Minggu, 07 Agustus 2016

Manifestasi Kecewa

Kita harus sangat berhati-hati atas rasa kecewa seseorang. Sepertinya tidak apa-apa, padahal ada apa-apa. Sepertinya baik-baik saja, padahal tidak sedang baik. Sepertinya senang-senang saja, padahal terluka. Seperti yang bahagia, padahal menahan nelangsa. Sepertinya tertawa, padahal tersakiti oleh kata-kata.

Manifestasi kecewa itu menakutkan. Jika ia pandai menutupinya akan nampak seperti gunung di lautan. Kita tidak tahu gunung itu sebesar apa di dasar sana, yang kita tahu hanya puncaknya saja, yang bisa terlihat kecil jika dilihatnya dari daratan. Kaki gunung, badan gunung sebesar apa, tidak akan diketahui sebelum kita mencoba menyelam lalu melihatnya sendiri. Barangkali setelah berenang ke dasar, kita akan tercengang mendapati gunung tidak sekecil yang terlihat diatas sana.

Manifestasi kecewa itu menakutkan. Bagaikan dedaunan yang jatuh, jika tidak disapukan akan menggunung dengan sendirinya. Tidak bagaikan daun yang jatuh ketanah, lambat laun mungkin berbulan atau bertahun dedaunan itu akan menghilang karena diuraikan oleh bakteri-bakteri pengurai. Begitupula dengan rasa kecewa, jika sudah tertumpuk tak terselesaikan, bisa jadi kecewa yang menggunung. Jika tidak termaafkan dan termaklumkan, tidak akan hilang dengan sendirinya.

Kita seringkali tidak menyadari sudah melukai. Kita acapkali menganggap oranglain sudah memaafkan kesalahan-kesalahan kita yang tidak kita sadari. Kita tidak tahu, seringan apa bercanda sedalam itulah oranglain tersakiti. Kita tidak pernah bisa menerka apa yang ada di hati seseorang. Maka, mulai dari hari ini cobalah lebih berhati-hati atas segala tindak, atas segala ucap. Manifestasi kecewa itu benar-benar menakutkan.

Bogor, 7 Agustus 2016

0 komentar:

 
;