Selasa, 13 Oktober 2015 0 komentar

Pada Waktunya

Orang menikah muda ada, yang ribut. Menikah terlambat, ada yang ribut. Nggak menikah-menikah, ada yang ribut. Nggak mau menikah, di ributin juga.

Yang sini ngajak orang untuk menikah muda. Yang sana ngajak orang untuk jangan menikah muda. Yang sini bingung ada orang yang nggak menjadikan menikah yang utama. Yang sana bingung
ada orang yang menjadikan menikah yang utama.

Saya mah nggak susah. Kalau saya berada di kutub "sini" ,  nggak usah bertanya-tanya mengapa ada di kutub yang "sana" apalagi meributkannya. Dan sebaliknya juga begitu. Itu keyakinan masing-masing orang. Datangnya juga dari Allah.

Kalau sudah waktunya, setiap hati pasti akan terpanggil untuk menikah. Cepat atau lambat ukuran yang di buat manusia. Karena kita mengenal konsep umur. Kalau kata Allah semua selalu pada waktunya.

Tidak ada yang tergesa-gesa, lagi pula memang tidak bisa tergesa-gesa. Menikah bukan keinginan dua manusia yang mau menikah saja. tetapi dua keluarga juga. Dan keinginan Allah tentu. Kalau Allah nggak ingin ya nggak jadi.

Tetapi kalau sepertinya jodohnya sudah datang, sebaiknya memang disegerakan. Lebih banyak baiknya jika disegerakan. Jodoh memang tidak akan ada yang tau. Yang sudah menikah saja belum tentu sejodoh.

Yang terpenting, tidak perlu meributkan urusan orang lain, cukup bersyukur dengan jodoh masing-masing. Belum bertemu harus tetap bersyukur. Apalagi yang sudah bertemu.

Percaya saja kalau semua memang pada waktunya, karena memang begitu.

Jakarta, 12 Oktober 2015
Dina Nurhayati

0 komentar

Baper

Baper itu bisa di kondisikan, jangan sampai melted terus bikin jadi caper, selalu ingin tahu dan komunikasi dan jangan sampe numbuhin harap.

sebenernya baper bisa di kondisikan, kalau punya batasan, dan punya self controlling. kalau segala hal tentang rasa diturut-in apa kabar perkerjaan dan segala aktifitas lainnya?

singkatnya sih hanya sedang berpikir bahwa tidak selamanya rasa nyaman berakhir jadian, apa salahnya saat menjaga baik komunikasi maupun sikap kepada orang lain. bersikap baik terhadap siapapun memang kewajiban, bukan?

mengenai reaksi mereka terhadap kita, sepenuhnya itu kendali mereka. kita bukannya tidak bisa mengendalikan rasa yang hadir, hanya saja mungkin pahaman dan cara menyampakan rasa itu berbeda-beda.

beberapa orang dengan mudahnya mengatakan bahwa segala rasa nyaman terhadap lawan jenis merupakan rasa cinta yang patut di curahkan dan mendapat balasan, padahal nyatanya?
mari kita pikirkan kembali..

tidak perlu membatasi kebaikan kepada siapapun, yang perlu hanya mengkondisikan perasaan untuk tidak begitu saja mudah jatuh hati.

memberi batasan pada rasa yang tiba-tiba menyergap, bila kiranya bisa diteruskan pasti akan ada jalannya. namun bila tidak, yasudah, sudahi saja dan jaga rasa itu. Belajar untuk mendewasakan hati ketika menanggapi diri sendiri.

Jakarta, 12 Oktober 2015
Dina Nurhayati

 
;