Selasa, 22 November 2016 0 komentar

Kamu

Kamu; yang tak pernah membiarkanku sendirian, yang menggenggamku untuk tetap merasa tenang, juga yang memelukku agar aku tak memanjakan kesedihan.

Kamu; laki-laki yang sering membuatku kesal, juga yang sering menghukumku dengan kerinduan.

Kamu; laki-laki sederhana yang selalu saja memiliki cara menujukkan jika dimatamu, akulah segalanya.

Kamu; laki-laki keras kepala yang pernah ada, namun tetap saja kepadamu, berkali-kali aku jatuh cinta.

Tidak banyak hal yang bisa aku berikan untuk laki-laki sehebat dirimu. Yang ku mampu, akan selalu mempercayaimu, membersamaimu, mendukungmu, juga mendoakanmu.

Tak usah aku berjanji, kamu pasti mengerti jika dibagaimanapun hidupmu, aku tetap ada disampingmu.

Dekat atau jauh, walau tak selalu aku snaggup memelukmu setiap waktu, doa-doaku selalu terpeluk untukmu.

Terimakasih telah melahirkan banyak cinta untukku, aku mencintaimu.

Minggu, 06 November 2016 0 komentar

Tuan III

Hai tuan, rasa-rasanya rindu padamu hadir setiap hari tanpa mengenal waktu. Ruang kepalaku selalu terisi penuh tentangmu.

Maaf, aku selalu menjadi orang yang sangat menjengkelkan. Yang seringkali ambek tak jelas, selalu manja terhadapmu.

Yakilah, apa yang aku lakukan tersebut tak sama seperti aku melakukannya pada teman-temanku. Aku bisa jadi orang yang sangat manja, yaaa hanya kamu kuperlihatkan. Manjaku tak ku perlihatkan pada teman-temanku, pun dengan lemahku.

Entah mengapa begitu mudah aku perlihatkan hal tersebut padamu, seakan-akan sudah kupercayakan sepenuhnya sisi lemahku padamu.

Tuan, terimakasih untuk waktu yang selalu kau luangkan untukku. Waktu yang seharusnya kau gunakan untuk istirahat seusai bekerja, tapi kau gunakan untuk pergi ke kota tempatku bekerja. Dan selalu tak kau tampilkan wajah lelahmu.

Ah entahlah, aku sudah sangat mencintaimu. Aku jatuh cinta pada pola pikirmu dan sebagian karaktermu. Ada rasa tersendiri dalam diriku, yang terkadang membuatku minder terhadapmu.

Tuan, rasa takut itu menghantuiku. Bagaimana dengan rasa yang terlalu, dengan harap yang sudah ku lambungkan untukmu.

Bolehkah kupinjam tubuhmu sebentar saja? Aku hanya ingin pelukmu, ya hanya itu. Pelukmu yang dapat membuat rasa takut itu berkurang, peluk yang membuat ku candu. Bagaimana denganmu?

Maaf aku yang terlalu ini

Kamis, 06 Oktober 2016 0 komentar

Perempuan

Dia yang diambil dari tulang rusuk. Jika Tuhan mempersatukan dua orang yang berlawanan sifatnya, maka itu akan menjadi saling melengkapi. Dialah penolongmu yang sepadan, bukan lawan yang sepadan. Ketika pertandingan dimulai ia tidak berhadapan denganmu untuk melawanmu, tapi ia akan berada bersamamu untuk berjaga-jaga dibelakang saat engkau ada berada didepan. Dialah yang akan menutupi kekuranganmu.

Dia ada untuk melengkapi yang tak ada dalam laki-laki; perasaan, emosi, kelemahlembutan, keluwesan, keindahan, kecantikan, rahim untuk melahirkan, mengurusi hal-hal yang dianggap spele.

Hingga ketika kau tidak mengerti hal-hal itu, dialah yang akan menyelesaikan bagiannya. Sehingga tanpa kau sadari ketika menjalankan sisa hidupmu, kau menjadi kuat karena kehadirannya disisimu. Jika ada makhluk yang sangat bertolak belakang, kontras dengan laki-laki; itulah perempuan. Jika ada makhluk yang sanggup menakhlukan hati hanya dengan sebuah senyuman; itulah perempuan.

Ia tak butuh argumentasi hebat dari seorang laki-laki, tetapi ia butuh jaminan rasa aman darinya karena ia ada untuk dilindungi, tidak hanya secara fisik, tetapi juga emosi. Ia tidak tertarik terhadap fakta-fakta yang akurat, bahasa yang teliti dan logis yang bisa disampaikan secara detail dari seorang lelaki, tapi yang ia butuhkan adalah perhatiannya, kata-kata yang lembut, ungkapan sayang yang spele, namun baginya sangat berarti, membuatnya aman didekatmu.

