Selasa, 23 Agustus 2016 0 komentar

Jatuh cinta yang paling menyenangkan yang pernah kurasakan adalah jatuh hati padanya, ia berbeda.

Dia bukan seseorang yang memiliki kesempurnaan, lebih kurangnya ia tunjukkan. Dan aku, tak satu alasan pun ku miliki untuk tidak menerimanya dalam keseluruhan.

Baru ia yang mencintaiku dengan cara seperti ini, lain dari yang lain. Ia memperlakukan ku dengan begitu baiknya, dia ingin memiliki ku atas restu Tuhan, dan keluarga.

Kami hanya sedang menjalani hubungan yang bertujuan masa depan, tanpa ingin merencanakan perpisahan. Kami tak banyak memiliki banyak semoga; semoga diteguhkan selekasnya.

Kami berdoa, berusaha dan percaya. Sepasang tulang rusuk meski dipisahkan jarak yang begitu jauhnya pun, jika berjodoh, semesta akan mengembalikannya, bukan?

Percaya saja jika doa-doa baik itu memiliki kekuatan. Maha Baik Allah.

Jakarta, 23 Agustus 2016

Minggu, 21 Agustus 2016 0 komentar

Kuberitahukan bahwa aku seorang perempuan yang hendak menyampaikan sesuatu padamu.

Meskipun tidak lazim bagi masyarakat umum 'seorang perempuan' melakukan ini tetapi hal yang kusampaikan ini tidak melanggar norma yang ada di masyarakat meskipun jarang terjadi.

Silahkan kau menganggap aku ini aneh, tidak masalah.

Ijinkan aku menyampaikan ini;

Aku seorang perempuan usia 22 tahun, aku tidak mengenalmu dengan baik namun mempunyai niat baik untuk mengenalimu lebih baik lagi.

Aku ingin membersamai hidupmu, menjadi penyejuk dan penentram hatimu. Menurutku kamu lelaki yang baik, meskipun aku bukan seseorang yang baik tetapi aku sedang belajar menjadi baik. Bukankah jika didasari dari niat yang baik, maka Allah akan membuka jalan kemudahan itu?.

Maka barangkali kita adalah sepasang yang selama ini belum saling menemukan. Jika bersamamu adalah jalan kemudahan itu, maka ijinkanlah aku seorang perempuan ini menyatakan ingin membina rumah tangga bersamamu dan menjadikanmu imam didalamnya.

Sebagai ayah dari anak-anak yang lahir dari rahimku, meskipun aku bukan calon ibu yang baik tetapi aku sedang belajar untuk menjadi madrasah pertama bagi anak-anak kita kelak, meskipun juga aku tidak tahu apakah kamu juga calon ayah yang baik. Tetapi aku yakin kamu adalah lelaki yang baik, caramu mengutamakan solatmu, lebih dari apapun itu sudah cukup, tidak ada hal lain yang perlu aku cari.

Aku tidak akan menjanjikan apapun agar kamu berkenan. Karena jujur, aku tidak memiliki apapun yang patut untuk aku banggakan. Secara fisik, aku bukan seorang yang didambakan lelaki. Aku juga bukan keturunan bangsawan atau konglomerat yang memiliki harta melimpah. Aku juga tidak cerdas selama sekolah nilaiku pas-pasan.

Namun aku ingin menjadi sahabatmu sehari-hari didalam rumah tangga kita, aku juga akan berusaha menjadi teman terbaikmu dalam beribadah meski kualitas yang aku miliki barangkali tidak akan membuatmu yakin bahwa surga menjadi lebih dekat bila bersama diriku. Kualitas ibadahmu jauh lebih baik dari diriku. aku sama sekali tidak baik. Dan hidupmu sudah lebih sempurna jauh sebelum aku hadir di hidupmu. Kamu tak akan membutuhkan apapun dariku. Tetapi aku membutuhkanmu sebagai imamku, dan sebagai kepala sekolah dari sekolah rumah tanggaku kelak, bolehkah aku bermimpi demikian?

