Selasa, 30 September 2014 0 komentar

#20FactsAboutMe

20 Facts about me. Karena jadi TTWW di instagram dan tumblr, jadi saya mau ikutan untuk membuatnya. Jangan di baca ya, kalau ga sengaja ke baca langsung close tab nya aja. hehe

Bissmillah.. Duh saya deg degan nih :D

1. Nama Dina Nurhayati, lahirnya di bogor karena bikin akte kelahirannya di cilacap dan terjadi miskom jadi tempat lahirnya tertulis di cilacap.

2. Sayang banget sama ibu, kalau ada apa-apa nangis, cerita atau apapun itu pasti ke ibu. peluk ibu sambil nangis di dalam pelukkannya. hehe

3. Anak pertama dari 5 bersaudara. Memiliki 3 adik laki-laki dan 1 adik perempuan.

4. Manja, manja nya sama orang tertentu aja sih. Kalau sama ibu manjanya pake banget. Nanti kalau sudah menikah manja nya ngga sama ibu lagi. hehe namun ibu tetaplah ibu, yang pake banget akan tetap manja namun agak sedikit dikurangin, karena nanti posisinya akan berbeda, saya yang harus memanjakan ibu. hehe

5. Suka banget sama anak kecil, apa lagi yang masih debay (dedek bayi)

6. Penurut. tetapi tidak suka di suruh ngelakuin dengan nada keras lagi kasar.

7. Kecerdasan dominan Sensing introvert (Otak belahan kiri bawah) dan memiliki golongan darah O.

8. Orangnya asyik. Seneng banget ngobrol, dan melucu, tapi kalau udah ngga mood pasti diem sejadi-jadinya. Cuek, seperti mendengarkan tapi nyatanya tidak. hehe

9. Aktif. orangnya aktif, gerak mulu, apapun dilakuin. seneng banget jalan, jalan kaki maksudnya. kalau diem, ngga ada kegiatan kadang bikin pusing kepala.

10. Keinginannya kuat. Kalau mau sesuatu bakal mengusahakan habis-habisan. Anehnya ngga mau dikasih, maunya dengan hasil jerih payah sendiri.

11. Keliatannya selalu ceria tapi sebenernya cengeng kalau udah sendirian. Entah, kadang inget tentang hal apapun itu, atau saat baca buku yang mengharukan tentang orangtua bikin nangis sejadi-jadinya.

12. Suka banget sama hal-hal baru, segala komunitas di coba. Awalnya sih cuma iseng dan pengen tau aja kalau nyaman tetap akan terus bertahan kalau udah ngga nyaman bakal langsung out. 

13. Agak songong, blak-blakkan dan ngga suka basa basi.

14. Suka tantangan. Tapi gampang nyerah. (yeelaaa. sifat buruk yang harus sesegera mungkin di hilangkan)

15. Suka banget sama olahraga tapi yang masuk kedalam kategori Bela Diri.

16. Ngga suka kebanyakkan dikasih teori. cukup contohin, dan jelasin seperlunya setelah itu biarkan saya bergerak dan melakukkannya sendiri.

17. Suka baca buku dan Nulis. Meskipun sampai saat ini nulisnya ngga bagus-bagus amat sih. hehe

18. Dream tersendiri, nikah muda sebelum umur 24. hehehe

19. Pengen punya suami yang soleh, dewasa, selalu mendahulukan Allah, sayang sama aku dan keluarga ku. Bertanggung jawab pastinya, Mau mengajarkan hal-hal yang belum aku ketahui dengan sabar.

20. Nothing Special. nggak ada yang bisa dibanggakan dari diriku sebenernya. Apalah arti diriku tanpa diriMu yang telah menghadirkan ku orang-orang yang special. Keluarga dan sahabat misalnya.


Oke, itulah 20 facts about me. What about you?
Selasa, 23 September 2014 0 komentar

Jika Istrimu Seorang Penulis

Sebuah cerita jika pengandaian dalam jangka waktu yang tidak dapat di tentukan. ini adalah sebuah jika, yang bisa jadi hanya sekedar ilusi, maupun pengharapan dimasa depan. Wallahua'lam

Setiap wanita sejatinya adalah sosok pemerhati dan ingin diperhatikan. Hal ini juga berlaku jika kelak kau dapati bahwa istrimu adalah seorang penulis. Seorang penggiat aksara, yang selalu sibuk berkutat dengan deretan abjad di dalam kepalanya.

Dalam diamnya seorang penulis, jangan selalu kau anggap itu sebagai ungkapan marahnya. Ia membutuhkan waktu lebih banyak untuk pikirannya sendiri. Mengolah apa yang seharian ini ia tangkap, kemudian berpindah dari sudut pandang satu ke sudut pandang yang lain. Ia bukan marah kepadamu, sama sekali tidak. Berilah ia waktu untuk menepi, berdiam diri diteras rumah sambil memegang kertas dan pena atau sekedar duduk berkawan dengan netbook-nya.

Perlu ku tegaskan, jika istrimu adalah seorang penulis jangan sesekali menganggap bahwa dia adalah seorang autis. Ia memang memiliki dunia lain yang rasanya sulit untuk diterobos olehmu, orang terdekatnya sekalipun. Namun, ia tetap menulis, yang pandai menangkap setiap ekspresi yang kau tampilkan, gerak yang kau lakukan atau bahkan membaca isi hatimu melalui warna baju yang kau kenakan. Ia tetap membutuhkan bahumu untuk bersandar dikala aksara di dalam benaknya hanya mengawang tanpa dapat ia rangkai dengan baik. Ia tetap membutuhkan perhatian-perhatian kecil darimu, meski hanya sekedar menawarkan cemilan sekalipun.

