Minggu, 07 September 2014

Memperbaiki Diri Demi Sesuatu?

Tentang jodoh, banyak yang sering menulis “memperbaiki diri untuk mendapatkan yang terbaik”. Sebab yakin bahwa yang baik hanya untuk yang baik pula. Sampai di sini—yang baik untuk yang baik, itu adalah aksioma atau sesuatu yang tidak perlu dipertanyakan lagi. Namun, memperbaiki diri untuk yang terbaik itu agak mengganjal saya.


Saya yakin semua sudah tahu bahwa seseorang itu berdasarkan niatnya. Jika niat hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan mendapatkannya. Namun, jika hijrahnya karena seorang wanita atau pria, ia akan mendapatkannya, tapi tidak dengan Allah dan Rasul-Nya. Lalu, ketika memperbaiki diri yang dimaksud adalah untuk mendapatkan jodoh terbaik, menurut hemat saya, sangatlah kurang tepat—bahkan salah. Jauh lebih baik jika diniatkan untuk Allah semata, tak perlu ada embel-embel yang lainnya. Sebab, yakin pasti kebutuhan atau keinginan kita akan mengekor setelahnya. Sebab Allah Maha Tahu semua tentang kita. Bukankah lebih baik kita mendapatkan keridhoan Allah, ketimbang dunia dan seisinya? Api neraka yang super panas sekalipun akan menjadi sejuk jika Allah ridho. Apatah jodoh yang sangat mudah bagi Allah?

Well, ini untuk diri saya juga, bahwa meniatkan sesuatu itu hanya untuk Allah semata. Apalagi memperbaiki diri yang relevansinya jelas dalam bentuk ketaatan kepada-Nya. Aneh jika ternyata kita sangat taat kepada Allah hanya karena ingin mendapatkan sesuatu.

Dapatkan Allah, maka kita akan mendapatkan apapun yang kita mau.

@dinanurhayatii

0 komentar:

 
;