Jakarta, 22 Agustus 2016

Senin, 15 Agustus 2016 0 komentar

Tuan II

Hai tuan, apa kabar?
Ku harap kau selalu bahagia dan baik-baik saja.

Entah, antara malu atau senang ketika kau membaca tulisanku yang memang itu untukmu.

Tuan, terimakasih kau telah memanjakan panca indera ku (mata). Aku sangat bahagia saat kau ajak pergi ke suatu tempat yang aku belum pernah kunjungi, karena itu akan menjadi pengalaman untukku sendiri.

Tuan, aku ingat secara mendetail perihal semua aktivitas yang kita lakukan. Mulai dari kau menjemput di depan gang rumahku, hingga kau mengantarkan aku pulang.

Entah apa yang ingin aku katakan perihal rasa yang kurasakan kemarin. Benar-benar ku rasakan nyaman serta ketulusan dari dirimu. Terimakasih telah menjagaku, terimakasih telah menghormatiku sebagai wanita.

Apakah kau tahu tuan?
ketika pulang dan aku sudah di depan gang rumahku kemudian turun dari kuda besimu itu, aku sempat bingung saat kau bicara "Di tas ada kertas, dibaca ya" (kalau nggak salah gitu). Aku heran, kapan kau menaruh kertas itu didalam tas ku? .

Jika aku boleh ber-su'uzon, apa benar saat kita berhenti di salah satu masjid untuk sholat ashar, kemudian kau ucap "Solatnya ganti-gantian aja ya"?, aku yang tak berpikiran negatifpun mengiyakan ucapanmu.

Tahukah kau, rasa seperti apa yang kurasakan setelah membaca tulisan yang kau tulis itu?. Antara terharu, bahagia, takut, ah.. aku tak bisa mendefinisikan rasa apa yang ku rasakan kemarin.

Tuan, aku menyayangimu.
Maaf, mungkin aku terlalu kurangajar mengatakan hal yang seharusnya belum pantas aku ucapkan.

Tuan, tetaplah seperti itu jangan berubah. Karena aku takut setelah pengungkapan perasaamu itu, ada rasa canggung saat kita bertemu.

Tuan, maaf aku bukanlah wanita yang memiliki banyak kesempurnaan. Jangan terlalu tinggi dalam ber ekspetasi ya! karena aku takut kau akan kecewa.

Tuan, semoga kau telah berpikir berulang-ulang kali saat memilihku. Karena aku khawatir terhadap ekspetasi seseorang yang terlalu tinggi dan menggebu, hingga akhirnya tak sesuai dengan kenyataan yang ada. Aku takut kau kecewa.

Jika memang kau terbaik dan di peruntukkan untukku, mudah-mudahan Allah selalu mempermudah jalanmu, niatmu, dan segala hal yang baik untuk masa depanmu.

Terimakasih atas ungkapanmu untukku.

Jakarta, 15 Agustus 2016

Minggu, 14 Agustus 2016 0 komentar

Aku Ingin Mencintaimu Dengan Baik

Aku ingin mencintaimu dengan baik, dengan cinta serupa cinta ibu kepada anaknya. Cinta yang selalu menjaga, serupa cinta ayah ke anaknya.

Aku ingin membuatmu jatuh cinta tanpa mengenal apa itu luka. Aku ingin merindukanmu dengan baik, rindu yang tak memberatkanmu apalagi sampai membuat harimu menjadi buruk.

Aku ingin mencintaimu dengan baik, cinta yang tidak akan pernah merubahmu menjadi sosok oranglain atau menjadi sosok yang aku ingin, karena aku mencintaimu semua paket yang ada pada dirimu.

Aku ingin mencintaimu dengan baik, menjadi pendengar yang baik untukmu, yang siap menampung segala ceritamu, tentang lelahmu bekerja, atau perihal kesalmu.