Batu yang keras akan terkikis habis oleh air yang luwes, sifat laki-laki yang keras akan ternetralisir oleh kelembutan perempuan. Rumput yang lembut tidak mudah tumbang oleh badai dibandingkan dengan pohon yang besar dan rindang, seperti didalam kelembutan disitulah terletak kekuatan dan ketahanan yang membuatnya bisa bertahan dalam kondisi apapun.

Ia lembut bukan untuk diinjak, rumput yang lembut akan dinaungi oleh pohon yang kokoh dan rindang. Jika laki-laki berpikir tentang perasaan perempuan, itu sepersekian dari hidupnya. Tetapi jika perempuan berpikir tentang perasaan lelaki itu akan menyita seluruh hidupnya.

Karena perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki, karena perempuan adalah bagian dari laki-laki, apa yang menjadi bagian dari hidupnya, akan menjadi bagian dari hidupmu. Keluarganya akan menjadi keluarga barumu, keluargamu pun akan menjadi keluarganya juga. Sekalipun ia jauh dari keluarganya, namun ikatan emosi kepada keluarganya masih tetap ada karena ia lahir dan dibesarkan disana. Karena mereka ia menjadi seperti sekarang ini. Perasaannya terhadap keluarganya, akan menjadi bagian dari perasaanmu juga, karena kau dan dia adalah satu, dia adalah dirimu yang tak ada sebelumnya.

Ketika pertandingan dimulai, pastikan dia berada dilapangan yang sama denganmu.

Jakarta, 6 Oktober 2016

Senin, 26 September 2016 0 komentar

Takut

Beberapa orang memang pasti akan merasakan takut, rasa takut sendiri akan suatu hal. Takut, memang menjadi momok yang sangat memprihatinkan. Karena rasa takut sendiri bisa menjatuhkan dan dapat menunda kesuksesan orang tersebut, takut disini diartikan; takut mengambil keputusan.

Berbeda dengan rasa takut yang baru saya alami kemarin, tepatnya setelah saya pulang main yang bertempat di bekasi, kemudian gerimis serta hujan yang semakin deras, selang beberapa kilometer suara petir dan kilat yang menyambar-nyambar, belum lagi angin yang sangat kencang. Yang merobohkan pepohonan, kabel listrik, dan asbes atap rumah.

Ini kali pertama saya melihat hal tersebut. Takut? Ya saya sangat takut akan hal tersebut. Nangis tak henti-henti, istighfar dan membaca ayat kursi berkali-kali.

"YaRabb, sungguh aku takut akan murkamu, azabmu, serta musibah yang Engkau berikan. Jika hujan adalah berkah, maka jadikanlah hujan ini keberkahan untuk kami, jangan jadikan hujan ini musibah untuk kami. YaAllah ya Rabb ku, ampunilah kami. Manusia yang memiliki dosa yang sangat menggunung tinggi ini, karena tanpa ampunanmu aku tak berdaya. YaRabbku yaRahman yaRahim, selamatkan lah kami, jauhkan kami dari murkamu. Aamiin yaAllah". Kemudian beristighfar dan membaca ayat kursi berkali-kali.

Setiap petir dan kilat yang menyambar-nyambar aku selalu berucap
"Ampun yaAllah, aku mohon ampun".

Kemudian air mata berlinangan tak henti-henti, setiap kali kilat, halilintar serta petir itu menyambar. Tak peduli apakah orang-orang sekitar melihatku, bahkan berfikir aneh tentangku.

Kurang lebih sekitar 1 jam menunggu, agar petir, serta halilintar itu tak bergema kembali. Saya dan tuan, bergegas untuk pulang. Tapi musibah kembali, banjir yang kurang lebih lama kelamaan meninggi itu tak mampu di hindari, sempat tak percaya perkataannya, namun jika terus menunggu hingga air surut, mau sampe kapan?

Berbagai jalan ditempuh, mulai dari jalan yang ia ketahui sampai jalan yang, entah apa itu namanya..

YaRabb, musibah kembali. Rumah ia kebanjiran. Alhamdulillah ada orang dirumahnya yang mampu menyelamatkan barang berharga mereka.

Turut sedih, ingin bantu, tapi bingung apa yang harus dilakukan. Hingga akhirnya menunggu di luar menjadi sarana yang digunakan. Apa yang ia lakukan di dalam? Entah, aku tak mampu menduga-duga. Yang pasti tak lama kemudian saya melihat motor yang keluar dari rumahnya, ya dia.. Di sela musibah yang terjadi di keluarga bahkan di rumahnya, ia masih sempat-sempatnya memikirkanku.

