Tak mudah mengartikan sebuah rasa,
jika hanya memperhatikan cara dia bersikap terhadap kita, atau caranya
bertutur kata. Sebab, ada sebagian orang yang
terkadang menunjukan rasa cintanya dengan cara yang beda dari biasanya, yang
seseorang lakukan kala jatuh cinta.
Ada orang yang tak pernah
kehabisan kata saat berbicara dengan seseorang yang dicintainya.
Tapi, Ada orang yang mengagumi dalam
diam, dan menjadi pendengar baik, lalu sesekali memberi masukan.
Ada yang terang-terangan mengajar
bahkan rela meminta bantuan teman-teman yang dia dan orang yang dicintainya
kenal.
Tapi, Ada yang diam-diam memperhatikan
dari jauh, dan sesekali menyapa, tanpa berani terlalu jauh berbicara selain
hal yang penting saja.
Ada yang terlalu perhatian dan
mencari tau apapun tentang orang yang dicintainya.
Tapi, Ada yang perlahan-lahan
mendekat, dengan manisnya. bahkan tak pernah di duga sebelumnya.
Beda orang beda cara.. jadi,
jangan pernah salah mengartikan setiap apa yang ia tunjukan. sebab, belum
tentu yang terlalu perhatian atau dekat itu cinta sama kamu, atau sebaliknya.
Tapi yang pasti, ada sesuatu yang bisa kau rasakan saat dia hadir dalam hidupmu.
Perhatikan, pahami, lalu
putuskan.. :)
|
Untuk kau yang sedang berjuang. Bagaimana kabarmu? Ingin ku ceritakan senja sore kemarin yang tidak terlalu jingga, namun selalu menenangkan, menyadarkan bahwa perjuangan hari ini hampir akan berakhir.
Aku tau kau sedang berjuang. Bukankah setiap manusia yang ada di dunia sedang berjuang untuk apa yang ia inginkan? Kau harus percaya itu, agar kau pun percaya bahwa akupun sedang berjuang.
Tepat sekali, jika memang seorang wanita memang senang diperjuangkan. Tapi bolehkah aku berusaha menjadi seorang yang patut untuk diperjuangkan?
Bagaimana aku berjuang adalah dengan cara memperbaiki diriku, mendekatkan aku pada Tuhanku. Bukankah pada akhirnya Dia lah yang membuat kita bersatu? Tak peduli seberapapun kita terpisah dan tak saling mengetahui seperti sekarang.
Kau dan aku tak perlu saling mengatakan bahwa aku atau kau berjuang untuk satu sama lain, tidak. Kita sedang berjuang menuju Tuhan kita, kau atau aku tak.perlu bergantung pada makhluk, bukankah itu hanya akan berakhir pada kekecewaan?
Selamat berjuang sampai bertemu dijalan menuju Tuhan. Doakan aku yang sedang berjuang, agar patut diperjuangkan.
@dinanurhayatii
Sesungguhnya yang menimpa diriku adalah kehendak Tuhan, bukankah aku harus ikhlas? Namun ketika aku jatuh, rasa takut mengecewakan orang-orang yang menyayangiku, membuatku jatuh lebih dalam, melebamkan luka.
Sungguh, aku tak pernah keberatan terhadap kegagalan yang ada dalam hidupku, Tuhan Yang Maha Tahu, tentu memberikannya dengan maksud lain, yang tak pernah kita duga, maka berbaik sangkalah padaNya.
Sungguh, aku tak pernah keberatan terhadap kesedihan yang Tuhan berikan dalam perjalanan hidupku. Karena aku yakin Tuhan akan menjadikanku lebih kuat, lebih tangguh, lebih pandai bersyukur, dan menghargai hidup.
Sungguh, aku tak pernah merasa keberatan berada dikeduanya. Biarlah aku saja sendiri yang merasakan pedihnya hidup agar mengerti apa makna berada didunia ini. Mengerti apa yang harus aku lakukan agar lolos dari kegagalan dan kesedihan.
Namun, sungguh aku merasa keberatan terhadap rasa takutku, rasa takut mengecewakan orang-orang yang menyayangiku, mencintaiku dan mendoakanku.
Biarlah aku saja yang bersedih, karena rasa sedihku akan bertambah jikalau melihat mereka tersenyum untuk menguatkanku, padahal dalam hatinya mungkin saja kecewa padaku.
Tuhan, jagalah malaikat-malaikatku ini dari kesedihan, dari rasa takut. Tolong jagalah mereka, sungguh aku tak pernah keberatan terhadap apa yang Engkau tuliskan untukku.