Aku ingin mencintaimu dengan baik, menjadi yang sabar bagimu, yang tabah untukmu. Tapi sabarku bukan berarti aku tak bisa marah, aku bisa menegurmu dengan lembut ketika kau salah.

Aku ingin mencintaimu dengan baik, dengan cinta yang membuat kita saling terpikat, tanpa perlu membuat kita seolah terkekang dan terikat. Cinta yang membuat kita saling mengingatkan bukan malah saling menyalahkan.

Aku ingin mencintaimu dengan baik, dengan cinta yang selalu mau mendengarkan maumu dan mengerti perihal apa yang sedang kau ingini.

Aku ingin mencintaimu dengan baik, yang mampu memberikan argumen saat kamu membutuh kan, bukan yang saling berdebat untuk terlihat hebat.

Aku ingin mencintaimu dengan baik, yang mengingatkanmu soal ibadahmu. Walau aku tau tanpa perlu aku ingatkan kau sudah paham.

Aku ingin mencintaimu dengan baik, dengan cinta yang akan selalu mendoakan soal sehatmu, bahagiamu, juga keberhasilanmu.

Sampai saat dimana perasaan tak terlalu rumit lagi tuk dikatakan, hanya doa-doa kebaikan kecil yang bisa di lakukan. Kepercayaan itu akan tiba pada saatnya.

Jakarta, 16 Agustus 2016

Kamis, 11 Agustus 2016 0 komentar

Tuan

Tuan, maaf, sepertinya memang aku tak bisa mengendalikan perasaan ku terhadap nyaman yang kau beri. Karena perasaan ini pun aku tak pernah bisa mengingkari ia yang tiba-tiba datang sendiri tanpa permisi.

Tuan, aku merasa ada yang berubah dari sikapmu yang tak seperti biasanya. Ingin ku bertanya, tapi banyak keraguan dan ada sedikit rasa 'aneh' jika ku menanyakannya.

Tuan, aku ingin menjadikan kau rumah. Manakala saat sedih maupun senang, hanya kau tempatku pulang. Bagiku rumah tak mesti mewah, cukup sederhana namun penuh dengan kebersamaan didalamnya.

Tuan, nyamanku ada padamu. Entah, setiap bersamamu aku selalu merasa nyaman yang tak terhingga. Aku bisa menjadi diriku sendiri, kau selalu berusaha membuatku tertawa dalam kondisi apapun, menemani dan mengajakku ketempat yang baru. Kau menjagaku, kau mampu menghilangkan rasa takut ku, kau sabar mengajariku.

Jadi ku mohon jangan berubah atas kondisi apapun. Mungkin aku egois, aku juga takut, takut kau menjauh.

Entah perasaan apa ini. Rasa rindu yang seringkali muncul saat beberapa hari tak bertemu, rasa ingin memelukmu namun tak mungkin. Sepertinya aku mulai menyukaimu, menyukai cara mu berfikir, sebagian karaktermu, menikmati kenyamanan yang kau beri, dan semuanya. Tak mungkin ku katakan padamu, yang sebenarnya ingin ku katakan.

Tuan, aku senang melihatmu saat kau memakai penutup kepalamu (kupluk). Akupun kurang menyukaimu saat kau memakai minyak rambut. Entah, saat kau memakai kupluk kau terlihat lebih dewasa dan rapih. Bersamamu aku menjadi lebih baik, aku yang mulai memperhatikan kesehatan lambungku, dan... semuanya.

Tuan, maaf atas kekonyolan tulisan ku ini. Sungguh, aku menyukai semua yang ada pada dirimu termasuk kekuranganmu.

Jakarta, 11 Agustus 2016

Rabu, 10 Agustus 2016 0 komentar

Jika kau pintar, maka kamu akan mencari perempuan yang berani menamparmu saat kau salah. Bukan malah mencari perempuan yang akan selalu memaklumimu setiap salah yang kau lakukan.

