Sabtu, 16 Agustus 2014

Ketakutan

Adalah ketakutan yang seringkali bersembunyi dibalik kegagahan. Disimpannya rapat-rapat ketakutan itu. Takut jika orang lain tahu.

Adalah ketakutan yang seringkali menyulap janji menjadi harapan bagi orang lain. Meski tak sedikit yang nyatanya palsu. Diantara mereka ada yang sibuk menyebar janji, dan yang lain sibuk mempercayainya.

Adalah ketakutan yang seringkali membuat manusia hanya mampu berpindah tempat, tanpa sanggup berpindah hati.

Adalah ketakutan yang seringkali diulang-ulang dalam skenario hidup kita. Dengan itu kita mampu menghafalnya, seperti refrain dalam lagu-lagu. Yang pada akhirnya berhasil mengubah cara pandang kita memandang masa lalu; menertawainya bersama.

Adalah ketakutan, yang seringkali diberangkatkan bersama waktu, yang katanya mampu mengobati hal-hal tertentu. Termasuk luka dan perasaanmu.

Adalah ketakutan yang seringkali membunuh akal sehat. Dicemaskan berkali-kali. Takut dimbil orang. Padahal rezeki tak pernah tertukar. Jika Allah tak menakdirkan sesuatu (atau mungkin seseorang) untuk kita, niscahya ia takkan pernah datang. Selama apapun kita menunggunya.

Adalah ketakutan yang seringkali menjelma menjadi ketakutan. Ibu dan ayahmu misalnya. Ketakutannya kehilangan dirimu, membuat gravitasi seakan-akan berpusat padamu. Ia memperjuangkanmu, hidupmu, bahagiamu, semuanya. Bahkan hingga engkau sebesar ini.

Adalah ketakutan yang seringkali menjelma menjadi kegigihan. Sumayyah, ingatkah pada perempuan itu? Ketakutannya pada Pemilik Langit, membuat luka mengaga tiada artinya. Jeritnya telah menjadi saksi, bahwa surga telah didekatkan padanya.

Adalah ketakutan yang seringkali menyulap kisah-kisah tidak mengenakkan, menjadi lebih pantas disyukuri.

Adalah ketakutan yang sanggup mendekkan jarak sekarang dengan apa yang sempat ditakutkannya.

Adalah ketakutan yang seringkali menjelma menjadi dirimu kini.

Jadi sampai disini, apa sebenarnya ketakutan terbesarmu?

@dinanurhayatii

0 komentar:

 
;