@dinanurhayatii
Ada jendela disamping rumah putih itu, yang setiap paginya selalu dibuka dengan berderit. Ada senyum yang kemudian muncul, segera saat derit itu hilang. Dan, terkadang ada gelak tawa lembut yang terdengar sayup-sayup dari kejauhan.
Ada perempuan yang setiap pagi mengintip matahari dari posisinya. Jendela itu masih berderit, hingga saat ini. Namun, senyum yang dulu selalu muncul kini berganti gerimis. Ia tahu, gerimis yang seperti ini yang tidak ia inginkan. Ia hanya sanggup mengintip matahari, berharap ada pelangi berubah dari gerimisnya.
Tapi nyatanya tidak.
Pikirannya selalu melayang pada satu tempat yang setiap hari selalu ia rindukan; taman belakang rumah.
Bangku tua itu sudah lama tak diduduki. Sebagian keropos kerangkanya, sebagian berkarat dan sebagiannya lagi masih bercat, walau sudah terkelupas kulitnya. Sekali-kalinya ia kesana, duduk bercengkrama dengan seseorang. Teman berbagi suka dan duka. Teman hidup katanya.
Ada masa saat keluar malu-malu dari kamar, lantas tak lama berubah senyum dan tawa tak henti hingga pagi. Ada masa saat ia dan pipinya merona, malu-malu mengangguk. Ada masa saat ia sibuk merajut, lantas anak kecil berlarian di hadapan sambil meminta digendong. Ada masa saat ia sendiri, seperti ini, dan yang terjadi hanya memutar kaset-kaset lama.
Ada sosok yang ia rindukan.
Ia pejamkan matanya pelan-pelan, mencoba menghirup memori yang menguap bersama partikel-partikel debu ditaman ini. Semakin sering ia menghirup, semakin tahu rindu itu akan mengisi ruang dalam dadanya. Partikel rindu itu akan bergerak dan bertabrakan satu sama lain. Hingga tak bisa bergerak. Ia sadar, rindu telah membuat dadanya semakin sesak.
Air mukanya kemudian berubah.
Partikel itu kini berpindah masuk kedalam darah. Tiap-tiap sel darah ia minta tempatnya, oksigen diminta mengalah. Partikel itu berjalan keseluruh tubuh, menguasai pembuluh, lantas berdifusi ketiap-tiap jaringan tubuhnya hingga membuatnya semakin didera rasa sakit yang mendalam. Ia juga menguasai tiap-tiap bagian otak, dan tanpa sadar, syarafnya memberi stimulasi agar ia buang saja sesak-sesak itu dalam bulir air mata.
Jatuh...
Rindu itu seperti membunuh dirinya sendiri.
Jadi ini rasanya menunggu? Jadi ini rasanya didera rindu?
Percaya atau tidak, ini kali pertama ia merasakan sakit yang demikian hebatnya. Rindu itu sudah sampai puncaknya, kadar toksik, sudah bertahun-tahun ia menunggu, namun rasanya tidak sesakit ini. Setiap pagi.
@dinanurhayatii
Terkadang ada rasa takut yang berbisik; "Bisakah aku?" "Benarkah aku mampu?" Atau bahkan segelintir pikiran negatif yang kadang bertebaran.
Maka saat mengingat perjalanan yang telah dan tengah yang akan dilalui, aku membisik "Biidznillah, bisa Din! Karena Allah telah memilihkan skenario ini untukmu. Maka Dia tahu engkau mampu.
Bukan untuk pujian, juga tak boleh takut akan cacian.
Jiwa ini telah berjanji pada dirinya sendiri untuk melakukan yang terbaik. Jiwa ini telah bertekad untuk menjadikan keilmuannya sebagai jalan sebaik-baiknya amal.
Pencipta jiwa ini senantiasa mengetahui. Duhai Allah mudahkan setiap urusan kami, bimbing kami selalu..
@dinanurhayatii
Biarkan iblis menyulam dosa-dosa dihati kita. Sebab, kita hanyalah pendosa yang hanya mengingat Tuhan bila didera derita.
Sampai kapankah kita menjadi pendosa, atau masih pantaskah kita berada pada kesucian jiwa? Jika satu kesalahan saja tak mampu kita pahami atau mungkin sengaja tak mau kita pahami?
Lewat kata-kata, kita selalu mencari arti kebenaran jiwa, meski napas tersengal diantara raga penuh dosa.