Percayalah pada kalimat; "Yang mencintai kamu akan membenarkan kamu ketika kamu salah". Sehingga kau tahu harus bagaimana, saat pasanganmu keliru dalam bersikap. Bukan menjadi guru, tapi menjadi sahabat terbaik bagi pasangan kita. (TS)

Yang mencintaimu akan membenarkanmu ketika kamu salah, bukankah memang seharusnya begitu? Jangan karena alasan kamu mencintainya lantas selalu membenarkan semua perkataan dan sikapnya.

Jangan sampai cinta membutakan mata serta hatimu. Kalau ia salah katakan salah kemudian arahkan dan bantu untuk evaluasi, bukan meng-iya kan semuanya meskipun kamu tahu kalau itu salah.

Mungkin ini alasan mengapa pasangan terakhir tak bisa bertahan. Karena setiap kali dia salah aku selalu memberitahukan baik itu kata-kata maupun sikapnya. Karena apa, karena aku mencintainya bukan karena aku sok tau atau yang lebih bahaya dari itu. Meskipun dia tak pernah menerima masukkan yang aku berikan, tak masalah yang penting aku sudah mengingatinya.

Aku keras kepala? mungkin iya. Aku sok tahu? tidak! Aku selalu merasa benar? tidak juga! Aku hanya ingin berlaku benar, karena setelah menikah nanti nya aku tak mungkin terus-terusan membenarkan semua kesalahan pasanganku.

Aku ingin kamu jatuh cinta pada pemikiranku, bukan karena aksesoris (fisik) yang Tuhan berikan padaku, karena nantinya semua itu akan lenyap. Aku ingin kamu mencintai kekuranganku bukan kelebihanku, sehingga nantinya kita bisa saling melengkapi bukan saling menyaingi. Jatuh cintalah saat bersamaku, kamu selalu ingin jadi lebih baik. Dan ku harap itu ketemukan padamu.

Jakarta, 10 Agustus 2016

Selasa, 09 Agustus 2016 0 komentar

Hai, selamat pagi..

Aku belum bisa membayangkan bagaimana perasaanku nanti setelah tahu akhir dari perjuangan ini adalah; kamu telah memilih yang lain. Aku belum tahu apakah aku bahagia atasnya atau justru sebaliknya. Aku juga belum tahu langkah apa selanjutnya yang akan aku tempuh untuk melanjutkan perjalanan setelah menelan kenyataan itu.

Yang ku tahu betul adalah, sekarang aku sedang mengusahakanmu, dengan caraku. Dengan cara-cara yang mungkin kamupun tidak pernah menyadarinya.

Mungkin percakapan kita sederhana, hanya sebatas itu. Bahkan aku percaya, banyak yang lebih dekat denganmu daripada aku. Tapi aku tidak akan berhenti begitu saja. Tidak akan berhenti sebatas percakapan kita.

Aku akan selalu memulai percakapan denganNya. Menceritakanmu, mimpi-mimpiku, keyakinanku, dan yaaaa... tentang aku yang tak tahu banyak soal kamu tapi bisa begitu yakin bahwa kalau kita disatukan akan lebih baik, akan lebih memberi manfaat untuk sekitar dibanding aku atau kamu yang sendiri saat ini.

Aku naif ya?
Ku pikir aku hanya terlalu keras mengusahakanmu. Tapi aku tidak takut kecewa atas perjuanganku. Toh, kita tidak wajib menang dalam berjuang kan?

NB : Oh ya, kalau kamu baca ini dan kamu yakin ini untuk kamu. Aamiin-kan saja. Semoga perjuanganku sampai padamu. Dan aku berdoa, kamupun begitu padaku.