Jika istrimu adalah seorang penulis. Kau dapat menangkap sesuatu secara tersirat maupun tersurat. Radar kepekaannya memiliki tingkat lebih tajam dibanding manusia pada umumnya. Jadi, ketika kau ingin mengungkapkan rasa sayangmu kepadanya, boleh saja kau selipkan puisi pada buku catatannya atau bahkan sebuah gambar berbentuk hati pada kertas yang kau letakkan di bawah cangkir kopinya. Bisa saja. Dan dia akan mengerti.

Kesedihan seorang penulis akan tumpah ruah pada tulisannya. Maka, ketika kau tak mengerti apa yang sedang ia rasakan, pastikan kau telah membaca setiap baris dalam tulisannya. Jika tiada juga kau temukan makna didalamnya, ada baiknya kau dekati ia. Sekedar berceloteh tentang bintang, matahari, awan, hujan, langit atau apapun. Sendunya begitu sudah terbaca ketika ia bercerita tentang hujan kepadamu. Di saat-saat seperti itu, jangan pernah kau tinggalkan sendiri. Temani. Jadilah pendengar yang baik untuknya, sebagaimana ia menjadi pemerhati dirimu yang seringkali melupakan hal-hal kecil, tetapi penting dalam hidupmu. 

Ketika kau mengharapkan ungkapan cintanya kepadamu, bacalah jemarinya. Jemari yang senantiasa menggenggam pena untuk menggoreskan perasaannya, pada secarik kertas. Jemari yang ia gunakan untuk menekan tombol keyboard pada netbook-nya agar seluruh dunia dapat membaca aksaranya. Baca jemarinya, yang tidak pernah bosan  menuliskan sepenggal namamu pada nama belakangnya sebagai seorang penulis. Itulah ia, ungkapan cintanya kepadamu yang perlu kau pahami.

Teruntuk kamu, dia, atau satu diantara kalian, yang kelak dalam 'jika' itu pernah berangan memiliki istri seorang penulis.



Sumber : Grup WhatsApp, Penulis.
@dinanurhayatii
Senin, 22 September 2014 0 komentar

2 hari bersama

judulnya engga banget yaah.. haha
cuma pengen cerita -cerita aja sih selama 2 hari ini. sabtu dan minggu, bener-bener seruuu..
keluar, ngilangin penat.

Sabtu 20 sempember 2014, seperti biasa.. setiap hari saya mengeantar adik sekolah, setelah itu saya ke kampus hanya untuk mendapatkan tanda tangan asisten dosen penguji. janji itu diundur terus sama asisten. setengah jam setelahnya kira-kira jam 13.00 baru bisa bertemu beliau, ngga hanya langsung ketemu, tapi mesti nunggu dahulu beberapa menit. selesai jam 14.00. saya langsung meluncur nunggu bus jurusan blok M. bukan mau apa-apa kok, cuma mau main ajaa, sambil nyari buku.

galau sih sebenernya, kesana sama mba fitri, tapi dia bukannya siap-siap malah tidur lagi. di telpon ngga diangkat, di sms ga dibales, pantess banget lagi tidur ternyata. haha
okelah nyampe TKP sekitar jam 16.00 , setelah itu saya nyari resto cepat saji karena perut sudah berdering-dering meminta 'hak' nya. sembari nunggu mbak fitri dateng. ngga hanya nunggu diresto aja sih, saya keliling-keliling nyari buku akuntansi yang agak susah -_-

oke, tepat jam 16.30 akhirnya saya bertemu dengan mbak fitri, nyari buku bareng doi, daaaannn akhirnya mendapat buku-buku ini. haha ini ngeborong abis-abisan.
7 Novel Tere Liye, 1 Novel Oki Setiana Dewi, dan 2 buku Akuntansi. perut pun berdering lagi, okee.. saatnya makan lagi, karena saya ngga mau kalau maag ini kambuh mulu. sudah cukup, sudah capek *apasih lebay banget haha

setelah makan, lanjut nyari mushola terdekat, sholat maghrib, bukannya langsung pulang, malah ngider lagi nyari buku. Maap yaa, suka hilap kalau diajak ke tobuk hehe

sekitar jam 19.00 saat nya kita bebeah untuk pulang, dan lagi-lagi saya mesti nunggu. nunggu kedatangan APTB.

1 jam kemudian, APTB itu menghampiri, masuk kedalem bus dengan elegan. haha
ngobrol ngalor ngidul sama mba fitri, sampai-sampai kedinginan gegara AC yang sedang berduet dengan angin malam menghantam diri ini bertubi-tubi sehingga aku tak mampu untuk melawannya *apasih :D



tadinya mau nginep di cakung, tapi ngga berani sama terminal pulogadung yang notabene banyak pengamen dan perampok. yasudah alhasil kami pulang ke cileungsi. ngga langsung tidur masih ngobrol-ngobrol dirumah.

21.00 mba fitri udah tidur. lalu sayaa??? mata ini masih belum mau terpejam, biasanya baca qur'an sekaligus ngapalin diatas kasur yang kadang sampe ketiduran. ternyata masih belum ngantuk, malah nambah melek, baca novel oki setiana dewi masih belum ngantuk juga. alhasil maksain tidur, meremin mata, guling-gulingan di kasur, bikin rule untuk OWOP, dan tepat jam 01.55 baru mulai ngantuk.