Pada rapal doa sepertiga malam, ada yang menetes-jatuh pada bentangan sajadah. Biarlah ia bermetamorfosa menjadi harumnya jiwa diantara warna warni kelamnya dunia.
Pada akhirnya, kita hanya mampu memohon doa untuk semua manusia yang mencintai hambaNya karena Allah semata.
-Sujudku diantara bentangan sajadah tua.
@dinanurhayatii
Adalah ketakutan yang seringkali bersembunyi dibalik kegagahan. Disimpannya rapat-rapat ketakutan itu. Takut jika orang lain tahu.
Adalah ketakutan yang seringkali menyulap janji menjadi harapan bagi orang lain. Meski tak sedikit yang nyatanya palsu. Diantara mereka ada yang sibuk menyebar janji, dan yang lain sibuk mempercayainya.
Adalah ketakutan yang seringkali membuat manusia hanya mampu berpindah tempat, tanpa sanggup berpindah hati.
Adalah ketakutan yang seringkali diulang-ulang dalam skenario hidup kita. Dengan itu kita mampu menghafalnya, seperti refrain dalam lagu-lagu. Yang pada akhirnya berhasil mengubah cara pandang kita memandang masa lalu; menertawainya bersama.
Adalah ketakutan, yang seringkali diberangkatkan bersama waktu, yang katanya mampu mengobati hal-hal tertentu. Termasuk luka dan perasaanmu.
Adalah ketakutan yang seringkali membunuh akal sehat. Dicemaskan berkali-kali. Takut dimbil orang. Padahal rezeki tak pernah tertukar. Jika Allah tak menakdirkan sesuatu (atau mungkin seseorang) untuk kita, niscahya ia takkan pernah datang. Selama apapun kita menunggunya.
Adalah ketakutan yang seringkali menjelma menjadi ketakutan. Ibu dan ayahmu misalnya. Ketakutannya kehilangan dirimu, membuat gravitasi seakan-akan berpusat padamu. Ia memperjuangkanmu, hidupmu, bahagiamu, semuanya. Bahkan hingga engkau sebesar ini.
Adalah ketakutan yang seringkali menjelma menjadi kegigihan. Sumayyah, ingatkah pada perempuan itu? Ketakutannya pada Pemilik Langit, membuat luka mengaga tiada artinya. Jeritnya telah menjadi saksi, bahwa surga telah didekatkan padanya.
Adalah ketakutan yang seringkali menyulap kisah-kisah tidak mengenakkan, menjadi lebih pantas disyukuri.
Adalah ketakutan yang sanggup mendekkan jarak sekarang dengan apa yang sempat ditakutkannya.
Adalah ketakutan yang seringkali menjelma menjadi dirimu kini.
Jadi sampai disini, apa sebenarnya ketakutan terbesarmu?
@dinanurhayatii
Bagaimana mungkin seorang yang mencintai, tak menjaga seseorang yang ia cintai. Bagaimana bisa seseorang yang mencintai, membiarkan pujaannya dalam bahaya. Bagaimana bisa?
Padahal, ia katakan padanya seribu kali kata cinta. Lalu apa cinta itu? Kau seakan mengerti makna cinta, paling paham bahwa rasa dalam hati harus selalu diungkapkan atau dikatakan. Tanpa memahami bahwa ada alasan untuk tetap menahannya didalam hati.
Bila ia katakan cinta pada pujaannya seribu kali, berapa kali ia katakan cjnta kepada Tuhan nya? Berapa lama ia berdoa kepada Tuhan meminta ditunjukan cinta yang halal. Berapa lama ia bersujud pada Tuhan nya meminta diampunkan dosa dari rindu yang tak diizinkan? Tanyakanlah padanya berapa kali.
Kau yang mengatakan seribu kali kata cinta. Sadarlah bahwa kau sedang menyakiti dirimu sendiri. Membuat yang seharusnya pahala menjadi dosa. Kau yang katanya mencintai, kau telah membuat Tuhan mu cemburu.
Bila datang padamu rasa mencintai. Berdoalah agar ia yang kau cintai didekatkan padamu dan dipersatukan denganmu, oleh janji yang di ridhoi Tuhan. Lalu bersyukurlah padaNya dengan menyebut namaNya dengan penuh cinta agar kau tidak dicemburui Tuhan.
@dinanurhayatii
Disetiap gelisah Allah-lah penawarnya. Tetesan cahayaNya kadang meleburkan semua kegelisahan. Mengair di padang tandus yang sudah kemarau karena kemaksiatan dan kerisauan akan dunia. Disetiap gelisah, coba tengoklah jiwa, adakah Allah disana? Jika tidak ada, maka carilah Dia. Leburkan jiwamu bersama tasbih untukNya.