Jakarta, 9 Agustus 2016

Senin, 08 Agustus 2016 0 komentar

Kecewa. Kecewa untuk kedua kalinya.
Pernahkah kamu merasakan rasanya sudah memberi kepercayaan penuh namun di sia-sia kan? Kemudian kecewa, lalu kembali seperti saat awal mengenal. Dekat, akrab, kemudian hingga beberapa waktu kejadian yang lama telah selesai terulang lagi dengan alasan yang sama.

Kepercayaan itu mahal, sekali kau renggut maka ia tidak seperti sedia kala

Ya, kini aku merasa sangat kecewa. Kecewa yang ke dua kalinya, kecewa akan kepercayaan yang sudah aku serahkan sepenuhnya namun tersia-siakan.

Hingga akhirnya pikiran dan mata hati tertutupi oleh emosi. Entah apa yg ku lakukan kemarin, perbuatan bodoh yang tanpa sengaja aku melakukannya. Ngebut dijalanan tanpa pikir panjang akan terjadi apa didepan, untungnya masih ada orang yang peduli. Ia mengikuti ku hingga akhirnya ia pun jengah dan kami terpisah di persingan jalan. Emosi ku meluap, kekecewaan ku meledak dan semua berujung pada airmata.

Aku memang tak bisa marah, tapi aku bisa kecewa. Beberapa kali ia meminta maaf ku hiraukan, puluhan chattingan masuk dengan memberikan penjelasan-penjelasan tetap ku abaikan. Karena saat itu, aku hanya butuh sendiri. Terimakasih kamu sudah tetap menemani meskipun tidak secara langsung.

Hingga keesokkan harinya, aku memulai untuk mencoba menghubunginnya. Memberitahukan bahwa aku sudah memaafkan dia, meskipun masih ada beberapa kecewa yang tetap tinggal. Aku tak pernah mengajari hatiku untuk mendendam, jadi saat itu juga aku memaafkanmu, mengikhlaskan kejadian yang telah terjadi.

Kenapa marah? Kenapa kecewa? Entahlah... Aku hanya tak ingin kejadian dulu tak terulang kembali.

Aku tak pernah menyukai hal yang terburu-buru karena itu tidak baik. Aku mencintai proses, karena tidak ada penghianatan dari sebuah proses. Mungkin niat mu baik, tapi caramu salah. kamu berniat ingin membuat aku bahagia tapi tidak dengan cara yang seperti itu. Biarlah urusan hati aku dan dia yang berjuang sendiri. Biarkan aku menikmati sebuah proses yang terjalani.

Aku sudah mengetahui sebagian perasaannya, sebagian tulisan yang ditulisnya untukku. Kita sama-sama memiliki perasaan namun tetap diam, aku masih ingin mengetahui karakternya, cara pemikirannya, sudut pandangnya terhadap sesuatu. Dan mungkin ia pun begitu.

Jadi saat kau berbicara hal yang seharusnya tak patut di bicarakan didepan aku dan dia, seketika aku dikecewakan tuk ke dua kalinya.

Jakarta, 11 Agustus 2016

Minggu, 07 Agustus 2016 0 komentar

Manifestasi Kecewa

Kita harus sangat berhati-hati atas rasa kecewa seseorang. Sepertinya tidak apa-apa, padahal ada apa-apa. Sepertinya baik-baik saja, padahal tidak sedang baik. Sepertinya senang-senang saja, padahal terluka. Seperti yang bahagia, padahal menahan nelangsa. Sepertinya tertawa, padahal tersakiti oleh kata-kata.

Manifestasi kecewa itu menakutkan. Jika ia pandai menutupinya akan nampak seperti gunung di lautan. Kita tidak tahu gunung itu sebesar apa di dasar sana, yang kita tahu hanya puncaknya saja, yang bisa terlihat kecil jika dilihatnya dari daratan. Kaki gunung, badan gunung sebesar apa, tidak akan diketahui sebelum kita mencoba menyelam lalu melihatnya sendiri. Barangkali setelah berenang ke dasar, kita akan tercengang mendapati gunung tidak sekecil yang terlihat diatas sana.

