Rabu, 03 September 2014

Tugas Akhir

Ketika pagi hari telah ditemui lagi, pertanyaan serupa masih melingkar dipusaran fajar yang berotasi hingga habis petang.
"Bagaimana skripsi-nya?"
Seorang sahabat bercerita kepada saya pagi-pagi sekali perihal keresahannya. Ibarat sebuah obat, semangat ini menyembuhkan, memberi suntikan-suntikan fikiran positif. Namun disisi lain, obat tetaplah obat, efek samping yang ditimbulkannya selalu ada.
Dalam kasus ini, semangat yang ia dapatkan juga membuatnya ketakutan, itulah efek sampingnya.
Saya tidak ingin lagi memberinya obat, saya berfikir saya cukup menyediakannya ranjang, selimut, atau apapun yang membuatnya merasa sedikit lebih baik saat kemelut hidup menghimpitnya.
Dan pagi-pagi sekali itu pun saya diingatkan tentang waktu, tentang tanggung jawab, tentang harapan-harapan, tentang kehidupan-kehidupan di masa mendatang.
Saya diingatkan saya sedang memikul amanah tapi saya juga merupakan amanah yang dititipkan Allah melalui orang tua saya. Lalu, diamanahi atau mengamanahi haruslah ditangani dengan sebaik-baiknya tindakan.
Saya membenarkan bahwa pendidikan formal merupakan salah satu akses yang dapat menciptakan rangka berfikir apa yang disebut manusia intelek. Saya juga mendukung adanya program 12 tahun wajib belajar yang sedang dijalankan oleh menteri pendidikan. Namun semakin kesini, saya semakin mengiyakan bahwa gelar tinggi pendidikan hanya untuk mendapatkan kedudukan di bursa kerja yang semakin bersaing, dimana kehidupan masyarakat dengan strata sosial diatas menduduki posisi yang tinggi, strata sosial menengah mayoritas menjadi aktor yang memutar roda kehidupan, dan masyarakat dengan strata sosial kebawah hanya berkubang saja bahkan terjerembab di tempat dimana mereka tumbuh.
Tuntutan yang saya rasakan pun mengharuskan saya melipat makna pendidikan dalam figur keilmuan dan pengabdian. Tuntutan kehidupan di masa mendatang yang membuat saya berfikir untuk harus mampu bertahan dan harus berkembang agar tetap hidup.
Saya bukan tidak ingin segera menyelesaikan apa yang semestinya memang harus segera diselesaikan. Saya merasa belum memiliki cukup pengalaman apalagi untuk menuju dunia kerja. Badai perasaan yang dialami sahabat saya tadi juga sedang melanda diri saya. Tugas akhir ini tidak hanya menjadi semangat namun juga menjadi ketakutan diantara hari-hari akhir penghabisan.
Semoga saya lulus tepat waktu dengan ilmu yang saya dapatkan dan barokah bermanfaat untuk semesta. Aamiin

@dinanurhayatii

0 komentar:

 
;