Rabu, 19 Februari 2014

Kapan Giliranku?

Entah fikiran apa yang saat ini aku dapatkan, teringat kejadian beberapa hari lalu saat terjadi sebuah kecelakaan ditempat yang tidak jauh dari tempat tinggal ku. Kecelakaan yang mungkin tidak akan pernah aku lupakan dan kecelakaan tersebut yang selalu menyadarkan serta memberikan hidayah kepada ku. Saat ini aku hanya tinggal menunggu waktu kapan giliran aku bertemu dengan-Nya dan bagaimana cara ku untuk bertemu dengan-Nya kelak.

Setiap hari selalu terfikirkan dan takut akan hal tersebut, apakah nanti aku dapat bertemu dengan-Nya di tempat yang sangat indah atau ditempat yang penuh dengan siksa?.
Wallahualam

Menunggu...
Mungkin, itu lah kata yang tepat. Tapi layakkah kita hanya menunggu tanpa mempersiapkannya? Andai.. Esok giliranku tiba, bekal apa yang sudah aku siapkan?. Mungkin sampai saat ini aku masih belum jua siap untuk meninggalkan orang-orang terkasihi, tapi disamping itu aku rindu.. rindu kepada-Mu, rindu ingin bertemu dengan-Mu. Dan aku harap, nanti aku dan Engkau dapat bertemu. yaaa aku sangat berharap itu..

Belajar dari kejadian-kejadian yang terjadi pada kehidupan disekeliling, banyak yang menampar sebenarnya. Tertampar fisik mungkin tidak akan seberapa sakitnya. Tertampar berkali-kali dengan kejadian serta pembuktian Maha Besar-Nya dan rasanya aku hanya ingin menangis dihadapan-Nya, karna pada saat itu aku selalu berfikir dan membayangkan bagaimana kalau kejadian tersebut menimpa pada diri ku?.

Sesungguhnya diantara hal yang membuat jiwa melantur dan terdorongnya kita kepada berbagai pertarungan yang merugikan dan syahwat yang tercela adalah panjang angan-angan dan lupa akan kematian. Diantara hal yang dapat mengobati jiwa adalah mengingat kematian yang notabene merupakan konsekuensi dari kesadaran akan keniscayaan keputusan ilahi, dan pendek angan-angan yang merupakan dampak dari mengingat kematian. Jangan ada yang menyangka bahwa pendek angan-angan akan menghambat pemakmuran dunia. Persoalan tidak demikian, bahkan memakmurkan dunia disetai pendek angan-angan justru akan lebih dekat dengan ibadah, jika bukan ibadah yang murni. Persiapan untuk menghadapi sesuatu tidak akan terwujud kecuali dengan selalu mengingatnya di dalam hati dn selalu mendengarkan hal-hal yang mengingatnya dan memperhatikan peringatan-peringatan sehingga hal tersebut menjadi dorongan untuk mempersiapkan diri. Kepergian untuk menyambut kehidupan setelah kematian telah dekat masanya sementara umur kita yang tersisa sangat sedikit dan kitapun sering bahkan terlampau melalaikannya.



@dinanurhayatii

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Postingan kita senada din, cuma beda sudut pandang saja. Tapi tetap, pada akhirnya yang menjadi core semuanya adalah: sudah cukupkah bekal kita? :(

 
;