Sabtu, 16 Juli 2016

Ksatria II

Assalamualaikum..

Tulisan ini lanjutan dari part sebelumnya, ksatria menurut Bapak, Ibu dan Teman.

Nah, dipart II ini, saya ingin memaparkan ksatria menurut sudut pandangan saya sendiri.

Menurut saya;
Ksatria ku nantinya, dia yang harus mendukung hal positif yang akan saya lakukan nanti. Pengetahuannya luas terlebih perihal agama karena ia yang nanti  akan menjadi pemimpin, jadi kalau nantinya minta pendapat dia bisa ngasih solusi yang baik. Memiliki selera humor, yaaa yang penting mah bisa bikin ketawa disela-sela obrolan. Saling merawat percakapan, karena tua nantinya kita hanya butuh berbincang-bincang. Sederhana, tidak tinggi dalam bicara.

Terlalu muluk memang, nggak tau diri, banyak maunya. hahaha

Mareka bilang saya tegas. Ya, benar. Karena menurut saya wanita dan ketegasan itu seharusnya tak terpisah, karena nanti dia yang akan dipatuhi oleh anak laki-lakinya. kebayang dong kalo wanita ga tegas gimana?

Saya belajar tentang bagaimana menyukai seseorang dengan benar. Belajar dari pengalaman yang telah saya alami.

Bagaimana cara menyukai seseorang dengan benar? Tunjukkanlah sisi lain yang belum pernah kamu tunjukkan kepadanya. Sisi aneh, kegilaan, hingga kerapuhan. Saya belajar itu, dan saya terapkan itu sekarang.

Saya tidak ingin dicintai hanya karena tulisan yang kebetulan menyentuh hatinya, tidak juga dengan hal-hal yang saya lakukan. Capek tau.

Karena nantinya, saya perlu hidup dengan orang yang mau mendengarkan dan didengarkan, yang mau mendoakan dan di doakan, yang tetap mau tertawa bersama meski sudah banyak kekecewaan yang terjadi. Mencintai seseorang sebaiknya jangan terlalu banyak ekpetasinya.

Dan saya tidak mau menuntut apa-apa, saya hanya ingin seseorang itu mencintai sebagai diriku sendiri. Setelah ini saya yakin, saya tidak akan pernah takut lagi.

Menurutmu apakah keinginan itu ketinggian?

Bogor, 16 Juli 2016
Dina Nurhayati

0 komentar:

 
;