***

Minggu pagi, 21 September 2014, udah niat dari kemarin mau CFD an, tapi udara mendukung banget buat tidur lagi . ah... aku tak boleh melakukan itu. oke, bergegas untuk mandi dan siap-siap. udah rapi, disuruh sarapan dulu dan meluncur ke HI, setelah dari HI langsung meluncur ke Cakung, tapi kata mba fitri kepagian kalo pulang, ya sudah saya ajak dia ke Monas. 

ga mesti jalan-jalan ditempat yang mahal, cukup dengan memanjakan panca indera ku saja udah cukup, hehe dan emang paling seneng diajak jalan kemana pun itu tujuannya.

saya yang notabene sok banget SKSD sama orang, haha nemu temen baru disana berikut foto-foto saya saat di monas, karena ngga kepikiran mau jalan, jadinya gabawa kamera, cuma memanfaatkan kamera handphone yang kualitas kameranya ngga seberapa. hehe







kameranya kurang bagus nih, agak nyesel jugaa.. tapi gpp lah, nanti kesana lagi. hehe
setelah berlelah-lelah akhirnya kitapun pulang kerumah masing-masing. 

berpisah dipersimpangan halte busway. hahaha
mudah-mudahan nanti mendapatkan suami yang seneng jalan jugaa.. hehe 
gamesti ketempat mahal, karena bersamamu aku nyaman *eaaa 

okee, see yaaaa :)


@dinanurhayatii

Minggu, 21 September 2014 0 komentar

Ibu Ibu Ibu

Hari ini ada yang sedang bertengkar dengan ibunya, ada yang sedang bercanda dengan ibunya, ada yang sedang berharap memeluk erat ibunya, dan ada yang menulis sajak tak berkesudahan untuk menyampaikan kerinduan yang berceceran pada ibunya bersamaan dengan doa dalam kehampaan hati yang membiru.

Teruntuk kau, yang sedang merindu.. Yang mengobrak abrik kenangan tentang ibu..

Ibu, yang kau sebut dengan panggilan mesra  "Malaikatku" mungkin memang telah berpulang terlebih dahulu, meninggalkan jejaknya pada album usang yang mungkin satu-satunya yang kau punya. Ibu tidak pernah ingin pergi, tapi takdir harus menuliskan pada garis tangannya. Mungkin juga dia sangat khawatir untuk meninggalkanmu, cemas kalau saja ada pemuda nakal yang ingin menghancurkan hatimu, dia pasti khawatir saat kamu sedang bertumbuh, dan bagaimana kamu bisa menyelesaikan ini dan itu.

Dia telah memikirkan itu, sedari awal kamu ditiupkan dalam rahimnya. Sedari awal dia tahu bahwa akan ada peri kecil yang menemaninya. Memang benar dia tidak memiliki banyak waktu untuk melihatmu tumbuh, tapi ia telah menyimpan harapan kecil sedari awal kamu menghirup udara dan menangis sekencang-kencangnya, bahwa suatu hari kamu akan menjadi kebanggan dalam hidupnya.

Dia boleh saja berpulang namun sejatinya setengah jiwanya itu kamu, maka hiduplah dengan melakukan yang terbaik. Untuk ibu.... Untuk dirimu.


-Dari aku yang hanya ingin sekedari membantu, untuk seorang kawan ku yang tengah dirundung rindu oleh kenangan ibu.




@dinanurhayatii
Sabtu, 20 September 2014 0 komentar

Cerita Bersama Ibu

sore itu aku dan ibu sedang duduk ruang keluarga, seperti biasa menemani dua adikku yang sedang belajar, atau hanya bercerita tentang apapun itu.

kemarin, seketika ibu berbicara diluar hal yang sebelumnya tak ku fikirkan..

ibu : Mbak, jika nanti kamu jadi seorang ibu, kamu tidak boleh berfikiran negatif tentang anakmu, sungguh tidak boleh. karena apa yang di fikirkan seorang ibu terhadap anaknya itu adalah sebuah doa

aku : iya bu, lagi pula nikahnya juga masih lama kok. masa punya anak duluan -_- engga lah bu..

ibu : yaa.. kamu berdoa dong dari sekarang biar di hadirkan pasangan yang bagus akhlaknya, rajin ibadahnya, sayang sama keluarga kamu.

aku : iya buuu, tapi masih lama -_- target aku 2 tahun lagi, aku masih mau deketin Allah, mau nyari ilmu yang banyak, bukan untuk apa-apa, ilmu itu untuk aku dan anak ku kelak..

ibu : bukan masalah target. kita boleh berencana, tapi Allah punya rencana lain. kalau misalnya jodoh kamu datang lebih cepat dari yang kamu inginkan gimana?

aku : *diam* engg.. iya bu..

ibu : bukan karena apa-apa, tapi karena kamu juga kan. Allah itu tau yang terbaik untuk kamu, Pun dengan ibu yang melahirkan kamu.

*hening*

apa yang ibu ucapkan kadang kejadian, atau menjadi doa dan dapat terkabulkannya doa tersebut...
0 komentar

Bintang dalam Impian

Hai gais..
Bagaimana kabarmu hari ini? semoga selalu dalam lindunganNya ya.. kali ini saya ingin bercerita mengenai impian saya, bisa menjadi doa jika banyak yang membaca lalu meng-aamiin kan nya.

kali ini saya ingin bercerita mengenai mimpi.
pasti kita semua memiliki mimpi, betul?
apasih mimpi kita? yaa.. terserah, apapun mimpi kita semoga berkah dan menjadi landasan atau dapat menghantarkan kita bertemu denganNya kelak.

tahin 2014 ini sudah semakin berakhir, apa saja yang mimpi-mimpi kita yang belum tercapai? coba yuk mari kita tengok buku impian kita, atau yang biasa kita sebut dengan dream book .

