Kemenangan ini bukanlah kemenangan untuk diriku. Aku menyebutnya
ini kemenangan untuk bersama, antara aku dan keluargaku. Mungkin oranglain
menganggap ini hanyalah penambahan gelar namaku, tapi tidak bagiku. Aku menyebut
ini sebagai perjuangan hidup atau mati. Tuk mendapatkan ini, mataku harus
menyaksikan dulu air mata yang tumpah ruah dari ibu dan ayahku. Tak terasa
langsung memang, tapi sungguh tangisan mereka mengalir deras dalam fikiranku.
Aku tahu dibalik kuatnya mereka, ada beban yang
tersembunyi. Aku pun tahu di balik senyumnya mereka, ada air mata yang tertahan.
Kuliah ini memang menyisahkan keluh, beban, juga air mata. Pernah tak
henti-henti nya air mata ku keluar saat motor yang selalu dipakai ayah untuk
kepasar setiap pagi di jual hanya demi kuliahku. Pernah juga aku dihantam beban
yang sangat kuat saat aku tahu adik ku mengurungkan niat untuk kuliah hanya
demi kuliahku. Sungguh, aku ingin sekali memeluk mereka dan mengatakan “sudah! Sudah cukup air mata itu”
Orang-orang seperti ku ini akan mati bila hidup
tanpa mimpi. Karena bermimpilah, aku sejalur dengan orang-orang yang tinggi
derajatnya. Apalah jadinya bila hidupku tanpa mimpi, mungkin akan mati membiru
seiring dicampakkan oleh orang-orang di sekelilingku.
Pernah ada masa, aku sudah pasrah. Berhenti kuliah
pun aku sudah siap. Tapi bukan Allah, bila tak punya cara tuk memanjakan
hambaNya. Aku selalu tak tega melihat orang tua ku bersusah payah untuk kuliah
ku.
Perjuangan tuk mengakhiri perjalanan panjang ini
bermula dari proses skripsi. Disaat awal semester akhir, telingaku berdengung,
mulai mendengar suara-suara yang membahas skripsi. Ada beban tersendiri, disaat
yang lain sudah membahas itu, aku belum juga menemukan topik yang paling tepat
untuk ku tulis serta tempat riset untuk mencari bahan penulisanku. Kemana lagi
aku akan mengeluh kalau bukan pada Tuhanku. Ku ungkapkan saja permasalahanku
denganNya. Di sela doaku, aktivitasku, dalam waktu santaiku, sebelum tidur,
selalu ku ungkapkan tentang ini kepadaNya.
Sampailah hari dimana aku bertemu seorang pengusaha,
aku berbincang-bincang dengan nya, hingga akhirnya aku di izinkan untuk dapat
mengetahui proses pembelian bahan baku serta meminta dokumen tambahan dan sample.
Keesokkan harinya aku mendatangi seorang pengusaha
itu untuk mewawancarai beberapa hal yang menjadi tujuan dari penulisanku,
melihat prosesnya. Setelah itu aku langsung pulang kerumah dan bergegas
mengigat apa saja yang telah aku wawancarai lalu ku tulisan. Tidak ada kawan
yang paling setia saat itu kecuali laptopku, susu coklat, dan referensi. Jari-jari
tangan yang seperti hafal letak setiap huruf dalam keyboard, dan kaki yang
seperti berjalan dengan sendirinya ke perpustakaan. Sungguh, seperti sebuah
harmoni yang indah antara otak, tangan, dan kakiku. Sekitar empat bulan
perjuangan itu membuahkan hasil. Dosen pembimbingku sangat puas dengan hasil
yang aku dapatkan, tanp bantuan beliau akupun tak akan mungkin mendapatkan
hasil seperti ini. Alhamdulillah.
Pagi itu aku sudah sangat siap. Berbaju rapih, harum
dan sudah siap semua apa yang seharusnya aku lakukan dan materi apa saja yang
akan aku sampaikan. Kurang lebih 45 menit aku menjelaskan mengenai materi yang
aku ambil setelah selesai, ada sesi tanya jawab selama 30 menit. Alhamdulillah,
aku menjawan semua apa yang ditanyakan oleh dosen penguji. Aku jabarkan secara
urut dan detail. Alhamdulillah presentasiku sangat memuaskan. Aku mendapatkan
tepukan dari dua dosen penguji ku.
SubhanAllah.
Tiba lah saat hari penentuan lulus atau tidaknya aku.
Alhamdulillah aku lulus dengan nilai yang memuaskan. Terimakasih syukur ku
persembahkan untuk Allah yang telah memberikan kemudahan dibalik
kerikil-kerikil yang aku hadapi, keluargaku, dan sahabatku.
@dinanurhayatii
0 komentar:
Posting Komentar