat perlu dan butuh sparring, yang mana sparring itu sangat penting bagi seorang sensing untuk belajar dan berumbuh.

And the last but not least.
Saya sekarang bangga menjadi seorang sensing, karena sensing adalah calonnya orang kaya dan sukses. Mungkin karena kerajinan dan keuletannya. Buktinya banyak tokoh-tokoh pengusaha yang adalah seorang sensing, seperti Bill Gates, Chairul Tanjung, Ippho Santosa, AA Gym, Mas Mono, dan lain-lain. Semoga saya bisa mengikuti jejak mereka menjadi orang kaya dan sukses juga bermanfaat bagi orang banyak. Aamiin Yaa Rabb...

dan masih banyak lainnya tentang sensing atau mesin kecerdasan saya yang tidak bisa saya tuliskan secara rinci disini. 


mau ngobrol dengan saya? 
Follow twitter  : @dinanurhayatii
Selasa, 22 April 2014 0 komentar

Pertemuan Pertama

  
Pagi, buang peluhmu dan lepaskan segala bebanmu. Nikmati hari ini dengan semangat penuh tanpa batas. Bayangkan, afirmasikan dan berikan energi positif untuk orang-orang sekitar.

Ya, saat matahari masih malu-malu menampakkan dirinya. Saat langit masih menghitamkan bumi. Mungkin, saat yang lain masih terlelap, hanya aku yang sudah bangun untuk bersiap-siap menyegerakan pergi berkumpul dengan kawan-kawan baru.

Tepat jam 04.00 aku bergegas untuk mandi dan bersiap-siap pergi ke HI. Udara yang dingin hampir membuat aku enggan dan mengulur-ulur waktu utuk membesihkan diri, untunglah aku selalu bisa memotivasi diriku sendiri. selama ini aku diajarkan dan berusaha untuk selalu disiplin, tidak boleh telat meskipun hanya beberapa menit.

“mau kemana mbak?”. ujar Ibuku. saat aku ingin berangkat pergi.
“mau kumpul komunitas bu”. kata Ku. Sembari mengambil piring dan ingin sarapan pagi.
Bersyukur, aku sangat bersyukur memiliki orangtua yang selalu mendukung apapun kegiatan ku. sampai aku mengikuti 8 komunitas dan selalu sibuk dengan dunia ku sendiri, mereka tetap mendukung.

05.15 aku bergegas untuk berangkat, jalan sendirian, gang masih dalam keadaan gelap, dan sepi. Ya, seperti biasa aku melihat sosok wanita yang tak asing lagi. Wanita itu seperti tersenyum manis kepadaku. Entah, mengapa wanita itu sering menampakkan dirinya, membuat bulu kuduk ku merinding dan kaki ku lemas seketika saat itu. Untunglah, aku ditemani oleh kak suci meskipun hanya melalui chatting whatsapp. Sambil istighfar, dan berdzikir berjalan menelusuri gang. menunggu angkutan umum. Beruntungnya tidak ada macet sama sekali.

06.02 sampai di halte UKI, aku menunggu kak Yani, orang yang selama ini ingin aku temui. Ya, karena ada keterlambatan. Aku menunggu kak yani hingga jam 06.49 waktu yang tidak sebentar, sabar, meskipun aku sangat tidak menyukai menunggu. Tapi, karena keinginan ku yang menggebu-gebu untuk bertemu dengannya, raja jenuh itu tak terasa sedikit pun.

Handphone ku berbunyi, ternyata itu dari kak yani. Ku angkat telp dari nya, lalu aku bergegas membeli tiket busway. Yeay, akhirnya aku bertemu juga dengan wanita itu. Yang dulu aku selalu berbicara dalam hati “Aku harus bertemu dengan yani. HARUS!”. Perkataan itu terbukti, ngobrol sepuas-puasnya dengan kak yani. Janjian juga dengan kak suci di halte tosari. Setelah itu berjalan kami bertiga dengan semangatku yang masih menggebu-gebu.