Pada dasarnya, untuk setiap mimpi, pemeluknya sedang berpacu dengan waktu -berpacu dengan kematiannya atau berpacu dengan orang lain yang juga sedang mewujudkan mimpi itu.
ya, quote itu saya tulis pada akun tumblr saya.
ada 1 impian yang yang seperti nya belum bisa saya wujudkan tahun ini. apakah itu? Mengumrohkan kedua orangtua saya. tapi saya yakin dan insyaAllah 2016 saya bisa melakukan itu, yang seketika saya dapat menyerahkan 2 tiket umroh untuk kedua orangtua tepat di hari ulangtahun mereka. yaa, romantis, kan? romantisnya anak kepada orangtua.

sebenarnya saya ingin sekali ikut umroh bersama mereka, dan itu masuk kedalam impian saya, tapi saya harus bersabar. saya yakin, insyaAllah lain waktu saya dapat umroh bersama suami. hehe

okey, tidak hanya itu.. masih ada impian yang mentereng di dream book saya, insyaAllah saya dapat mencapai mereka (impian) satu persatu yaa.. aamiin..

@dinanurhayatii
Senin, 15 September 2014 0 komentar

Senja Tenggelam

Rindu kini sudah tak lagi terbalas. Ia hanya dapat mengendap didasar hati pemiliknya. Menumpuk. Jenuh dan menjemukkan.

Ada rasa yang sedemikian lamanya terpendam tanpa diutarakan. Substansi yang seringkali dianggap kecil dan spele, namun diam-diam dapat meluluhlantahkan hati dan perasaan. Ukurannya yang bahkan dapat mendekati atom pun memiliki efek yang sedemikian besar. Dan, ia diam-diam menumpuk, menimbulkan obstruksi pada ruang jalur penghubung jalur hati itu, siap-siap ruptur. Iya, baiknya kita berhati-hati sebab demikian dahsyatnya ia menyerang bak serangan jantung.

Jeda diantara dua masa itu agaknya menjadi periode tempat otak berpikir : "Ada apa dengan kita?"

Pasalnya tegur sapa yang hampir tiada menjadi isyarat bahwa sejatinya frekuensi sudah tak lagi sama. Jarak yang sedemikian membentang, bahkan semakin memisahkan.

"Aku lelah, tapi aku tak ingin menyerah..." Senja berkata pada dirinya sendiri.

Senja berkontemplasi. Ia berusaha mencerna dan menggali rasa yang selama ini berdalih tenggelam. Sembari mengusap peluh dan memandang alam dengan penuh isyarat, ia butuh isyarat dari alam. Ia butuh nirantara untuk membasahi permukaan hatinya yang semakin mengering, di panasi oleh ketidakpedulian.


***

"Jadi bagaimana?" Lelaki bernama Fajar itu menghela nafas di sebrang. Suara helanya amat menggema dalam telinga Senja. Senja bisa rasakan duka yang terdispersi dalam helanya. 

"Harus berhenti"
Hanya itu yang ditangkap oleh Senja. Selebihnya sudah Senja lumat-lumat perlahan untuk ditelan oleh dirinya sendiri. Semakin ia telan, semakin ia tahu rasanya menelan duri. 

"Hanya itu?" Senja menahan suara paraunya.


***

Mungkin, yang sampai hari ini dihadapan Senja sudah tak dapat ia genggam lagi dengan erat. yagn sampai hari ini di hadapan Senja, hanya dapat ia pandang dari sudut matanya yang sempit. 

Senja tak pernah tahu, di sudut dunia lain, seseorang yang selama ini ia nantikan wujudnya, diam-diam mulai memindahkan hatinya ke sudut lain. Ada juang yang Senja kubur dalam-dalam. Senja, seperti untaian aksara dalam elegi.

Ada jingga baru, yang Fajar pilih untuk mengisi jurnal hidupnya. Ada jingga baru, yang ingin Fajar bagi separuh hidupnya. Ada jingga baru, yang ingin Fajar persembahkan separuh jiwanya, seluruh raganya. Ada jingga baru yang Fajar ingin agar ia dapat melengkapi hidupnya, dan tentu saja bukan Senja.

Fajar dan Aruna. Dua insan yagn bersatu melalui jingga. Sementara Senja, tenggelam dalam jingga yang ia cintai sendiri.



@dinanurhayatii 
Kamis, 11 September 2014 0 komentar

Sebuah Doa

Ya Allah..
Saat aku menyukai seseorang
Ingatkanlah aku bahwa akan ada sebuah akhir
Sehingga aku tetap bersama yang tak pernah berakhir

Ya Allah..
Ketika aku merindukan seorang kekasih
Rindukanlah aku pada yg rindu cinta sejatiMu
Agar kerinduan terhadapMu semakin menjadi

Ya Allah..
Jika aku hendak mencintai seseorang
Temukanlah aku dengan orang yang mencintaiMu
Agar bertambah kuat cintaku padaMu

Ya Allah..
Ketika aku sedang jatuh cinta
Jagalah cinta itu
Agar tidak melebihi cintaku padaMu

Ya Allah..
ketika aku berucap aku cinta padamu
Biarlah kukatakan kepada yang hatinya tertaut padaMu
Agar aku tak jatuh dalam cinta yang bukan karenaMu

Mencintai orang bukanlah apa-apa
Dicintai orang adalah sesuatu
Dicintai oleh orang yang kau cintai sangatlah berarti
Tetapi dicintai oleh Sang Pencipta adalah segalanya..



@dinanurhayatii
Senin, 08 September 2014 0 komentar

Kau Tahu?