Gelisahmu adalah bagian dari fitrah, dan tak ada sesuatupun didunia ini yang tidak bersumber dariNya. Maka gelisahmu hanyalah sepotong episode dalam harimu, entah kau ingin ataupun tidak, kondisi itu akan tetap datang. Maka, gelisahlah karena kita belum memulangkan gelisah kepada Allah. Gelisah ketika jiwamu yang luka belum disembuhkan dengan meredam segala keinginan dunia. Gelisahlah ketika amalan-amalan mu selalu kau tunda karena alasan yang tak berdasar. Gelisahlah, selagi Allah memberikan hati untuk berdzikir. Memberikan lisanmu untuk membaca kalimat-kalimatNya. Memberikan cahayaNya untuk sekedar kau pijaki menuju jalan lurusNya.
Jika gelisah adalah teman setia jiwamu, maka jangan lupa bersamai ia dengan kerinduan. Peluk ia dengan kerinduanmu yang meletup untukNya. Kuatkan ia dengan muhasabah-muhasabah tanpa henti untuk mengenalNya. Eratkan gelisahmu dengan kenangan-kenangan Rasulullah. Penuhi gelisahmu dengan kerinduan yang tak tertahankan karena mengingat manusia-manusia mulia. Mungkin akan lebih banyak tetesan airmata. Akan lebih banyak sesenggukkan yang terjadi. Namun yakinlah, hatimu akan dibanjiri dengan ketenangan dan kelapangan karena gelisahmu telah engkau sempurnakan dengan kerinduanmu kepada Allah.
@dinanurhayatii
Hari, Jam, Menit dan detik kian berputar begitu cepatnya.Tak terasa. Dan tak bisa diraba. Hanya dapat terlihat dan teringat. Terngiang selalu.
Detik-detik itu menggetarkan jiwa dan mengagetkan jantung. Detaknya semakin kencang, pikiran melayang dan nafas pun seperti terengah-engah. Mungkin itu gejala penyakit jantung. Ah, tidak, aku hanya bergurau saja. Mana mungkin gejala penyakit jantung seperti itu. Atau aku demam panggung?
Demam panggung? Mungkin nanti akan ada flu panggung atau pusing panggung? Ah.. Tidak, Yang pasti aku sedang merasakan suatu hal yang aku sendiri tak dapat menggambarkan ekspresi rasa tersebut.
Hari itu semakin dekat. Semakin terlihat. Hari dimana selama 3 tahun aku belajar di uji dalam waktu 1 jam di depan 2 penguji, dan mempertanggung jawabkan apa yang telah aku buat. Mungkin nanti aku akan merasakan hal ini lagi, namun kadarnya berbeda. Ya, saat di sidang di depan calon mertua dan calon imam. Saat kamu melamar ku dan saat kita didepan penghulu. Itu adalah hal yang paling mendebarkan.
Seluruh perlengkapan sudah siap sedia. Hanya saja calon pendamping yang belum terlihat.
"Ah, kau selalu bergurau". Ujar Dina, yang sedang bicara didepan cermin.
Seluruh persiapan sudah siap sedia. Tinggal memaksimalkan belajar, memahami materi lebih dalam. Seperti halnya aku memahami dirimu yang aku pun belum tahu siapa kamu.. iya kamuuuu imamku..
Mental ku sudah siap seperti nya untuk menghadapi pertanyaan-pertanyaan dari para penguji. Pun seperti mentalku untuk mengahadapi pertanyaan-pertanyaan mu dan orangtua mu..
Ah, hari itu semakin dekat. Semakin terlihat. Aku akan melawan nya, aku tak akan pernah menyerah. Pun, seperti kata-kata orang terdahulu terhadap perjalanan ku. Pengalaman cukup ku jadikan pelajaran yang sangat terlalu berharga, dan aku akan belajar serta mengambil hikmah dari semua pengalaman tersebut. Seperti pengalaman sidang kelulusan kuliah dan sidang kelulusan menjadi istri muu (kelak)..
Terimakasih untuk segala doa yang telah mengalir kepadaku, biarlah Allah yang membalas doa-doamu. Dan biarkan aku memaksimalkan seluruh persiapan ini.
Salam dari ku..
@dinanurhayatii
“Wahai Kau Sang Maha Pencinta, terimalah cintaku yang sederhana ini, izinkanlah aku merasakan cintaMu yang Maha Indah..”