Berjalan menuju HI untuk berkumpul dengan beberapa panitia anggota komunitas OWOP. Beberapa menit kemudian bertemu dengan said, sembari duduk dan mengobrol obrol dengan kak yani. Setelah berkumpul, kami berjalan menuju taman tosari. Ini kali pertama aku pergi ketaman tersebut bersama seseorang yang dari dulu ingin aku temui.

Sesampai di taman tosari, kami disana perkenalan terlebih dahulu. Sebenarnya sudah kenal sih. Hanya untuk memperhangat suasana dan saling lebih kenal mengenal. Aku merasa hanya berduaan dengan kak yani padahal disana itu ramai sekali. ah.. sudah lah, aku menikmati kebersamaan nya bersama-sama.

Dimulai dengan perkenalan, selanjutnya cerita awal mula OWOP, setelah itu membicarakan acara gathering perdana yang akan kami adakan tanggal 15 mei mendatang. Keseruan dan euforia nya terasa sekali. Kumpul sama temen-temen yang memang menyukai hal yang sama, yakni; sama-sama suka nulis dan suka berbicara. Dan saya rasa, saya yang paling berisik dan sok asyik sendiri. hehe

Perbincangan akhirnya selesai sekitar pukul 11.00, sebelum pulang dan melajutkan aktivitasnya masing-masing kami foto-foto dahulu.

Jalan bersama-sama dengan 5 orang wanita yang awalnya aku hanya mengenal mereka dari dunia maya dan sekarang aku bisa bertemu dengan mereka semua menjalin silahturahim. Perpisahan dimulai saat di perempatan, yang akupun tidak mengetahui nama jalan tersebut apa, kali ini kami hanya tinggal bertiga. Yakni hanya ada aku, yani, dan suci. Selama perjalanan menuju halte kami bercerita mengenai hijrah. Duh.. badanku merinding kalau cerita dan dengar cerita mengenai hijrah.

Perpisahan kembali, kali ini hanya aku dan kak yani. Awalnya kami ingin langsung pulang. Tapi ajakan kak yani membuatku tak bisa menolaknya. Karena aku masih ingin bersama dengan dirinya. *eaa

Kami langsung ke masjid istiqlal, sholat dzuhur disana. Setelah sholat aku cerita puas banget dengan kak yani. Cerita tentang kehidupan aku, keinginan aku, impian-impian aku. Dan kita saling bercerita, sharing bersama. Aku baru menyadari ternyata selama ini aku satu atap dengan kak yani, mulai dari kami satu daerah tempat tinggal, selalu bertemu di media sosial sampai bisa satu komunitas, setelah bertemu kami memiliki tahi lalat yang sama, yakni; di dagu. Memiliki mesin kecerdasan dan golongan darah yang sama juga; Sensing, O. Yang membedakan hanya drive nya saja, dimana kak yani extrovert sedangkan aku Introvert. Sama-sama suka bicara dan bertemu dengan orang baru. Memiliki kisah klasik zaman jahiliyah dulu yang nggak jauh berbeda. Ah... pokoknya banyak samanya. Tinggi kami pun hampir sama, hanya saja kak yani langsing aku agak langsung. Hihi

Iya, pertemuan itu sangat berkesan bagi diriku pribadi. Semoga saja masih tetap bisa bertemu dan berbicang-bincang dengannya. Aku hanya ingin bercerita sedikit kepada kak yani, ini dari hati aku yang terdalam loh.. hehe