Kau tahu pengorbanan Ibu?
Kau tahu pengorbanan Ayah?
apakah kau pernah berfikir sejenak akan pengorbanan mereka?

aku tahu dan aku tak pernah menyianyiakan apapun pemberiannya.
sempat berfikir akan suatu hal, saat seorang anak yang disekolahkan oleh kedua orangtuanya, mereka berletih dan bersusah payah mencari uang demi anaknya, namun tak ada sedikit pun balasan atau sekedar senyuman untuk keduanya. 

mereka diamanahkan untuk mengemban pendidikan, namun malah disia-siakan. pergi untuk tawuran, bolos untuk pacaran, nilep duit yang diberikan orangtua atau apapun itu. 

entah aku harus berbuat dan bicara apa, saat mendengar cerita dari seorang teman yang tega-tega nya sengaja membohongi orangtua agar mendapatkan uang jajan tambahan untuk membeli sesuatu sesuai dengan keinginannya. padahal jika mereka dapat membuka mata serta hati turut merasakan pengorbanan serta jerih payah orangtua untuk mencari recehan-demi recehan, itu sudah cukup dapat memperlakukan uang sebaik mungkin, tak perlu membohongi orang tua hanya karena ingin terlihat modis, trend dan tetap gaul didepan teman-teman.

pun, dengan cerita para orangtua yang telah saya lihat dan dengar. 

seorang keluarga yang sangat sederhana dan memiliki dua orang anak, satu laki-laki dan satunya lagi perempuan. si laki-laki tersebut telah lulus SMK serta adiknya baru masuk SMP, pergaulannya sudah sangat tidak wajar bagi anak SMP seusianya, ia telah berpindah-pindah sekolah, dan ayahnya yang hanya seorang penjual gorengan kadang bercerita sembari menangis kepada saya saat saya membeli gorengannya malam hari.

pun, dengan cerita lain yang saya dapat kan saat saya pergi ke suatu tempat, dan dalam perjalanan terjadi perbaikan jalan sehingga mengakibatkan kemacetan selama dua jam sepanjang jalan. sopir angkot tersebut mencoba mengajak saya mengobrol, saya jawab semua pertanyaan-pertanyaan yang terlontar dari bibirnya. ia bercerita bahwa anaknya sedang kuliah di semarang dan ia mencari uang untuk kebutuhan kuliah anaknya tersebut di bogor dengan menjadi seorang supir angkot. manisnya, anak tersebut akan melaksanakan wisuda tahun bulan ini dan saat ini ia telah bekerja di sebuah perusahaan sebagai HRD.

Subhanallah banyak cerita yang selalu membuat saya terpesona akan perjuangan orang tua untuk anaknya, pun dengan orangtua saya yang selalu mendahului kebutuhan anaknya dibanding kebutuhan mereka sendiri. sungguh, tak seharusnya kita berlaku kurang baik kepada orangtua, dan sungguh pendidikan yang telah mereka biayai tak sepantasnya kita nomor duakan. sungguh itu amanah yang telah mereka berikan kepada kita. coba buka mata hati kita, masih banyak sekali seorang anak yang memang ingin sekolah namun sangat terbatas atau bahkan tak memiliki biaya.

semoga kita semua belajar untuk dapat memanfaatkan dan membuat hati orang tua senang dengan melaksanakan amanah yang telah mereka (orangtua) berikan.


@dinanurhayatii
Minggu, 07 September 2014 0 komentar

Memperbaiki Diri Demi Sesuatu?

Tentang jodoh, banyak yang sering menulis “memperbaiki diri untuk mendapatkan yang terbaik”. Sebab yakin bahwa yang baik hanya untuk yang baik pula. Sampai di sini—yang baik untuk yang baik, itu adalah aksioma atau sesuatu yang tidak perlu dipertanyakan lagi. Namun, memperbaiki diri untuk yang terbaik itu agak mengganjal saya.


Saya yakin semua sudah tahu bahwa seseorang itu berdasarkan niatnya. Jika niat hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan mendapatkannya. Namun, jika hijrahnya karena seorang wanita atau pria, ia akan mendapatkannya, tapi tidak dengan Allah dan Rasul-Nya. Lalu, ketika memperbaiki diri yang dimaksud adalah untuk mendapatkan jodoh terbaik, menurut hemat saya, sangatlah kurang tepat—bahkan salah. Jauh lebih baik jika diniatkan untuk Allah semata, tak perlu ada embel-embel yang lainnya. Sebab, yakin pasti kebutuhan atau keinginan kita akan mengekor setelahnya. Sebab Allah Maha Tahu semua tentang kita. Bukankah lebih baik kita mendapatkan keridhoan Allah, ketimbang dunia dan seisinya? Api neraka yang super panas sekalipun akan menjadi sejuk jika Allah ridho. Apatah jodoh yang sangat mudah bagi Allah?

Well, ini untuk diri saya juga, bahwa meniatkan sesuatu itu hanya untuk Allah semata. Apalagi memperbaiki diri yang relevansinya jelas dalam bentuk ketaatan kepada-Nya. Aneh jika ternyata kita sangat taat kepada Allah hanya karena ingin mendapatkan sesuatu.

Dapatkan Allah, maka kita akan mendapatkan apapun yang kita mau.

@dinanurhayatii
Kamis, 04 September 2014 0 komentar

Tentang Senja

Engkau mengerti tentang kegundahanku yang tak tampak. Seperti pasir-pasir kecil yang kusembunyikan dalam genggaman. Melukai, namun tak sampai hati kulepaskan 
Aku sempat hidup dalam gelap. Melumat dalam rumitnya kisahmu. Yang diam-diam melingkar di pusaran kehidupanku. Namun, bukankah kehilangan itu selalu ada? dan bahagia hanya berarti bila ia sementara? apakah begitu sejatinya hidup menawarkan pada kita?

Aku pernah ingin selalu bisa melihat cahaya dan menawan kembali hangat yang terlupa. Dibalik matamu yang sayu dan dendang-dendang suaramu. Terlampau jarang kau saksikan lagi senja ini, katamu akhirnya. Aku menunduk, kubiarkan aksaramu menumbuhkan sebait rahasia. 