Ia mengantarkanku pulang kerumah, melewati jalan yang aku pun baru mengetahuinya saat itu.

Terimakasih untuk tuan, yang bersedia menenangkanku. Tak henti-hentinya mengelus bahuku, meminta bantuanku untuk terus berdoa. Menjagaku.

Terimakasih tuan, aku tak tahu harus berkata apa padamu. Aku menyayangimu, dan aku telah jatuh hati padamu.

Jakarta, 26 september 2016
Dina Nurhayati

Sabtu, 24 September 2016 0 komentar

Hai tuan, selamat pagi.

Entah ada angin apa, sepagi ini bapak memanggilku dan kembali mengajak berbincang bersama. Kini, didalamnya hanya ada bapak, aku dan ibu.

Tanpa ada awalan untuk membuka pembicaraan, bapak yang dari dulu kalau ada pertanyaan langsung ceplas ceplos. Tiba-tiba bapak kembali menanyakan sosok pria yang dekat-dekat ini sering berkunjung kerumah.

Bapak : "Itu siapa? Temen atau apa?"
Aku hanya menjawab "Teman".
Kemudian bapak menyeletuk;

"Seorang wanita sebelum menikah semua dosanya ditanggung sama bapak, kalau udah nikah nanti suamimu yang nanggung. Bapak lebih seneng kalau itu calon suami mu, seneng udah dateng dan ada yang serius. Dia juga orangnya baik, sopan. Beda sama yang dulu, dulu bapak pertama kali ketemu udah gak suka. Belum lagi kan umur kamu sudah 22, udah nggak boleh main-main lagi, liat agamanya gimana, solatnya, gimana dia ke Tuhannya".

Kemudian ibu nyeletuk;
"Sebelum dia, kamu lagi deket sama orang padang kan? Tapi ibu tunggu-tunggu kabarnya lebih lanjut nggak ada, eh malah tiba-tiba muncul si "dia""

Berbagai pertanyaan terlontar dari bapak, serta cerita-cerita yang bapak bagikan. Aku hanya mendengar dan menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan. Rasanya tak bisa menceritakan semua pertanyaan dan cerita, karena akan ber part-part tulisan ini. Haha

Dan mereka, orangtua ku, menyambut hangat kedatanganmu. Entah apapun yang sudah terjadi di depan, bismillah aku mampu untuk melewatinya. Meskipun nantinya mungkin aku akan kecewa, atau mendengar kabar buruk atau pembatalan. Bismillah niat baik karena Allah, ku serahkan semua padaNya. :')

Minggu, 18 September 2016 0 komentar

Ilmu Menikah "Bapak"

Siang itu, obrolan dengan bapak di ruang keluaga di suguhkan dengan suara murrotal surah albaqarah.

Din, bapak tuh ga secanggih kamu ilmu agamanya. Tapi bapak mau kasih tau sesuatu tentang ilmu agama dan menikah. Sesuatu yang bapak temukan dari pernikahan sama ibu.

Ilmu agama itu terdiri dari ilmu dunia dan akhirat. Bedanya, ilmu dunia mengajarkan kita untuk terus memiliki dan meminta sampai tidak ada lagi yang dimiliki dan diminta. Ilmu akhirat sebaliknya, mengajarkan kita untuk terus memberi dan melepaskan sampai tidak ada lagi yang diberikan dan dilepaskan.

Kau tahu? Menikah itu menyempurnakan agama, karena menikahlah yang menyempurnakan ilmu akhirat setelah seumur hidup kau hanya belajar ilmu dunia.

Gara-gara menikah, bapak semakin sadar kalau dunia ini kita semua adalah pemimpin tapi bukan pemilik. Uang yang bapak dapatkan, tidak pernah bapak berpikir bahwa bapak memilikinya. Waku yang bapak luangkan, tidak pernah bapak merasa bahwa bapak memilikinya. Apapun yang ada didiri bapak, semuanya bukan punya bapak. Semua milik kalian, keluarga bapak.

Sebelum bapak menikah, bapak tidak belajar tentang ini. Bapak mengira kalau semua capaian hidup bapak adalah milik bapak seorang. Sekarang bapak mengerti, ini semua milik kalian terutama milik Allah.

Karena menikah bapak menjadi lebih bertanggung jawab. Bapak sadar bahwa semua yang diberikan kepada bapak adalah titipan yang harus bapak jaga.