“Kak, aku tau semua perjuangan untuk menggapai impian memang penuh dengan batu terjal. Bahkan kerikil-kerikil ujian yang datang sering di anggap besar. Tapi aku yakin, Oneday, aku bisa jadi apa yang aku ceritakan kemarin. Aku bisa seperti kak yani yang hanya menuliskan ingin satu tim dengan mas brili, aku bisa mewujudkan impianku untuk bisa satu acara nantinya dengan mas brili. Aku bisa menjadi wanita yang selalu ceria dan penuh semangat seperti kak yani. Aku bisa menjadi apa yang aku mau semua demi orang-orang yang aku sayangi. Aku? Siapa sih aku? Hanya seorang wanita yang memiliki impian terlalu banyak dan ingin mewujudkannya semuanya. Mungkin terkesan maruk dan egois, tapi biarlah. Aku tidak terlalu peduli dengan perkataan-perkaan orang-orang yang ingin menjatuhkan ku. bagiku maju terus sampai mampus. Aku.. iyaa ini lah aku. Yang akan terus maju demi tergapainya semua impianku. Letih? Iyaa letih, tapi aku tidak terlalu mendramatisir keletihanku.

Kak, tetap jadi seperti kak yani yang saat ini. Kalau sudah menjadi besar nanti; trainer terkenal. Jangan pernah sombong yah. Karena aku ingin menjadikan kak yani inspiration ku yang ke empat setelah kedua orangtua ku dan mas brili. Sampai ketemu lagi nanti, dengan beribu cerita yang ingin aku ceritakan.”


@dinanurhayatii
Jumat, 18 April 2014 0 komentar

Cerita Hujan


Aku sedang mendengar hujan bercerita.....

Diawali dengan cerita tentang cinta sepasang remaja. Cinta yang membutakan dunia
Seolah-olah hidup adalah selamanya. Cinta adalah segalanya.

Mereka lupa, cinta bukan hanya soal bahagia, patah hati adalah romantisme dalam bahasa berbeda. Hujan mendongeng tentang rindu. Rindu yang diam-diam dititip ke awan. Pemilik rindu berharap hujan menyampaikan lewat rintik yang jatuh kebumi.

Rindu diam-diam..
Serupa gunung es bukan?
Tenang dan kecil dipermukaan. Dalam. Menggumpal dan menyesakkan.

Ah... hujan..
Hentikan dongeng mu sebentar. Akupun ingin menitip selarik rindu untuk lelaki yang tentu kamu tau. Lelaki yang sering ku sebut dalam doaku, lelaki yang kutulis namanya saat tempiasmu menyebabkan embun dikaca jendela.

Aku bukan lagi remaja yang memuja cinta, tapi aku mencintainya kenal logika. Aku mencintainya dengan sederhana, dengan harapan dia bahagia.. itu saja..

Hujan datanglah lagi..

aku ingin mendengar kau bercerita perihal mimpi..


@dinanurhayatii
Minggu, 13 April 2014 2 komentar

Selaksa Hujan


Seusai definisi, deskripsi menyeruak, membilang, menjejak, dan menjalar. Pengertian yang dijelaskan, satu kali, dua-tiga, dan berkali-kali lagi hingga akhirnya mengakar suatu pemahaman setengah jadi. Katanya melalui aksi, sebab manfaat jadi harga mati, lagi-lagi berulang kali, hingga pemahaman pun sudah benar-benar jadi dan terlengkapi. Dengan ini pengetahuan mulai terungkapi.

Kau bertanya, dan aku menjawab. Kadang aku tahu jawabnya, dan kadang pula tak tahu maknanya. Kau pun begitu. Kita saling melengkapi jawaban, merangkai makna, sebab rasa tidak bisa dirangkai sendiri. Sebab jama’ah itu lebih kuat dan jauh jauh lebih teguh. Sebab ketika bersama tak ada yang tidak bisa diarungi. Sebab logika kebersamaan tak pantas sama dengan logika individualis. Dan logika perasaan jauh lebih tidak sama dengannya. Kau dan aku, yang saling menjawab dalam derasnya hujan.