Selama poros ini berputar, disana ada yang tak bisa kita capai. Dia berdiri dan mengibarkan jingga, disana pula ada yang tak kuasa kau ungkap. Tentang mendung dan bangau-bangau kertas yang kau gantungkan di udara. Aku memahami do’a-do’amu. Kau pintal dengan pita harapan yang tak terkira panjangnya. Aku tersenyum, lalu engkau lekas menjauhi tawa dalam pigura kita. Di sudut petang, tangan-tangan malam menjemputmu pulang. Dan aku terpaksa menikmati waktu yang tersisa. Sendirian.

Apa kau takut? Tanyaku dalam gemetar. Tidak.  Dan engkau menguap begitu saja. Sebenarnya, mungkin terkadang aku yang diam-diam mulai takut. Kalut membawamu dalam diam. Nyatanya itu membuatku kesakitan. Maka dari itu, maaf. Bila kujelang pagi tanpa pernah lagi menoreh namamu. Embun terlalu dingin. Membiru-hitamkan harapan yang memupus di genggaman.

Harusnya aku telah cukup bahagia. Tanpa harus bertanya kemana kunang-kunang menebarkan cahayanya. Entah dengan apa aku berlari mengejar. Sedang musim tak pernah menanti. Dan aku telah ingin pergi, tanpa harus bercerita. Rohku pernah mencintamu. Takkan kuasa tinta ini menoreh sempurna buncah-buncahku dulu. Dan menutup cela yang ada


Tenanglah, kita akan baik-baik saja dalam rengkuhan Tuhan. Selamanya kan berputar bagai kenangan yang tersimpan. Dalam kedalaman sayu matamu, namun hangat itu kini tak lagi kuimpikan. Sekalipun kau kirimkan padaku senja dan angin yang lembut. Yang tak pernah beriringan. Tak pula bersimpangan. Kau sudah menutup buku ceritaku.


@dinanurhayatii
Rabu, 03 September 2014 0 komentar

Toga dan Langit

Terhitung beberapa bulan dari sekarang ..
Semoga Allah melancarkan semua tiupan do’a-do’a, peluh-peluh usaha, dan pengharapan-pengharapan.
Ada saat dimana toga-dan-baju kebesaran akan terlihat seperti pakaian ajaib. Toga- toga bertebangan di langit, baju-baju akan mematut senyum pada para pemakainya.
Tidak sungguh, tidak akan ada perulangan. Sama seperti masa putih abu-abu saat itu.
Waktu yang telah habis bergeming pada setumpuk diktat, berkutat pada jurnal-jurnal akan berlalu seiring waktu.
Satu demi satu.
Tahap demi tahap.
Di depan mata, masa itu menemui dengan yakin, menantang. Menguji, 
mempertanggung jawabkan sederetan angka dan huruf yang menjadi saksi. Menangguhkan pertanyaan “Seberapa penting keberadaan mereka?, seberapa siap jiwamu menghadapi kehidupan?, seberapa kuat mengemban ilmu yang telah kau serap?, apakah langkah yang kau tempuh selama ini mendapat ridho-Nya?”
Semua ini hanya potret hidup yang pada masanya akan berlalu dengan sendirinya. Menyisakan kenangan perjuangan para akademisi, menjejakkan ingatan para aktivis, bahkan manis pahitnya kisah cinta.
Mempertemukan pada gerbang baru bernama kedewasaan.
Ah, adakah hal lain yang kau khawatirkan?
Semua potongan-potongan kehidupan akan berlalu, menggantikan masa kekal yang kau perjuangkan lewat ibadah-ibadahmu.
Ingat, Allah hanya meminjamkannya.
Lalu, apakah amal ibadahmu terbang tinggi sampai ke langit?

@dinanurhayatii
0 komentar

Ia Bukan Siapa-siapa


Pernah menemui seseorang yang bisa membuatmu tiba-tiba menjadi sosok yang berbeda dari biasanya?

Hanya dengan melihatnya tersenyum kau turut merasa tenang. Padahal senyum itu bukan untukmu.
Hanya dengan mendengar ceritanya saja kau turut merasa terlibat didalamnya. Padahal tokoh didalam cerita itu bukan dirimu.
Hanya dengan membiarkan ia bercerita panjang lebar kau merasa keyakinan melindungi kalian dengan hebat. Padahal tidak hanya kau orangnya, padahal mungkin saja kau hanya salah satu dari 7 milyar manusia di dunia yang bersedia menjadi pendengar untuknya.
Hanya dengan mengamati sendunya kau turut memahami kesedihan yang berusaha ia sembunyikan. Padahal itu bukan bagian dari sedihmu.

Pernahkah kau?
Padahal kau tau, ia bukan siapa-siapa.
Sungguh bukan siapa-siapa.


