Selasa, 23 September 2014

Jika Istrimu Seorang Penulis

Sebuah cerita jika pengandaian dalam jangka waktu yang tidak dapat di tentukan. ini adalah sebuah jika, yang bisa jadi hanya sekedar ilusi, maupun pengharapan dimasa depan. Wallahua'lam

Setiap wanita sejatinya adalah sosok pemerhati dan ingin diperhatikan. Hal ini juga berlaku jika kelak kau dapati bahwa istrimu adalah seorang penulis. Seorang penggiat aksara, yang selalu sibuk berkutat dengan deretan abjad di dalam kepalanya.

Dalam diamnya seorang penulis, jangan selalu kau anggap itu sebagai ungkapan marahnya. Ia membutuhkan waktu lebih banyak untuk pikirannya sendiri. Mengolah apa yang seharian ini ia tangkap, kemudian berpindah dari sudut pandang satu ke sudut pandang yang lain. Ia bukan marah kepadamu, sama sekali tidak. Berilah ia waktu untuk menepi, berdiam diri diteras rumah sambil memegang kertas dan pena atau sekedar duduk berkawan dengan netbook-nya.

Perlu ku tegaskan, jika istrimu adalah seorang penulis jangan sesekali menganggap bahwa dia adalah seorang autis. Ia memang memiliki dunia lain yang rasanya sulit untuk diterobos olehmu, orang terdekatnya sekalipun. Namun, ia tetap menulis, yang pandai menangkap setiap ekspresi yang kau tampilkan, gerak yang kau lakukan atau bahkan membaca isi hatimu melalui warna baju yang kau kenakan. Ia tetap membutuhkan bahumu untuk bersandar dikala aksara di dalam benaknya hanya mengawang tanpa dapat ia rangkai dengan baik. Ia tetap membutuhkan perhatian-perhatian kecil darimu, meski hanya sekedar menawarkan cemilan sekalipun.

Jika istrimu adalah seorang penulis. Kau dapat menangkap sesuatu secara tersirat maupun tersurat. Radar kepekaannya memiliki tingkat lebih tajam dibanding manusia pada umumnya. Jadi, ketika kau ingin mengungkapkan rasa sayangmu kepadanya, boleh saja kau selipkan puisi pada buku catatannya atau bahkan sebuah gambar berbentuk hati pada kertas yang kau letakkan di bawah cangkir kopinya. Bisa saja. Dan dia akan mengerti.

Kesedihan seorang penulis akan tumpah ruah pada tulisannya. Maka, ketika kau tak mengerti apa yang sedang ia rasakan, pastikan kau telah membaca setiap baris dalam tulisannya. Jika tiada juga kau temukan makna didalamnya, ada baiknya kau dekati ia. Sekedar berceloteh tentang bintang, matahari, awan, hujan, langit atau apapun. Sendunya begitu sudah terbaca ketika ia bercerita tentang hujan kepadamu. Di saat-saat seperti itu, jangan pernah kau tinggalkan sendiri. Temani. Jadilah pendengar yang baik untuknya, sebagaimana ia menjadi pemerhati dirimu yang seringkali melupakan hal-hal kecil, tetapi penting dalam hidupmu. 

Ketika kau mengharapkan ungkapan cintanya kepadamu, bacalah jemarinya. Jemari yang senantiasa menggenggam pena untuk menggoreskan perasaannya, pada secarik kertas. Jemari yang ia gunakan untuk menekan tombol keyboard pada netbook-nya agar seluruh dunia dapat membaca aksaranya. Baca jemarinya, yang tidak pernah bosan  menuliskan sepenggal namamu pada nama belakangnya sebagai seorang penulis. Itulah ia, ungkapan cintanya kepadamu yang perlu kau pahami.

Teruntuk kamu, dia, atau satu diantara kalian, yang kelak dalam 'jika' itu pernah berangan memiliki istri seorang penulis.



Sumber : Grup WhatsApp, Penulis.
@dinanurhayatii

0 komentar:

 
;