Kalau bukan karena menikah, tidak mungkin bapak belajar memberi dan melepaskan seperti ini. Juga tidak mungkin bapak belajar memiliki dan meminta seperti ini, untuk kemudian dipersembahkan kepada kalian

Kamu tahu tidak?
Ilmu akhirat mana yang paling tinggi kesulitannya bagi seorang ayah?

(Bapak menghela nafasnya)

"Melepaskan anak perempuannya".

Bapak diam lama sekali.

"Karena bukan bapak tidak percaya, kepada calon suamimu. Melainkan bapak yang tidak percaya pada diri bapak sendiri. Sudahkah bapak benar-benar menjagamu, merawatmu sampai sekarang? Itulah yang diajarkan dari sebuah pernikahan. Meminta untuk kemudian memberi. Memiliki untuk kemudian melepaskan.

Senin, 12 September 2016 0 komentar

Menikah

Nikah. Berkeluarga

Topik itu memang sesang menjadi bahasan menarik dibeberapa kelompok sekitar. Wajar, karena di usia dewasa muda dorongan untuk berkeluarga dan memiliki pasangan lawan jenis sangat besar. Jadi, tidak ada yang perlu dikeluhkan bukan?

Jujur, ketika pertama kali Ramadhan tahun lalu ramai di twiter topik tentang menikah muda dan tagar #UdahPutusinAja, ada gerakan baru untuk berpikir jauh kedepan, berpikir bukan untuk sekedar main-main ketika berinteraksi pada lawan jenis.

Tapi beberapa hari terakhir, grup whatsapp saya bener-bener full membahas soal nikah, bahkan ada yang dilanjut sampai pagi. Topik bahasannya menarik buat saya.

Kemudian tergelitik karena @prisiliara sempat ngetweet bagaimana soal menikah muda, ini belum menceritakan semua sisi dengan adil. Semua yang ditampilkan adalah yang mudah, indahnya hidup pasca menikah dan lainnya. Belum ada yang cerita bagaimana tantangan dan duka setelah pernikahan. Simpelnya, ia pernah mengatakan;

"Coba yang mau nikah, tahan ga kalau denger anak nangis mulu tengah malem?"

Saya bukan orang yang anti nikah muda, hanya saja gemes rasanya kalau nikah dijadikan alasan kebaikan yang tak perlu persiapan.  Simple nya gini, teman kantor saya pernah nanya; kenapa saya punya life plan dalam hidup? Kenapa saya punya target untuk berkeluarga dan menjadi ibu?

Jawaban singkat saya;

Saya mencoba menghitung waktu optimal yang saya punya untuk berkarir, karena jika sudah menjadi ibu, I want to be a full time mother. Tapi, saya harus tetap memastikan waktu optimal berkarir saya cukup untuk mencapai target saya.

Sudah banyak saya temui teman perempuan saya, yang menikah kemudian tenggelam. Seolah mimpi-mimpi besar yang dibicarakan dulu tidak lagi ada, sebenarnya itu tergantung orang sih, bisa aja kan itu menjadi cita-citanya sekarang? Hanya saja yang saya pahami, menikah itu seharusnya melejitkan potensi. Bagaimana kekurangan seseorang bisa ditutupi dengan kelebihan pasangannya. Bagaimana dua orang tersebut saling bahu membahu menggapai mimpi mereka.

Itulah menurut saya bagian terberatnya. Bagaimana dua manusia ini, bisa saling menghidupkan mimpi-mimpinya ditengah kewajiban seorang suami-istri bahkan ayah-ibu. Kita sendiri aja kadang kewalahan bukan untuk mengatur bagaimana bisa mencapai target-target salam hidup. Padahal saat ini baru menjadi seorang makhluk, warga negara, anak, pelajar atau pekerja. Well, saya mencoba untuk ber khusnuzan dan berdoa semoga semua yang saya lihat ini adalah sebuah proses. Bahwa pada akhirnya fase "tenggelam" ini cuma proses dari kehidupan panjang yang sudah teman-teman saya dan pasangan rencanakan.

Sisi yang saya utarakan disini mungkin feminis banget. Karena saya tidak paham bagaimana sisi laki-laki ketika akan menikah. Intinya, yuk kita berpikir dengan bijak, dulu banget juga ada yang posting tentang "Mari menikah dengan bijak" kan kalau memang segera untuk menikah mau bersiap! Mari lihat konsekwensinya, siapkan diri.

Karena sebagaimana yang saya yakini, setiap kita pasti hanya ingin keluarga kita satu untuk selamanya, baik dunia maupun akhirat.

Jakarta, 28 september 2016

 
;