@dinanurhayatii

0 komentar

Risalah Sarjana

Tulisan ini adalah karya Sartika Dian Nuraini, Penyair, Anggota Bale Sastra Indonesia-Solo. Terbit di Kompas, 16 Januari 2013. Pagi ini kita diingatkan lagi, apa itu sarjana. 
Sarjana adalah potret terang di depan kamera. Ia menyungging senyum semringah, memakai toga dan baju kebesaran, dengan latar belakang lukisan buku-buku berjilid klasik yang sangat jarang ada di Indonesia, ditambahi kehangatan senyum anggota keluarga. Foto itu kelak adalah tanda sejarah yang meneguhkan keberadaan hingga prestise seseorang, bahkan seluruh keluarganya.
Kesarjanaan adalah perayaan kerumunan dan keramaian, pengeras suara, acara makan bersama, dan doa. Dalam proses pengesahan seorang sarjana dalam wisuda. Kegirangan dan keceriaan dengan mengabsenkan keheningan dan kekhusyukan. Perayaan kesarjanaan bukan perayaan literasi.
Kata-kata tidak lagi menjadi pengesahan kesarjanaan sebagai bentuk sumbangan pemikiran bagi peradaban. Setiap tahun, ribuan orang boleh saja ditahbiskan menjadi sarjana, tetapi sungguh sangat sedikit yang akan meninggalkan kata-kata yang berharga hasil permenungan, pengendapan dalam pikiran, dan kegelisahan intelektualitas kesarjanaan. Tak ada tagihan moral dan akademis tentang keilmuan, intelektualitas, kecendekiaan, serta kemanusiaan yang bersifat sosial, politik, pendidikan, dan budaya.
Manusia ekonomistik
Sebagai gantinya, menjadi sarjana adalah menjadi manusia ekonomistik. Sarjana adalah manusia pencari dan pencetak uang bagi keluarga, masyarakat, dan negara. Maka, pengesahan dilakukan dengan mencari kerja. Pengukuhan seseorang menjadi sarjana disempurnakan dengan menjadi pekerja. Kutukan seorang sarjana jika dirinya menganggur. Orangtua, lembaga pendidikan, masyarakat, dan negara akan menagih seorang sarjana untuk cepat-cepat menjadi manusia pencari kerja. Maka, para sarjana bergerak dan berjejal menjadi manusia pelamar kerja dalam bursa kerja.
Dalam kerumunan di bursa kerja ini, tak perlu lagi membedakan latar belakang studi sastra, teknik, politik, sejarah, dan lain-lain. Tak penting ilmu yang mereka pelajari di kampus selama beberapa tahun, toh perusahaan juga sadar bahwa sarjana itu harus dididik lagi agar sesuai dengan dunia kerja.
Di Indonesia, menjadi sarjana adalah menjadi manusia kota dan menjadi manusia kantoran. Dalam imajinasi mereka, sarjana adalah manusia tanpa keringat, manusia yang enggan melipatkan lengan baju ke atas, manusia yang enggan menyentuh tanah.
Biografi sarjana Indonesia mengesankan bahwa menjadi sarjana adalah manusia yang enggan pulang membangun tempat asalnya. Soedjatmoko (1972) pernah mengatakan, ”Lulusan universitas-universitas di Indonesia makin lama makin berorientasi pada kota-kota. Harapan mereka tentang karier, tingkat hidup, serta gaya hidup seolah-olah terikat pada kota. Padahal, sudah menjadi terang bahwa sebagian kemampuan kita harus kita memanfaatkan tidak hanya untuk memperluas sektor modern, tetapi juga untuk menggairahkan kembali dan memperkuat kehidupan di desa-desa.”
Masuk perguruan tinggi adalah jalan meninggalkan desa-desa dengan menjadi manusia kantor mewarisi rasa elite-birokrat yang priayi.
Namun, saat bekerja, sebagian besar makna kerja perlahan mulai menghilangkan rasa kemanusiaan, keilmuan, religiusitas. Semua hal yang sakral dan vital itu akan terpinggirkan oleh pamrih uang dan gengsi sosial. Kerja yang merakyat dianggap merendahkan. Mereka alpa makna bekerja.
Kehilangan martabat
Makna pendidikan dalam bekerja terasa kabur dan dangkal. Latar belakang dan jenjang pendidikan di Indonesia sepertinya sudah tidak memartabatkan.
Kita telah kehilangan figur sarjana dalam arti keilmuan dan pengabdian sebagai laku kesarjanaan. Suluh dan risalah pemartabatan manusia menguap dalam mentalitas dan etos kesarjanaan yang kian memudar dan buram. Sarjana kini adalah hamba ekonomi dan bisa melakukan apa pun untuk memenuhinya, menjual martabat ilmu, menggadaikan kemanusiaan, dan mengubur etos belajar.
Saya teringat sajak Agus R Sarjono berjudul Sajak Palsu yang ditulis tahun 1998: ”Masa sekolah demi masa sekolah berlalu, mereka pun lahir sebagai ekonom-ekonom palsu, ahli hukum palsu, ahli pertanian palsu, insinyur palsu, sebagian menjadi guru, ilmuwan atau seniman palsu.” Sarjana semestinya bermartabat!

