Entah fikiran apa yang saat ini aku dapatkan, teringat kejadian beberapa hari lalu saat terjadi sebuah kecelakaan
ditempat yang tidak jauh dari tempat tinggal ku. Kecelakaan yang mungkin
tidak akan pernah aku lupakan dan kecelakaan tersebut yang selalu menyadarkan serta
memberikan hidayah kepada ku. Saat ini aku hanya tinggal menunggu waktu
kapan giliran aku bertemu dengan-Nya dan bagaimana cara ku untuk bertemu
dengan-Nya kelak.
Setiap hari selalu terfikirkan dan takut
akan hal tersebut, apakah nanti aku dapat bertemu dengan-Nya di tempat yang
sangat indah atau ditempat yang penuh dengan siksa?.
Wallahualam
Menunggu...
Mungkin, itu lah kata yang tepat. Tapi
layakkah kita hanya menunggu tanpa mempersiapkannya? Andai.. Esok giliranku
tiba, bekal apa yang sudah aku siapkan?. Mungkin sampai saat ini aku masih
belum jua siap untuk meninggalkan orang-orang terkasihi, tapi disamping itu aku
rindu.. rindu kepada-Mu, rindu ingin bertemu dengan-Mu. Dan aku harap, nanti
aku dan Engkau dapat bertemu. yaaa aku sangat berharap itu..
Belajar dari kejadian-kejadian yang
terjadi pada kehidupan disekeliling, banyak yang menampar sebenarnya. Tertampar
fisik mungkin tidak akan seberapa sakitnya. Tertampar berkali-kali dengan
kejadian serta pembuktian Maha Besar-Nya dan rasanya aku hanya ingin menangis
dihadapan-Nya, karna pada saat itu aku selalu berfikir dan membayangkan
bagaimana kalau kejadian tersebut menimpa pada diri ku?.
Sesungguhnya diantara hal yang membuat jiwa
melantur dan terdorongnya kita kepada berbagai pertarungan yang merugikan dan
syahwat yang tercela adalah panjang angan-angan dan lupa akan kematian. Diantara
hal yang dapat mengobati jiwa adalah mengingat kematian yang notabene merupakan
konsekuensi dari kesadaran akan keniscayaan keputusan ilahi, dan pendek
angan-angan yang merupakan dampak dari mengingat kematian. Jangan ada yang
menyangka bahwa pendek angan-angan akan menghambat pemakmuran dunia. Persoalan tidak
demikian, bahkan memakmurkan dunia disetai pendek angan-angan justru akan lebih
dekat dengan ibadah, jika bukan ibadah yang murni. Persiapan untuk menghadapi
sesuatu tidak akan terwujud kecuali dengan selalu mengingatnya di dalam hati dn
selalu mendengarkan hal-hal yang mengingatnya dan memperhatikan peringatan-peringatan
sehingga hal tersebut menjadi dorongan untuk mempersiapkan diri. Kepergian untuk
menyambut kehidupan setelah kematian telah dekat masanya sementara umur kita
yang tersisa sangat sedikit dan kitapun sering bahkan terlampau melalaikannya.
@dinanurhayatii
1 komentar:
Postingan kita senada din, cuma beda sudut pandang saja. Tapi tetap, pada akhirnya yang menjadi core semuanya adalah: sudah cukupkah bekal kita? :(
Posting Komentar