Manifestasi kecewa itu menakutkan. Bagaikan dedaunan yang jatuh, jika tidak disapukan akan menggunung dengan sendirinya. Tidak bagaikan daun yang jatuh ketanah, lambat laun mungkin berbulan atau bertahun dedaunan itu akan menghilang karena diuraikan oleh bakteri-bakteri pengurai. Begitupula dengan rasa kecewa, jika sudah tertumpuk tak terselesaikan, bisa jadi kecewa yang menggunung. Jika tidak termaafkan dan termaklumkan, tidak akan hilang dengan sendirinya.

Kita seringkali tidak menyadari sudah melukai. Kita acapkali menganggap oranglain sudah memaafkan kesalahan-kesalahan kita yang tidak kita sadari. Kita tidak tahu, seringan apa bercanda sedalam itulah oranglain tersakiti. Kita tidak pernah bisa menerka apa yang ada di hati seseorang. Maka, mulai dari hari ini cobalah lebih berhati-hati atas segala tindak, atas segala ucap. Manifestasi kecewa itu benar-benar menakutkan.

Bogor, 7 Agustus 2016

Sabtu, 06 Agustus 2016 0 komentar

Masjid

Jika memang masjid itu diperuntukkan hanya untuk oramg-orang suci, maka celakalah aku.

Jika memang masjid itu diperuntukan hanya untuk orang-orang sholehah, maka celakalah aku. 

Jika memang masjid itu hanya diperuntukan untuk orang-orang yang bercahaya, maka celakalah aku.

Lalu dimana tempatku yang kotor, berdosa dan bergelimang didalam kegelapan ini akan pulang?

Entah dimana lagi tempatku meneteskan air mata, menyesali dosaku yang pekat dan menahun. Entah dimana lagi tempatku untuk menunduk dan menyerahkan diri.

Apakah orang-orang sepertiku asing untuk kembali? Entah, aku merasa terlalu hina karena ku sadari diriku hanya noda-noda yang tak pantas memasuki rumahMu nan suci itu. Begitupun aku terlalu malu bertegur sapa dan duduk bersama orang-orang berada didalamnya, tak kuasa melihat diriku begitu gelap karena cahaya keimanan yang dimiliki mereka.

Namun Engkau berfirman;
"Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa. (An Najm : 32)"

Izinkan aku selalu luluh padaMu yaRabb..

Karena mungkin tak pernah ada hambamu yang benar-benar suci, kecuali Engkau menghendaki untuk disucikan. Karena kami semua hanya hambamu yang khilaf, dzalim, penuh dosa, namun rasanya ingin kembali ke jalanMu.

Karena aku tak pernah tahu pasti, mereka yang sering berkumpul di masjid itu mungkin mempunyai masa lalu buruk yang telah lama terkubur.

Karena aku tak pernah tahu pasti, bahwa mereka yang berlomba-lomba mendapatkan saf terdepan itu mungkin telah berhenti berlomba pada keburukkan.

Karena aku tak pernah tahu pasti, bahwa mereka yang begitu khusyuk beribadah itu mungkin telah Kau tutup aib-aibnya dengan begitu rapat.

Dalam kebesaran namaMu, maka izinkanlah aku luluh, lagi dan lagi.

Entah mengapa begitu rindunya aku kembali, sedangkan aku tahu pasti bahwa aku pun selalu menghianati.

Izinkan aku, kami dan semua orang yang tersesat, untuk kembali padaMu, kembali ke rumah suciMu. Izinkanlah agar kami menjadi kembali setelah sekian lama tersesat, untuk bersegera kembali menuju rumahMu.

Yaitu rumah... Yang mensucikan orang-orang yang kotor, berdosa, dan sekian lama bergelimang kegelapan.
Aamiin..

Depok, 6 Agustus 2016

 
;