 @dinanurhayatii
0 komentar

Tugas Akhir

Ketika pagi hari telah ditemui lagi, pertanyaan serupa masih melingkar dipusaran fajar yang berotasi hingga habis petang.
"Bagaimana skripsi-nya?"
Seorang sahabat bercerita kepada saya pagi-pagi sekali perihal keresahannya. Ibarat sebuah obat, semangat ini menyembuhkan, memberi suntikan-suntikan fikiran positif. Namun disisi lain, obat tetaplah obat, efek samping yang ditimbulkannya selalu ada.
Dalam kasus ini, semangat yang ia dapatkan juga membuatnya ketakutan, itulah efek sampingnya.
Saya tidak ingin lagi memberinya obat, saya berfikir saya cukup menyediakannya ranjang, selimut, atau apapun yang membuatnya merasa sedikit lebih baik saat kemelut hidup menghimpitnya.
Dan pagi-pagi sekali itu pun saya diingatkan tentang waktu, tentang tanggung jawab, tentang harapan-harapan, tentang kehidupan-kehidupan di masa mendatang.
Saya diingatkan saya sedang memikul amanah tapi saya juga merupakan amanah yang dititipkan Allah melalui orang tua saya. Lalu, diamanahi atau mengamanahi haruslah ditangani dengan sebaik-baiknya tindakan.
Saya membenarkan bahwa pendidikan formal merupakan salah satu akses yang dapat menciptakan rangka berfikir apa yang disebut manusia intelek. Saya juga mendukung adanya program 12 tahun wajib belajar yang sedang dijalankan oleh menteri pendidikan. Namun semakin kesini, saya semakin mengiyakan bahwa gelar tinggi pendidikan hanya untuk mendapatkan kedudukan di bursa kerja yang semakin bersaing, dimana kehidupan masyarakat dengan strata sosial diatas menduduki posisi yang tinggi, strata sosial menengah mayoritas menjadi aktor yang memutar roda kehidupan, dan masyarakat dengan strata sosial kebawah hanya berkubang saja bahkan terjerembab di tempat dimana mereka tumbuh.
Tuntutan yang saya rasakan pun mengharuskan saya melipat makna pendidikan dalam figur keilmuan dan pengabdian. Tuntutan kehidupan di masa mendatang yang membuat saya berfikir untuk harus mampu bertahan dan harus berkembang agar tetap hidup.
Saya bukan tidak ingin segera menyelesaikan apa yang semestinya memang harus segera diselesaikan. Saya merasa belum memiliki cukup pengalaman apalagi untuk menuju dunia kerja. Badai perasaan yang dialami sahabat saya tadi juga sedang melanda diri saya. Tugas akhir ini tidak hanya menjadi semangat namun juga menjadi ketakutan diantara hari-hari akhir penghabisan.
Semoga saya lulus tepat waktu dengan ilmu yang saya dapatkan dan barokah bermanfaat untuk semesta. Aamiin

@dinanurhayatii
0 komentar

Penjaga

Teruntuk teman-temanku pencari jalan Allah
Aku jatuh dan mengenal cara membangun cinta antara kita dan DIA, melaluimu, melalui kalian semua
Ah, sudah malam lagi dan gelap (?)
Waktu-waktu kebersamaan dan perjuangan masih seperti putaran roll benang jahit dikotak kecil perkakas lemariku. serta masih sempat mengumpulkan olokan dan tawa untuk menyegarkan kembali kepenatan. temasuk cara mengenangnya nanti ketika jarak sudah jadi teman baru disisi kita masing-masing
Teruntuk para konselor, inspirator, lawan dan teman
Aku jatuh dan mengenal cara membangun cinta antara kita dan DIA, melaluimu, melalui kalian semua
Menjadi termuda diantara kalian bukan semata karna aku mempercayakan sebuah penjagaan. namun menjadi seorang penjaga seperti kalian sudah membuatku jauh lebih percaya dari pradugaku sebelumnya. kita hanyalah kita.
Teruntuk teman seperjuanganku yang aku sering menjengkel namun tetap saja sayang
Aku jatuh dan mengenal cara membangun cinta antara kita dan DIA, melaluimu, melalui kalian semua
Fajar dan senja merekam hafalan-hafalan, mencatat ayat-demi-ayat yang terus berusaha di patri dalam ingatan. betapa sulitnya ya istiqomah itu ditegakkan? berapa ribuan detik yang dihabiskan untuk menebalkan kesabaran?
Teruntuk teman yang senantiasa berlomba mendekat padaNya,
Aku jatuh dan mengenal cara membangun cinta antara kita dan DIA, melaluimu, melalui kalian semua
Semoga selalu dikuatkan dalam ingatan, selalu dikuatkan dalam amanah, selalu dikuatkan dalam kehidupan. karena kita tidak pernah berjalan sendirian, ada kalian. seperti kalian menjaga Al-Qur’an
:)

@dinanurhayatii



0 komentar

Begini Cara Mencintaiku

“Begini cara mencintaiku. Kau tak perlu susah payah mengungkapkannya. Allah akan menyampaikan ketulusannya padaku apabila tiap malam kau bercerita kepada Dia. Cintailah dirimu sendiri saat ini, perbanyak wawasan dan pengalaman. Pergilah ke banyak tempat, mengenal banyak orang, bertemu banyak budaya (esok, kau bisa ceritakan banyak hal padaku mengenai ini).”

“Begini cara mencintaiku. Ajaklah aku berbicara sekali-dua kali. Tidak perlu lama, sebentar saja, sekedar menyapa dan membicarakan hal seperlunya. Namun, kau harus ingat itu hanya bisa kau lakukan bila kita bertemu secara tidak sengaja, bukan karena kita yang  sengaja membuat-buat pertemuan. Bertanyalah jika kamu membutuhkan. Namun, sebaiknya itu kau lakukan hanya jika aku adalah opsi terakhir, setelah kau berusaha mencari jawaban atas hal yang kau bingungkan kepada sahabat-sahabat dekatmu, sesama perempuan.”

“Begini cara mencintaiku. Belajarlah dengan baik, tentang apa saja terutama ilmu agama. Datanglah ke berbagai majelis ilmu (mungkin, jika Allah mengijinkan, kita bisa satu-dua kali berpapasan di sana. Tentu itu akan menyenangkan, bukan?). Mendekatlah pada Al-Qur’an, aku sangat berharap esok kaulah yang mengajarkan kepada mujahid-mujahid kecil kita bagaimana cara membacanya.”

“Begini cara mencintaiku. Mengirimiku doa diam-diam tanpa kutahu, memperbaiki diri bukan hanya untukku, tapi juga untuk-Nya. Bukan karena hendak menikah namun tulus karena Allah. Kau tak usah bersusah payah, biarkan aku yang menjemputmu, mengambilmu dari wali mu. tentu dengan seizinNya"

“Aku beritahu satu rahasia. Begini cara mencintaiku: Cintailah Dia lebih daripada aku.”

Punggungmu menghilang dibalik bayang-bayang.
Begini, cara mencintaiku. Katamu.. 

@dinanurhayatii 
 
;