Jumat, 02 Mei 2014

Selamat Ulang Tahun

Daun kemudian jatuh, langit turut bergemuruh, dan aku menaruh separuh nafas untuk menunggu sebuah waktu yang akan tiba. Dengan keadaan tak sabar, kian hari dada kian berdebar, beradu cepat dengan getar suara yang menyusup pada telinga-telinga kesepian. Aku berharap esok adalah hari ini. Dan aku menanti sebuah hari, ketika hati kurasa akan mendapatkan kesempatan cinta.

Itu adalah hari kelahiranmu, aku menunggu-nunggu itu segera saja tiba. Sebab aku mengalami ketakutan, kikuk, juga takluk di depanmu,  ketika aku mengalami sepi dan keinginan bersembunyi. Perjumpaan denganmu membawaku pada labirin kebingungan. Pertemuan denganmu membawaku pada ketakutan tentang pertanyaan kapan aku dapat bertemu denganmu lagi.

Aku bahagia pertama kali berjumpa denganmu, begitupula pula aku cemas, perjumpaan pertama membawaku berharap perjumpaan selanjutnya. Dan perjumpaan selanjutnya adalah lorong gelap yang tak kunjung bercahaya kecuali harapan di dada yang menyala-nyala menuntunku terus melangkah.   

Meski sekadar kata yang mungkin tak bermakna, menyapamu meski sekata, adalah kebahagiaan yang tak bernama. Apalagi, aku mengucapkannya untuk memberi selamat di hari lahirmu, meski kutahu ada begitu banyak yang memberi kata, ucapku padamu di hari lahirmu, adalah jalan pertama menuju cinta. Selanjutnya, tentu aku berdoa kau turut membalas kata dan akhirnya kita bisa jumpa.

Di akhir malam nanti, sebuah tanggal akan melonceng seperti biasa. Kali ini dengan malam sepanjang bulan, dengan bintang sepanjang siang, aku menunggu lahirnya sebuah hari istimewa bagimu. Tentu teristimewa pula bagiku. Meski telah kusebut namamu dalam doa pada hari-hari yang lain, mendoakamu di hari ulang tahun terasa istimewa dan menjadi perasaan tak biasa.

Tubuhku yang rindu, hanya terpaku di bawah rembulan malu. Menikmati hilir angin yang datang membawa kabar tentangmu. Tentang dirimu yang masih tertidur manis di sana, tak peduli pagi yang dini adalah hari apa. Dan aku gagap didekap perasaan yang kacau untuk menyapamu. Tak ada keberanian melawan rindu yang telanjur melumuri sekujur tubuhku.

Aku hanya bisa menjadi bebatang yang tegang ketika angin suaramu singgah dan merebah di daun mataku. Aku senang kau tertidur lelap, sebab diriku tak tahu harus bagaimana memberikan hadiah ini untukmu. Bukan bingkisan besar ataupun bintang bersinar. Hanya sekadar persinggahan pada ruang mimpimu. Malam itu, aku dibantu angin dan hujan memberimu lelap yang teramat. Dengan langit yang gelap, aku menjelma dingin merasuk dan melangkah menuju tubuhmu. Dengan cekatan aku mengasup wajahmu yang lugu terserang banyak rindu dari wajah lain yang tak kau kenal. Dan tak kusangka ada sedikit wajahku di sana, dan dia bermain-main dekat matamu yang terkatup.

Maafkan aku, aku hanya ingin singgah sejenak dalam pikiranmu. Menjadi mimpi sederhana yang membangunkanmu dan tetiba saja kau ingat kepadaku. Tentang aku yang ingin sekali berjumpa kembali, lalu menatapmu lagi, untuk melepaskan keringat dan menggigilnya aku merindukanmu. Dan tak ada ketakutan bahwa itu adalah pertemuan yang tak melahirkan kisah selanjutnya.

“Selamat Ulang tahun, Dina. Semoga kau menjadi makhluk yang tak pernah takluk pada kenangan. Jadilah wanita yang tetap manis untuk dunia ini, jadilah secantik-cantiknya perhiasan dunia. Dan aku ingin sekali bertemu lagi denganmu.”

Lalu lonceng menari-nari menyambut hari pagi yang terlalu dini. Hari dimana aku merasakan tangis kehadiranmu ke dunia, meski di tempat lain, kau tak pernah tahu ada anak kecil yang tersenyum bahagia dengan alasan yang tak terdifinisikan. Anak kecil itu tersenyum menyambut cinta yang dianggapnya kelak menjadi langit dari kehidupannya.

Pada hari ulang tahunmu, aku menunggu mengucapkannya. Aku ingin mengucapkan selamat ulang tahun kepadamu, sebagai jalan paling memungkinkan menyapamu. Ketika tak banyak cara aku berbagi kata bertukar sapa, ulang tahunmu, adalah jejak jalan paling memungkinkan untuk menyapamu.

Pada ulang tahunmu, aku mendoakan, dengan serangkai kata  yang kukirim menjelma gelombang dan terhampar di layar mata. Ketahuilah, diantara diam dan senyummu, ada seorang diluar sana yang tak henti merapal namamu dalam doa

Pada ulang tahunmu, aku berharap kau membalas ucapanku meski sekadar terima kasih. Mungkin kau lupa padaku, tapi setidak-tidaknya kau membiarkanku hidup sementara waktu, membiarkanku menduga, bahwa kaulah cinta yang mungkin Tuhan lahirkan.

“Selamat Ulang Tahun, Dina.”
Dan kau pun terbangun setelah aku pergi dari mimpimu. 

NB : “dari orang yang mengirim tulisan ini ke email, yang saya sendiri tak tahu siapa. Atau mungkin saya terlupa. Terimakasih atas tulisan dan ucapannya. Bagus banget.”



@dinanurhayatii

0 komentar:

 
;