Ada sebuah cerita. Ketika kakimu terluka dan jemariku teriris pisau dapur. Darah sama-sama mengalir. Tentu saja warna darah kita sama. Sebab nenek moyangmu adalah nenek moyangku, Kita cuma berbeda silsilah garis keturunan saja. Mungkin kau menuruni darah Sumatera. Dan aku menuruni darah Jawa. Tapi sialnya itu bukan kita. Darah kita ini sudah bercampur padu dalam satu tubuh yang dikehendaki mejadi wadah ruh kita. Sebab itu mari kita sebut darah ini Indonesia, sebab tidak jelas kita suku apa, pun wajah dan fisik ganteng dan cantik kita sudah anugrah dari Yang Maha Kuasa.

Ingatkah kau terakhir kali kita bertemu. Ketika kau bilang ingin memeluk hujan dan doamu terkabul sesudahnya? Tahukah kau? Ketika kita berpisah di ujung jalan segitiga, keinginan itu menyeruak begitu saja. “aku juga ingin.” Kataku dalam hati. Sebab hujan membersamai kita, sebab hujan melingkupi perasaan kita, sebab hujan menggenapi doa yang kita hujamkan bersama ke langit. Kepada Yang Maha Kuasa. Dan di atas kendaraan roda dua itu, hujan kembali merengkuh diriku yang tertawan di tengah jalan beraspal. Sebab hujan tak hanya melulu bicara tentang bahagia, juga tak melulu bicara soal kesedihan, sebab hujan menggenapi semuanya, membawa rahmat yang ditiupkan oleh-Nya.

Kita belum pernah saling bercerita tentang mimpi dan cita-cita, pun satu hal yang pasti bahwa kita tidak suka menjadi sia-sia. Sebab kesia-siaan adalah sebuah kehampaan, dan kehampaan berarti hidup segan mati pun tak mau. Sebab kita manusia yang terlalu hidup. Dihidupkan oleh-Nya, dan juga di jaga oleh-Nya. Sebab kita haus akan berbuat amal baik, hati kita dehidrasi jikalau lama tak bersentuhan dengan hati manusia lainnya, sebab sesungguhnya perasaan kita satu sama lain saling terhubung. Ada yang berlinear, horizontal, vertikal, zig-zag, pun spiral. Jalan apapun yang kita tempuh, jikalau hati kita hanya berharap kepada Yang Maha Kuasa, Insyaallah tujuan kita sama, hanya waktu sampai yang berbeda.

Ada sebuah akhir yang diharapkan, ada sebuah perasaan yang tak sanggup dikatakan, ada cita yang dituju, ada kita yang berdiri di sini, di atas jalannya masing-masing. Pun tak pernah melihat akhir dari sebuah perjalanan, ada keyakinan yang terbangun, ada usaha yang tersusun, tidak jarang darah dan nyawa menjadi taruhannya.. Bukan hal baru pula kalau air mata selalu mengalir karenanya. Sebab indahnya hidup selalu terjadi setelah lelahnya berjuang. Bersakit-sakit dahulu, berenang-renang ke tepian.

Sebab berusaha di tengah mencapai cita, sama ketika kita mencintai seseorang. Sebab perasaan adalah tentang terjatuh, dan mencapai cita sama dengan menjatuhkan diri. Berpeluh-peluh, bersusah-susah, bermanis-manis. Sebab berusaha mencapai cita dan mencintai itu adalah sama. Sudahkah kau dan aku mencintai Tuhan kita?
Sabtu, 12 April 2014 0 komentar

Awan Senja dan Hujan



Aku ingin menjadi senja
Cantik berhias jingga atau kesumba
Sejenak meneduhkan mata
Dinanti para pemujanya..

Aku ingin menjadi hujan…
Datang mengiring pelukan
Sebagai doa yang dijabah Tuhan
Jelmaan soneta kerinduan

Bila aku tak mampu jadi senja atau hujan
Ijinkan aku menjadi awan
Yang entah jingga entah abu abu
Ada di setiap warna langitmu
 
;